T.D 30

16 0 0
                                    

Tak lama setelah menikmati bolu pisang dan puding jeruk, Jimin kembali bersiap-siap. Sementara Park Yun Ji sedang membersihkan diri dan merapihkan beberapa bawaannya di kamar Yoongi. 

“Kau mau kemana, Jim?” tanya Yoongi.

“Ah itu. Aku ada janji bertemu dengan Jeon dan Taehyung,” jawab Jimin santai, tetapi tidak dengan respon Yoongi.

Yoongi nampak sudah mengerutkan dahinya. “Mwo? Ibu sedang datang ke sini tapi kau malah ingin pergi?”

Jimin menghela napasnya lalu menepuk pelan dahi dengan tangan. “Aigo, kau ini sungguh tidak peka ya. Aku ini sengaja membuat janji di luar agar kau bisa menghabiskan waktu berdua dengan Ibu seharian ini.”

“Aku yakin kalian pasti sangat amat merindukan satu sama lain. Jadi tak apa, bayarlah kerinduan selama 14 tahun itu hari ini. Ya walaupun memang tidak sebanding.”

“Tapi bukankah kau juga sudah lama tidak bertemu Ibu?” tanya Yoongi.

“Iya memang. Tapi setidaknya aku sudah melalui waktu bersama Ibu 14 tahun lebih lama darimu, Kak,” balas Jimin.

Mendengar jawaban Jimin dengan mimik seakan tanpa dosa itu Yoongi merotasikan bola matanya. “Aku bingung harus terharu atau marah denganmu, Jim.”

“Hahaha, sudah aku pergi dulu. Jeon dan Taehyung sudah menunggu, enjoy your time!” Jimin melengos begitu saja.

Sepersekian detik Jimin kembali memunculkan wajahnya dari balik pintu apartemen. “Oh iya. Tadi kau bilang bolu pisang dan puding jeruk itu makanan favoritmu kan? Kalau begitu habiskanlah sebelum aku pulang,” ucapnya dengan cepat lalu kembali menutup pintu.

Melihat kelakuan sang adik yang sangat diluar predikisinya itu membuat Yoongi hanya bisa menggelengkan kepala. “Kalau bukan adikku mungkin sudah kutitipkan di rumah penampung orang yang memiliki penyakit jiwa,”gerutunya.

Tentu ucapan itu hanya sekadar kalimat yang keluar dari mulutnya. Tidak mungkin Yoongi tega melakukan hal itu, bahkan kalau mungkin Jimin memiliki penyakit jiwa sekalipun pasti Yoongi yang akan merawatnya sendiri tanpa perlu menitipkannya.

Gerutunya sendiri tentang penyakit jiwa membuatnya seketika kembali teringat pada sang kekasih, Jeane yang nyatanya kini sedang berada di rumah sakit jiwa. Sudah dua minggu ini Yoongi menjenguknya hanya dari kejauhan karena semakin ia berada di dekat Jeane, semakin hancur hatinya.

Lamunan Yoongi seketika buyar ketika ia merasakan ada tangan seseorang yang mengusap pundaknya dengan lembut.

“Anak Ibu…” ucap seseorang tersebut tidak kalah lembut dengan usapan tangannya.

Yoongi tersenyum melihat kehadiran sang ibu. “Ibu.. Mengapa keluar? Istirahat saja dulu bu di kamarku, pasti Ibu lelah kan setelah perjalanan jauh.”

“Tidak, ibu tidak lelah..” Yun Ji kembali duduk tepat di samping Yoongi, tangannya kini juga terangkat mengusap lembut helaian rambut di kepala Yoongi. “Ibu masih ingin bersama anak ibu yang satu ini.”

“Sebentar.. Dimana Jimin?” tanya Yun Ji seketika menyadari Jimin tidak ada bersama Yoongi.

“Pergi Bu, ada janji dengan Jeon dan Taehyung katanya. Padahal Ibu baru saja datang, tapi dia justru pergi,” jawab Yoongi seadanya.

“Jeon dan Taehyung? Ibu seperti sering mendengar nama itu..”

“Mereka itu kakak beradik, teman dekat Jimin sejak kuliah, Bu.”

“Ahh iya. Sekarang Ibu ingat, Jimin sering menceritakannya pada Ibu. Sudah biarkanlah. Ibu tau pasti maksud Jimin pergi itu agar Ibu bisa menghabiskan waktu berdua saja denganmu..”

THE DAYWhere stories live. Discover now