T.D 16

20 0 0
                                    

“Jeane mengalami Post Traumatic Stress Disorder atau gangguan stress pascatrauma yang cukup mengkhawatirkan. Dimana gangguan itu muncul karena peristiwa ini menimbulkan trauma yang sangat mendalam untuk Jeane.”

“Saya dapat mengatakan bahwa keadaan PTSD Jeane sangat mengkhawatirkan karena saat ini dia bisa menjadi histeris tidak hanya jika ada seseorang yang menyentuhnya, bahkam hanya karena melihat orang lain. Apalagi orang lain yang dirasa sangat asing bagi dirinya,” jelas dokter Hae In.

“Apa putri saya bisa sembuh, dok?” tanya Han Ra yang masih dalam pelukan erat Deon Ha.

“Untuk sembuh total sepertinya sangat sulit. Tapi kita bisa bantu Jeane untuk bisa berdamai dan mengatasi rasa traumanya, meskipun saat ini masih sangat sulit dan butuh waktu yang lama.”

“Dan satu lagi. Jeane masih harus dirawat di sini untuk dua hari ke depan. Jika dalam dua hari kedepan kondisinya membaik, Jeane bisa melakukan perawatan dan terapinya di rumah. Tapi jika tidak, terpaksa Jeane harus kami rujuk ke Rumah Sakit Jiwa Seoul.”

Tubuh Han Ra merosot, beruntung Deon Ha sigap menahan san istri agar tidak terjatuh. Keluarga Kim benar-benar sedang hancur. Deon Ha sebagai kepala keluarga tentu merasa sangat terpuruk. Ia merasa gagal untuk menjadi ayah yang bisa melindungi anak perempuannya.

 Apakah Jeane masih bisa melanjutkan hidupnya dengan normal? Apakah Jeane masih bisa mewujudkan mimpi-mimpinya?

Seokjin dan Yoongi sedang saling menguatkan, meski air mata masih terus mengalir di pipi keduanya.

“Boleh saya masuk, dok?” tanya Yoongi tiba-tiba.

“Sepertinya lebih baik tidak sekarang. Beri waktu Jeane, sementara kita pantau dari luar saja ya,” jawab dokter Hae In.

Yoongi menatap mata Seokjin penuh harap.

“Nanti kita temuin Jeane sama-sama ya. Biar Jeane istirahat dulu,” tutur Seokjin seakan tahu apa yang ada dipikiran Yoongi. Yoongi hanya terdiam mengiyakan.

“Kalau begitu saya permisi. Panggil saya kalau kalian membutuhkan bantuan ya,” ucap dokter Hae In sebelum akhirnya pergi meninggalkan keluarga Kim. Seokjin pun membungkuk sebagai rasa terima kasih.

“Pak Yeon, ajak Ayah dan Ibu pulang saja. Ayah dan Ibu perlu istirahat, kalian pasti lelah,” titah Seokjin pada Pak Yeon. Seokjin sungguh tidak tega melihat keadaan kedua orang tuanya, terlebih ada perusahaan juga yang harus mereka pikirkan.

“Tidak, nak. Ayah dan Ibu ingin di sini saja, kami ingin menjaga Jeane,” tolak Han Ra.

“Ibu.. Ayah.. Dengarkan aku..” Seokjin mengusap pundak Yoongi dan mengusap air matanya sebelum menghampiri kedua orang tuanya yang terduduk di lantai rumah sakit.

“Biar aku dan Yoongi yang menjaga Jeane di sini. Kalian tidak baik terlalu lama di sini, media bisa menemukan kita. Aku juga tau Ayah dan Ibu sangat lelah, maka pulanglah terlebih dahulu.”

“Ayah dan Ibu bisa kembali lagi ke sini besok sore bersama Taehyung dan Jeon,” tutur Seokjin.

“Taehyung.. Jeon..” lirih Han Ra. “Bagaimana mereka? Mereka sudah tau?”

Seokjin menguap pundak Han Ra dengan lembut. “Tenanglah, Bu. Aku sudah membelikan mereka tiket pulang untuk mereka nanti malam. Tapi aku belum memberi tahu mereka keadaan Jeane. Hari ini Taehyung sidang tesisnya, aku tidak mau ini mengganggu pikirannya.”

Air mata Kim Han Ra semakin mengalir deras. Seharusnya mereka hari ini bahagia dan mendukung Taehyung untuk melakukan sidangnya, tapi kenyataannya tidak bisa karena musibah yang dialami Jeane membuat mereka seakan melupakannya.

THE DAYWhere stories live. Discover now