T.D 11

30 0 0
                                    

Tok tok tok!

“Jim, kau sudah bangun?” tanya Yoongi yang masih mengenakan apron karena baru saja selesai memasak.

Sudah, Kak.” Teriak Jimin dari dalam kamarnya.

“Baiklah. Ku tunggu di meja makan ya,” balas Yoongi lalu pergi kembali ke dapur.

Tak lama Jimin keluar dari kamarnya sudah dengan mengenakan pakaian kerjanya.

“Sini, Jim. Aku sudah membuatkan sarapan untukmu,” ucap Yoongi yang sedang merapihkan meja makan saat melihat Jimin keluar dari kamarnya.

Mata Jimin berbinar. Sudah enam tahun ia selalu menyiapkan sarapannya sendiri, hari ini ada Yoongi membuatkan sarapan untuknya.

“Ah bahagianya aku ternyata memiliki kakak yang sangat pandai masak,” puji Jimin saat melihat sudah ada nasi goreng dan beberapa makanan lain di meja makan.

“Tidak pandai. Aku hanya ingin membuat sarapan spesial saja karena ini hari pertamamu kembali bekerja.”

“Tetap saja aku senang sekali, Kak.”

“Senang saja tidak membuatmu kenyang kan? Makanlah, agar kau bisa cepat berangkat.”

Jimin mengangguk lalu duduk di meja makan. Yoongi juga sudah duduk rapih di sana.

“Makanlah yang banyak.” Yoongi memberikan beberapa potong ayam goreng buatannya pada piring Jimin.

Jimin mengangguk. “Gomawo, Kak Yoongi.”

Jimin menyuapkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya. Matanya berbinar saat mulutnya merasakan perpaduan rasa asin, manis, gurih, dan sedikit pedas dengan sempurna. Tak henti ia menatap Yoongi saat mulutnya mengunyah.

“Kenapa kau menatapku seperti itu? Katakanlah jika nasi gorengnya enak, tak perlu malu,” celetuk Yoongi dengan percaya dirinya namun tetap mempertahankan wajah datar.

“Masakanmu sama enaknya seperti masakan Ibu.”

Yoongi tersenyum. “Iya, karena dulu aku sering memperhatikan saat Ibu masak dan aku menirunya sampai saat ini.”

“Ibu pasti bangga punya anak sepertimu, Kak Yoongi,” balas Jimin.

“Bagaimana denganmu, Jim? Bekerja di perusahaan Xianci bukankah lebih membanggakan?”

Jimin tertawa kecil.

“Aku tidak menyangka bisa bertemu dengamu lagi dan bisa tinggal bersamamu lagi, Kak. Terima kasih kau masih menerimaku sebagai adikmu,” ucap Jimin penuh haru, tak terasa setetes air matanya mulai jatuh.

Aigo..” Yoongi segera menyeka air mata di pipi Jimin. “Sudah tidak perlu menangis. Kau tidak mau nasi gorengmu berkuah kan?”

“Aku yang berterima kasih padamu karena kau masih menerimaku sebagai kakakmu, Jim,” tambah Yoongi.

“Kau mau berjanji padaku untuk tidak saling meninggalkan lagi?” Jimin mengangkat jari kelingkingnya.

Yoongipun melingkarkan jari kelingkingnya di jari kelingkinh mungil milik Jimin. “Nee, aku janji asal kau juga berjanji.”

Jimin menganggukkan kepalanya penuh tenaga.

“Yasudah, habiskan sarapanmu lalu berangkat. Kau tidak lupa permintaanku untuk menjaga Jeane kan?”

“Tenanglah. Aku akan menjaga Jeane seperti aku menjagamu, karena secara tidak langsung Jeane sudah menjadi bagian dari keluarga ini.”

Yoongi tersenyum lega. “Gomawo, Jim.”

THE DAYWhere stories live. Discover now