T.D 12

36 0 0
                                    

Amsterdam

Drrrttt..drrtt..

Taehyung yang baru saja merebahkan tubuhnya di kasur terpaksa harus kembali bangun untuk mengambil ponselnya yang bergetar di meja belajar.

Yoboseyo.”

“…”

Ne, aku baru saja sampai apartment. Kau kenapa?”

“…”

“Aishh, baiklah. Aku kesana sekarang.”

Tutt tuut..

Taehyung mengakhiri panggilan teleponnya. Dengan cepat ia menyambar jaket tebal dan dompetnya lalu pergi meninggalkan apartmentnya itu.

Ia hendak pergi ke sudut lain kota Amsterdam dimana sang adik tinggal. Untung saja ini belum terlalu larut malam, jadi bus untuk menuju tujuannya masih banyak yang berlalu-lalang.

Tak butuh waktu lama Taehyung sudah sampai di depan apartment khusus bagi karyawan yang berasal dari luar Amsterdam tempat Jeon bekerja.

Tok tok tok!

Taehyung mengetuk pintu kamar sang adik dan tak lama pintu itu terbuka mempelihatkan sosok tinggi berbadan kekar dengan wajah yang sangat pucat masih lengkap mengenakan kemeja kerja.

“Kakak Taetae..” lirih Jeon berjalan menghampiri Taehyung dengan langkah gontai.

Taehyung yang melihatnya dengan segera meraih tubuh Jeon agar tidak terjatuh.

Grepp

Jeon memeluk tubuh Taehyung hingga Taehyung bisa merasakan suhu tubuh Jeon yang sangat panas.

“Jeon, kau kenapa bisa seperti ini?” tanya Taehyung khawatir.

“Jeane..” lirih Jeon yang hampir tidak terdengar. Dan gelap.

Taehyung merasakan pelukan Jeon terlepas, dan kepala Jeon terkulai di pundaknya. Ya, Jeon pingsan di pelukan Taehyung karena demamnya yang sangat tinggi.

“Aish, anak ini. Mengapa dia bisa seperti ini?” gerutu Taehyung seraya berusaha menggendong tubuh bongsor Jeon dan membawanya ke kasur.

Ya, seseorang yang tadi menelpon Taehyung dan membuat Taehyung buru-buru pergi adalah Jeon. Dengan suaranya yang parau, Jeon meminta Taehyung untuk menghampirinya karena demam tinggi yang ia alami.

Dengan telaten Taehyung mengurus Jeon sang adik. Menggantikan kemeja yang Jeon pakai dengan piama yang lebih nyaman, mengkompres kening Jeon agar suhu tubuhnya cepat turun, lalu menyelimuti Jeon dengan selimut yang tebal.

Tak lupa ia melumuri beberapa bagian tubuh Jeon dengan minyak angin agar sang adik cepat tersadar.

Lihatlah, betapa perhatiannya Taehyung pada sang adik padahal ia sendiri sedang lelah karena seharian ini ia sibuk melakukan persiapan sidang tesisnya beberapa hari lagi. Bagaimana Jeane tidak menjadikan Taehyung sebagai kakak kesayangannya?

Nghh

Eraman dari mulut Jeon mulai terdengar.

“Syukurlah kau sudah sadar, Jeon. Tubuhmu berat sekali, hampir terjatuh tadi aku saat menggendongmu ke kasur,” omel Taehyung, membuat Jeon yang baru tersadar itu tersenyum.

“Maaf aku merepotkanmu, Kak Taetae,” lirih Jeon dengan suara yang parau.

“Aniya, aku tidak merasa direpotkan. Kau juga masih tanggung jawabku.”

Gomawo, Kakak Taetae.”

Taehyung tersenyum dan mengusap-usap lembut rambut Jeon. Ia menatap manik mata Jeon yang nampak sayu. “Kau sudah makan?” tanyanya.

THE DAYWhere stories live. Discover now