Number Thirteen

1.8K 52 0
                                    


[Mohon maaf atas kesalahan nama tokoh]

Kayla sadar ketika sang suami ada di sofa ruang rawat inapnya, Kayla cukup terkejut juga. Baru kali itu dia ditendang laki-laki sampai tidak sadarkan diri, sekuat itu kaki laki-laki kalau kena tubuh perempuan lembut kaya Kayla. Untung Kayla lembut, bukan lunak.

Apa kabar yang kena tendang karena dianiaya suaminya ya.

Kayla melihat suaminya mendekat menggenggam tangan Kayla yang masih menyesuaikan diri setelah baru sadar.

"Jam berapa sekarang mas?,"

"Jam tujuh malam,"

"Heh, udah malam. Emang berapa lama aku gak sadar?"Tanya Kayla yang ingat kejadian di kantin.

Suaminya menatap Kayla tidak terbaca, sudah kaya flashdisk, tidak terbaca oleh laptop kalau error. Mas suami belum menjawab pertanyaan Kayla.

"Mas, aku berapa lama emang pingsannya."

Yasa tersenyum lemah, terlihat lelah itu berkata."Kamu itung aja sendiri, dari jam terakhir kamu di kantin"

Kayla manyun dong, memangnya dia ingat ketika ada yang bertengkar itu jam berapa. Yasa terkekeh dan lebih memilih mengambil buah naga dan melon yang sudah dipotong-potong oleh ibunya, ke hadapan Kayla. Menarik kursi dan duduk tepat di ranjang istrinya.

"Mau?"Kayla mengangguk dan menerima suapan mas suami.

"Makan dulu, nih. Biar kuat."Yasa mendekatkan garpu berisi buah melon ke mulut sang istri.

"Udahlah, nyebelin banget." Walau begitu Kayla tetap memakan melonnya.

Kayla berpikir keras sambil mengunyah, terus dia bergumam kembali pada suaminya.

"Itu, keadaan yang ditonjok sama yang nonjok gimana mas?."

"Jangan mikirin yang lain, pikirkan diri kamu dulu."Kata mas suami mendadak bersuara tidak suka.

Kayla menoleh untuk menatap wajah suaminya mengeras, matanya berkilat seperti ingin marah.

"Mas kenapa... kok keliatan jelek gitu, mau marahin aku ya?"Katanya sambil menyusuri tangannya pada sisi wajah suaminya.

Yasa memejamkan mata untuk menarik napas dan tersenyum memegang tangan istrinya.

"Aku marah sama kamu karena sok jadi superior di depan laki-laki yang lagi murka, tapi kamu baru sadar. Jadi aku nggak bisa marahin kamu, terus kamu malah nanyain korban dan pelakunya. Aku makin pengin jeblosin ke penjara aja."Suara suaminya dingin.

Suaminya ini benar-benar marah, sebab menyebut dirinya dengan kata 'aku' bukan 'mas' seperti biasanya cara bicaranya dengan Kayla.

Uh, Kayla merinding mendengarnya. Suara suaminya berubah tegas dan semakin berat dalam indra pendengarannya. Kalau begini Kayla tahu jika suaminya sangat marah, mau bagaimana lagi. Ini sudah terjadi padanya, Kayla nanti akan lebih hati-hati lagi kalau gitu.

Tidak akan berusaha menjadi orang baik dikala waktu yang tidak tepat.

"Aku hampir gila, pas tau kamu sudah ada dirumah sakit. Sehabis kena tendangan sampai berdarah sangat banyak..."

"Berdarah?,"Kayla bertanya, dari mana dia berdarah.

Apa luka di bagian kepala belakangnya sangat banyak sampai suaminya berkata berdarah.

"Apa luka bagian kepala belakangku beneran parah, sampai berdarah sebanyak yang mas bilang?"

.

.

"Jangan banyak gerak, kamukan harus bedrest!"

"Hati-hati, jangan lari-lari coba. Kamu belum pulih!"

"Kepalamu belum sembuh, jangan ketawa sampai lempar kepala kanan kiri. Nanti pusing!!"

"Awas, jangan coba-coba untuk memancing mas."

Uh, itu adalah ocehan suaminya pasca dia keluar dari rumah sakit enam hari lalu. Kayla dilarang melakukan pekerjaan berat yang mana sekarang suaminya mempekerjakan pembantu rumah tangga, dimana di pekarangan belakang dibuatkan ruang tambahan untuk pembantunya tinggal.

Rumah yang dibeli suaminya ketika bujang ini lumayan besar, dari halaman depan dan belakang rumah lumayan untuk rebahan, kemudian ruang tamu dan ruang tengah khusus menonton tv. Dan tiga kamar luas, salah satunya menjadi kantor kecil beserta isi buku-buku dan jurnal penelitian milik suaminya.

"Ssshhh.. mas, perutku keram lagi."Adu Kayla ketika ingin bangun menuju toilet.

Sedang suaminya yang tengah membaca buku di sebelahnya langsung sigap mengusap bagian perutnya yang kram.

"Sebenarnya sekeras apa si Bambang nendang aku, kok kramnya masih kerasa gini. Walau hilang timbul, tetep gak nyaman."Keluh Kayla bersandar pada kepala ranjang.

Menyebut lelaki lapet yang belum diketahui namanya itu kini dia tau, Bambang, dari fakultas Ekonomi. Katanya sekarang dia digugat karena kekerasan yang dia lakukan pada anak konglomerat. Sedang Bambang ini hanya anak beasiswa dan terancam akan dicabut, Kayla jadi kasihan.

Inilah potret dunia sebenarnya, yang punya uang tersentuh sedikit dapat menggugat, jika sebaliknya mereka hanya akan kehilangan banyak hal lainnya.

Kayla kasihan, sebab dia dengar yang membuat Bambang sampai berlaku seperti itu karena adiknya ditiduri, diperkosa lebih kasarnya oleh tiga orang termasuk si korban ketika mereka melakukan reuni kelas semasa SMA.

Naasnya, adik Bambang ini di perkosa karena menolak korban sampai sakit hati dan diberi balasan yang tidak setimpal hanya karena penolakan. Lantaran cinta yang tertolak.

"Masih sakit?,"

Kayla menggeleng dan berdiri untuk melanjutkan jalan menuju kamar mandi. Di Dalam kamar mandi dia mengeluh lagi, sebab mens bulanan nya sudah lewat dari tujuh hari, apa Kayla bermasalah ya?.

Tapi ini belum sampai melewati 15 hari kok, jadi masih baik-baik sajakan?. Terus darahnya tidak sebanyak pertama, sampai membuat Kayla sampai ganti pembalut hampir tujuh kali dalam sehari. Dia sudah seperti pendarahan.

Aku Milik Pak Dosen. [Rewrite]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang