Number Twenty-one

1.1K 37 1
                                    


Kayla merajuk, seriusan dia marah. Tingkah suaminya itu tidak bermoral sekali menyentuh dirinya di ruang dosen, mereka memang sudah halal melakukan itu, cumankan tempatnya itu tidak bermoral, walau tidak mengelak ketika kepuasan datang dari kelakuan suaminya ke tubuh Kayla sangat menikmatinya.

Tapi tetap saja dia marah, jadi dengan cara ini dia beri pelajaran pada suaminya yang kelebihan feromon.

Luapann hasrat sang suami sering membuat Kayla lelah. Suaminya kalau tidak di tegur begini, mana mau berpikir. Kadang kalau masalah hasrat suaminya suka lupa cara kerja otaknya untuk berpikir.

Pagi ini setelah dia menyiapkan tempe goreng dan tumis oncom beserta sambal sebagai pelengkap sarapan pagi ini, makanan yang di pesan suaminya kemarin sore dan di diamkan saja sebagai jawaban.

Kayla puasa ngomong sama mas suami, biarin sajalah, Kayla bicara kalau di butuhkan saja. Intinya dia tetap melayani dan suami membantu sebagai sunnah kepada istrinya. Kayla bisa yuk pasti bisa, buat diemin mas suami.

Ini sudah hari kedua dan Yasa tidak berkutit karenanya, sarapan dalam diam setelah dia mandi dan membersihkan kamar mereka.

"Berangkat sama mas, kan?"

"Aku berangkat sama Rasya."Yasa tidak melarang dan membiarkan istrinya yang merajuk.

"Oke, hati-hati kalau gitu."Katanya menunggu istrinya membersihkan meja makan.

Yasa bingung untuk mendahului pembicaraan kalau paras Kayla asem terus di ajak bicara, ada jawab suka sewot dan tidak sabaran.

"Tas aku mana?"

"Di kamarlah, masa tanya aku. kamu yang punya tas juga!"Mengelus dada Yasa di buatnya.

Ternyata rasanya tidak enak jika di diamkan istri, walau dia masih di perhatikan namun rasanya menyakitkan. Ada namun di anggap tak ada. Rumit.

"Aku berangkat ya."Katanya berlalu menuju ruang tamu di mana istrinya berdiri tengah menelpon.

Niat hati ingin mencium dahi setelah istrinya salam, naas itu tidak terjadi. Bibirnya cuma nyium udara polusi karena Kayla sudah lebih dulu berjalan meninggalkannya.

Yasa mengejar, kok istrinya malah jalan kaki menuju gerbang komplek. Kalau memang menyusulnya di depan gerbang, kan masih bisa ikut Yasa terus nanti di turunkan di gerbang biar temannya tidak melihat.

Tapi yang Yasa dapati adalah, istrinya menaiki ojol dan melenggang sebelum dia dapat menyusul. Dramatis sekali, padahal bisa mengejar tapi Yasa malah terbengong.

Ternyata sang istri membohongi Yasa dan memilih naik ojol, ketimbang bareng suami. Tapi sebentar, Yasa merasa seperti ada yang salah.

Istrinya menaiki ojol, OJOL!!

"KAY!!"

.

.

Di kelas Kayla, Yasa masuk di jam terakhir dan dia mendapati jika istrinya itu terlihat masih saja dingin, dengan plaid dress yang Kayla gunakan bersama blazernya. Yasa ingat pagi tadi dia sempat terkejut karena istrInya pakai baju tali spageti.

Di pikir, Kayla mau berangkat ke kampus begitu saja, dia sempat ingin murka. Tapi ketika tau kalau istrinya cuman mau jemur baju di belakang rumah, dia menghela napas lega tapi mendapati wajah muram sang istri.

Kemudian Kayla masuk ke kamar lagi, memakai blazer juga sepatu kebanggaan milik sang istri yang dia beli dua minggu lalu.

Dai memperhatikan selama kelas berjalan, kemudian menjelaskan dan meluruskan jika ada dari salah satu mahasiswanya menjawab salah atau kurang tepat.

Dia juga masih marah pada sang istri kok, tadi pagi berani sekali pergi menggunakan ojol. Bodohnya dia terlambat mengejar, entah bagaimana ketika dia cari di jalan menggunakan mobil. Ojol yang di kendarai istrinya itu tidak terlihat, sepertinya menggunakan jalan tikus yang tidak Yasa ketahui.

Karena memang Yasa tidak ahli menemukan jalan tikus, walau sudah hidup lama di kota ini.

"Baiklah, kalau begitu kita akhiri perkuliahan hari ini dengan membaca hamdalah."Setelahnya dia bangkit setelah melirik sedikit dengan ekor matanya.

Hanya mendapati jika Kayla melengos ketika kedapatan melihat kearahnya. Benar banget ya, kalau istri murka itu rumah terasa mati, tidak sehidup biasanya. Dia jadi rindu di peluk Kayla, biasanya dia mendapat pelukan untuk sekedar menggoda atau ndusel-ndusel.

Tapi sejak perang dingin terjadi karena kebodohannya di ruang dosen, Kayla menjadi diam dan tidak tersentuh. Katakan saja kalau Yasa ini sudah kelebihan hormon, pria yang akhirnya mengalah pada istrinya dia mengrim pesan kala keluar dari kelas sang istri untuk meminta bertemu sepulang jam kuliah selesai di parkiran. 

Mas Yasa.

[Mas mau bicara, nanti ketemuan di parkiran kampus belakang gedung pendidikan. Mas minta maaf, tolong jangan di kacangin lagi ya, apalah mas tanpa kamu. cuman butiran debu.o(TヘTo)]

My Wife.

[Gak, aku ada kumpulan kelompok.]

Mas Yasa mengetik...

[Yaudah mas tungguin, gapapa.]

My Wife.

[Gak usah, aku kumpulan di rumahnya Rasya.]

Mas Yasa.

[Yaudah, mas anterin ya?]

Yasa memberi emoticon jepang di akhi sebelum mematikan ponsel setelah melihat istrinya tak membalas, tetapi sudah centang biru. 

Aku Milik Pak Dosen. [Rewrite]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang