Mungkin hanya rasa iba.

412 13 0
                                    


NO EDIT, MUNGKIN BANYAK KEKURANGAN. Versi lengkap saat di bukukan.

Marfel masih menggenggam tangan Bella, dia ijin kembali lebih awal dengan alasan kalau dia ada pekerjaan yang belum selesai sebentar. Apalagi saat tau jika orangtuanya akan ada di rumah utama selama satu minggu full, bahkan Rasya sudah membuat jadwal jalan-jalan akan kemana saja mereka selama orangtuanya berada di rumah. Hal itu membuat dia berpikir jika mungkin, Bella akan sendirian dan membuat dia kembali melakukan hal yang di luar nalarnya.

Waktu Rasya memaparkan jadwal yang dia buat untuk di setujui keluarganya, dia sebagai adik bungsu yang terpilih agar mencari tempat wisata yang akan mereka kunjungi selama libur orang tuanya di tanyain oleh Marfel.

"Bella nggak kamu ajak?"

"Dia nggak mau, padahal udah ku paksa. Tapi dia emang begitu, suka nggak enakan dan nggak bisa aku paksa nanti dia ngambek."Ucap Rasya kepada kakak pertamanya itu.

"Lagian ini tuh akhirnya pekan, aku bentar lagi mau ujian akhir semester jadi mending kita puasin jalan-jalan, temen aku, si Kayla udah duluin aku jalan-jalan!"Ujar Rasya tidak terima di dului.

Tapi Marfel tidak peduli, dia hanya peduli akan Bella yangh di tingglkan sendirian.

Yang sontak membuat Marfel berpikir hal yang tidak-tidak, karena tiap kali Bella merasa sendiri dia selalu menemukan hal-hal tentang mengakhiri dirinya sendiri pada sosok Bella.

Masa saat ini, Bella sudah membuka matanya tetapi masih tidak menatap kearah Marfel.

"Kau mau aku ajak jalan-jalan nggak?"

"Nggak mau, lagian di luar hujan."Jawab Bella dengan nada lemah.

"Atau kamu mau hujan-hujanan di luar, aku temenin."Kata Marfel kepada Bella yang langsung menatap dengan ekor matanya.

Tidak lama setelahnya, dia bangkit dan berjalan menuju teras kosan Rasya. Di sana hujan langsung menyambar membasahi tubuh bagian bawah Bella, bahkan suara hujan dan angin yang menyambar terdengar begitu menenangkan dan sejuk.

Dia tidak menjawab Marfel, lebih pada tingkahnya yang mengiyakan jika dia ingin di temani hujan-hujanan. Marfel tersenyum, kemudian ikut bangkit dan keluar sambil menutup pintu teras agar airnya tidak sampai masuk ke dalam walau nanti pasti akan basah karena tubuh mereka.

...

Kayla dan Yasa sampai di floating market, mereka langsung berjalan menuju lokasi kuliner makanan khas indonesia. Yasa mengeluarkan beberapa uang lembar, kemudian menukarnya dengan koin agar memudahkan pembayaran, Kayla langsugn bersemangat. Dia membawa Adiba dalam gendongannya, menarik tangan Yasa untuk mengikuti dia membeli makanan.

"Mas, aku bingung. Semuanya keliatan enakkk, gimana ini."

"Beli semuanya aja, aku bawa uang banyak. Habiskan di sini!"Jawab Yasa dengan candaan yang membuat Kayla tertawa.

Di antara keramaian para pengunjung yang mencari dan melihat makanan khas Indonesia, Kayla akhirnya sampai di perahu penjual batagor bandung, dia memesan dua. Di sebelahnya ada rujak, Kayla memesan dua.

"Belinya satu-satu dulu, nanti takut nggak habis."Tegur Yasa pada istrinya yang terlihat bersemanagt sekali.

"Iya, aku beli satu deh. Nanti suap-suapan."Kata Kayla sambil tersenyum malu ke arah suaminya, sebab sang penjual juga ikut tersipu karena interaksi keduanya.

Yasa memeluk sisi tubuh istrinya, dia melihat di sini terlalu banyak orang dan beberapa dari mereka memerhatikan istrinya. Padahal banyak perempuan cantik lainnya, tapi dia menemukan mereka lebih sering melihat kearah istrinya atau Yasa yang terlalu sensitif mungkin.

Dia kemudian menatap kearah kursi yang penuh, mencari tempat duduk kosong dan melihat ada dua orang yang baru saja bangun segera dia mendekat kesanatsetelah berpesan pada istrinya.

"Aku di meja ya, nanti kamu kesana."Dia mengambil Adiba dari gendongan istrinya.

Dia inginnya menyuruh Kayla untuk duduk saja, biar dia yang membawa makanannya. Tetapi yakin sang istri pasti akan menolak, Kayla itu sedang ingin berkuliner pasti pengennya mencari makanannya sendiri. Kalau di suruh duduk yang ada dia nggak mau diam, kursi berasa ada apinya, gerak-gerak mulu.

Yasa kemudian duduk sambil memangku keponakannya, dia mungkin akan menunggu nanti saja memberitahukan resort atas nama Kayla itu kepada istrinya. Jika mereka hanya berdua, bahkan anak kecil pun sangat menganggu di mata Yasa. Mungkin dia akan mengajak istrinya untuk menginap di resort kakak iparnya saja, dia akan hubungi Kiky kalau begitu.

Dia merogoh tas miliknya dan mengambil hp untuk menghubungi Kiky, tetapi di menit pertama telepon tidak kunjugn di angkat. Dia mulai menceik tidak suka, tanpa menyadari segerombolan perempuan dan tiga laki-laki yang berjalan di antara banyak orang melihat-lihat perahu apung untuk mencari makanan yang sesuai dengan selera.

"Ini orang susah amat sih!"Yasa menggerutu.

Adiba mulai merengek, dia tidak suka keramaiannya dan mulai menangis karena tidak mendapati Kayla juga.

....

Dhika menjadi diam, Fikri dan juga Faras pun ikut diam. Tidak lagi mengejeknya tentang perempuan yang dia sukai, mereka tidak berani menyinggung. Sebab di liat-liat wajah Dhika tidak secerah sebelumnya, mereka harus transit di floating market sebab di liat dari beberapa wajah teman-teman dari kakak Dhika tidak lagi terlihat bersemangat seperti supirnya.

Bertemu dengan dosen mereka ternyata membawa hal buruk pada perasaan banyak orang, yang mana akhirnya kakak Dhika meminta mereka untuk makan jajan kuliner lebih dulu sebelum menginap di hotel.

Tetapi langkah Dhika berhenti, dia membiarkan teman-teman kakaknya berjalan dan mendahului dia ke depan. Sebab matanya baru saja menemukan sosok familiar, dengan rok krem dan sepatu hitam yang mencolok. Berbeda dan begitu dia ketahui walau hanya punggungnya.

Dhika berpikir beberapa saat, sampai tubuhnya tertabrak oleh orang yang berjalan. Hari ini lumayan ramai, sungguh tuhan sepertinya memang sedang menakdirkan dia bertemu dengan sosok yang tengah dia pikirkan sedari tadi. Tidak pernah lepas, malah semakin melekat kala dia mengetahui hal ini.

"Maaf..."Dia mengucap maaf kala orang yang menabraknya itu marah.

Dia memnag berdiri di tengah-tengah jalan, pantas jika ada yang menabraknya dengan sengaja untuk menyingkir.

"Makasih banyak bu..."Pendengarannya mendengar suara lembutnya yang dia suka.

"Sama-sama neng..."

Tubuh itu berbalik, dia melihat sosoknya membawa dua makanan dan berjalan menuju meja yang ada di dekat sungai kuliner perahu ini. Dia memerhatikan juga, tidak segera mendekat. Karena ignin menilai dan mengingat jika sang terkasih tidak sendirian, tetapi ada seseorang di sisinya. Entah bagaimana, di antara keramaian dia bisa mendengar suaranya samar-samar.

"Mas, aku mau beli yang lain ya..."

"Jaga, makan ini dulu nanti nggak di abisin mubazir tau."Jawab suara dosennya itu kepada sang terkasih.

Panggilan yang begitu intens dan dekat, apa hubungan keduanya lebih dari sekedar mahasiswa dan dosen. Ada anak di antara keduanya, apa Kayla sudah menikah dengan dosen Yasa. Atau ini hanyalah sebuah hubungan terlarang, atau Yasa adalah seorang duda. Ada banyak kemungkinan yang berkeliaran membuat skrip drama di dalam kepalanya, dia masih belum bisa menerima hal ini. 

Aku Milik Pak Dosen. [Rewrite]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang