hari tanpa Kayla

905 23 0
                                    


Kebetulan hari di mana Kayla tidak masuk, ada acara bazar kampus yang di adakan oleh kakak adik tingkat, dan beberapa kelas yang mengikuti. Untuk jurusan paud sendiri, mereka memang sudah melakukan persiapan tetapi karena dosen yang ini agak rese meminta kelas untuk menggantikan kelasnya yang seminggu lalu tidak masuk, katanya hanya meminta waktu satu jam atau kalau tidak nilai mereka tidak akan keluar saat UAS nanti.

Sungguh otoriter sekali dosen yang seperti ini sangat tidak di sukai dan sering di maki dan di cela mahasiswa di belakang, termasuk Bella dan Rasya yang menggerutu di belakang. Mereka ingin segera keluar untuk mencari tau keberadaan Kayla, siapa tau sebenarnya dia sudah datang tapi nyangkut di salah satu stand bazar fakultas.

Beberapa juga menyediakan tontonan dan hiburan di atas panggun yang tersedia, jadi sambil jajan mereka bisa melihat kreatifitas yang di lakukan oleh para mahasiswa.

Setelah kelas selesai lebih cepat, Rasya sangat bersemangat menarik lengan Bella yang ogah-ogahan karena dia ingin pulang ke kosan, nggak mau mendatangi stang makanan yang menghabiskan uang. Sebenarnya bukan cuman makanan, ada juga barang yang di buat kreatif. Bahkan sepatu, tas, aksesoris yang memiliki daya tarik kreatifitas anak bangsa pun ada.

Masalahnya, Bella tidak ingin dan tidak berminat sama sekali. Kakinya pun berjalan tertahan dengan tubuhnya, berjalan dengan seretan Rasya yang membuatnya kesal dan marah sebab dia menarik tubuh Bella yang berat.

"Coba jalan pake kaki yang bener, berat tau nggak sih narik lo!"Rasya akhirnya berhenti di lorong menuju lapangan stand bazar.

"Gue nggak mau ke bazar, gak ada duit. Liat-liat doang nggak enak rasanya!"

Segera Rasya memukul lengan Bella sekuat tenaga, dia gregetan sekali. Temannya yang satu ini suka lupa kalau ada dia yang rela di manfaatkan, tapi temannya ini malah sok menjadi tidak enak. Harus Rasya sadarkan dengan pukulan dulu, sampai sang puan mendesis kesakitan.

"Apaan sih, kok di pukulin guenya?!!"Bella menjauh dan memeluk tubuhnya dari jangkauan tangan Rasya.

Wajahnya yang putih memerah seperkian detik karena emosi, dia menarik napas dan menghembuskannya perlahan.

"Tenang... ini nggak pantes banget sama sikap lemah lembutku."Kata Rasya pada diri sendiri yang mendapatkan tatapan jijik dari Bella.

"Lu lupa apa gimana, gue masih bisa lo manfaatin kalau lagi nggak ada duit! Nggak usah mikir yang nggak-nggak deh, sekarang pergi ke bazar sambil cuci mata sama kating ganteng."

Rasya kembali menyeret Bella yang sudah tidak lagi merasa malas, ada bantuan semanagt dari kata 'teman yang bisa di manfaatkan'. Rasya memang selalu jadi yang terbaik dan baik sekali, beruntung Bella ini tidak memiliki sifat dan hati yang hitam. Jadi dia akan meminta kalau Rasya yang sudah bicara seperti tadi yang membuat Rasya selalu gemas dan kesal akan hal itu, sudah di kata jika memerlukan bantuan tinggal bilang.

"Kalau lo ngomong begitukan, kaki gue nggak berat tuh ninggalin kelas buat ke bazat, hehehe..."Dia terkekeh.

Kampsu di bagian lapangan dan sekitarnya sangat ramai, lautan mahasiswa dengan gaya busana yang tren. Mereka juga menggunakan baju terbaik untuk menarik perhatian lawan jenis, bahkan yang memang sudah biasa menggunakan pakaian yang indah, anggun dan keren.

Sedangkan Bella hanya menggunakan hoodie kebangsaannya, kemudian jeans pudar dan sepadu convers.

"Katanya abang gue bakalan dateng kesini juga, ada beberapa mahasiswa yang mau dia ajak dan ngasih dana gitu kayak umkm buat mereka memulai bisnis dari hasil yang mereka jual belikan."Kata Rasya memulai.

Tubuh Bella yang mendengar itu langsung kaku,"kok lo nggak bilang kalau abang lo bakalan kesini?!!"

"Iya, soalnya kalau bilang lu nggak mau ikut nanti. Tadi aja nolaknya minta ampun bikin gue pengen tendang leher lo!"Ucap Rasya keji yang membuat Bella merinding.

"Ngeri bahasa lo!!"

"Soalnya, rektor kampus kita datang ke perusahaan abang gue buat nawarin diri dan minta bantuan untuk mendukung mahasiswanya dalam bisnis lokal hasil dari tangan mereka. Katanya bahan-bahan untuk bazar ini juga nggak main-main, kemarin ada kabar kating kita di rawat di rumah sakit karena asam lambung karena stres berat ngerjain project mereka untuk hari ini. Makannya gue ngajak lu, biar liat gimana bazar hari ini itu di sponsori sama abang gue!"Jelas Rasya pada Bella yang mencibir tidak terima.

Beberapa orang menyapa Rasya dan Bella, mereka hanya tersenyum dan berbicara sebentar sebelum kembali berjalan menuju lapangan. Dan tidak lama suara para perempuan yang mengatakan jika sosok itu tampan, membuat dua orang itu mengernyit dan saling bertanya.

"Liatkan, ganteng banget. Gue mau kalau jadi simpanannya deh!"

"Ahhkkkk!! Sumpah, udah muda, ganteng, mapan. Gimana gak kelepek-kelepek hati gue, tegang jadinya. Padahal cuman liat, tapi udah kayak mau sujud aja di kaki dia deh!"

"Ishh, kalian lebay. Siapa tau dia udah ada pawang! Jangan gila."

"Gapapa, dunia ini sudah gila kok."

Ucapan mereka terdengar cukup keras, tidak membutuhkan rasa malu untuk membicarakan hal yang tidak masuk akal. Mereka menghayal terlalu tinggi bahkan mengatakan kata-kata jahat seperti itu seakan lupa jika omongan mereka bisa menjadi doa, masa iya mau jadi simpanan. Nggak punya hati nurani banget sama pasangannya kalau sampai itu terjadi, Bella mendengus mendengar itu.

"Lagi pada ngomongin siapa sih, anjir?!!"Rasya berceletuk yang mana salah satu dari gerombolan perempuan itu mengenali suara Rasya berbalik dan menjawab.

"Ituloh!! CEO perusahaan yang jadi sponsor bazar kita kali ini, kan katakanya kalau ada yang terpilih mereka bakalan di dukung buat memperbanyak produk lokal buatan mereka lohhh."

Mendengar itu Rasya langsung ber-oh panjang, karena dia tau orangnya dan mulai paham kenapa para perempuan jadi gila dan hilang akal seperti tadi. Sontak hal itu mendapatkan cebikan kesal dari sisinya, Rasya menoleh dengan senyum jenaka kearah sahabatnya ini.

"Jangan cemburu gitu donggg, abang gue cuman bakalan liat lo kok!"

Bella memutar matanya salah tingkah, siapa yang cemburu. Dia hanya jengkel dengan sikap para perempuan yang terlihat murahan, padahal mereka tidak tau saja bagaimana sikap dari kakak kandung Rasya ini. Kalau sampai tau mereka sudah pasti akan mengernyit jijik, tapi siapa yang tau kalau mereka malah terpukau dan menjerit.

Kala melihat Marfel baru saja mengorek hidungnya, kemudian melihat dengan seksama jari telunjuk yang baru saja keluar dari lubang hidungnya itu. Dia memerhatikan jika tidak ada upil yang tertinggal, sebelum mengambil sapu tangan dari jas armani mahal miliknya dan mengelap jari telunjuk itu.

"Gila sih! Ngorek lubang idung aja sekeren itu! Gimana kalau dia ngorek yang lain!!!"

"Kapret, fixxx!! Dia jadi suami sejuta umat kalau begini jadinya!!"

Aku Milik Pak Dosen. [Rewrite]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang