Setelah melihat istrinya menangis dan masih saja menghindar jika ditanya, padahal Yasa sendiri sudah mendengar pengakuan dan aduan dari mulut kedua teman istrinya kalau Kayla menangis histeris. Dia pikir masalah ibunya tidak akan begitu di bawa hati oleh Kayla, dia juga sudah meminta maaf untuk ibunya dan Kayla mengiyakan.
Sikap Kayla di rumah pun jadi tidak memiliki gairah, dia lebih banyak diam dan tidak berbincang banyak dengannya. Seakan meladeni ibunya begitu menguras tenaga dalamnya, dia mudah lelah dan akan segera tertidur sesampainya di kasur setelah solat isya.
Dan di sinilah dia saat ini, di kamar tamu yang mana ibunya tengah duduk di atas ranjang dan dia berada di ujung sambil memegang tangan ibunya. Yasa ingin bicara dari hati ke hati untuk melunakkan hati ibunya pada sang istri, dia tidak tega.
Sudah tiga hari seperti Kayla terlihat lesu tetapi ibuny atak kunjung melunak meski di turuti, Yasa jadi ikut tertekan juga. Masa harus mendiamkan ibunya terus mencerca Kayla yang hanya diam tidak membantah apapun yang ibunya perintahkan, kadang kala dia yang menghentikan Kayla kemudian istrinya itu akan masuk ke kamar dan tidur.
"Ibu udah makan?"
"Udah, kamu sudah belum?" Suara ibunya begitu lembut dan penuh perhatian padanya.
"Udah, istri aku yang masakin tadi langsung ku makan." Yasa kemudian diam untuk beberapa saat mencari kata dan kalimat yang pas untuk dia ucapkan pada ibunya.
"Bu... apa ibu sebegitu nggak suka sama istri aku?"
"Apa maksud kamu, kenapa bisa ngomong begitu? Istrimu ngadu yang nggak-nggak kah?" Tanya ibunya retoris.
"Nggak ada, malahan Kayla banyak diam gak ngomong apapun. Yasa kira ibu gak suka sama istri aku, soalnya ibu kelihatan banget gitu memperlakukan Kayla terlalu keras" Kata Yasa membuat ibunya menarik tangan dari genggaman putranya, tetapi Yasa tahan.
"Ya, itukan demi kebaikan istri kamu biar jangan malas. Bangun itu harus pagi dan sudah menyiapkan makan untuk suami!" ibunya menjawab penuh pembelaan.
"Yasa paham, bu."
Yasa kemudian diam, dia memandang ibunya yang memiliki wajah suram. Mungkin sedikit tersinggung dan tidak terima di tegur oleh anaknya sendiri, apalagi dia malahan membela istrinya.
"Ibu taukan, aku nikahi istriku waktu umurnya baru dua puluh tahun. Dia masih muda, jiwa mudanya pasti masih melekat, wajar kalau sedikitnya dia labil tapi selama aku hidup hampir dua tahun sama Kayla. Istri aku selalu patuh, dia juga suka bertanya dan ijin lebih dulu ke aku, suaminya. Aku di hargai sama dia, dedikasinya besar sama aku bu, walau dia masih terlalu muda. Dia pengertian dan kadangkala malah Yasalah yang sering lalai sama dia, tapi dia ingatkan baik-baik tanpa menyinggung perasaan Yasa." Dia mulai menyebutkan kebaikan Kayla kepada ibunya yang tidak pernah melihat sisi lembut istrinya.
"Kemarin, lebih tepatnya tiga bulan lalu istri aku keguguran karena kecelakaan di kampus. Dia nggak tau dan Yasa rahasiakan kalau dia di rawat sehabis kuretasi, dia mungkin sedikit bingung tapi dia percaya sama aku, dia yakin tapi Yasa nggak bisa terus bohongkan. Karena yang mengandung anak Yasa itu dia, bu. Dia marah, tapi setelah itu dia yang minta maaf ke aku dan mengerti dengan cepat kalau aku gak mau dia merasa bersalah atas kehilangan anak kita untuk kedua kalinya. Padahal mungkin saja di hatinya berdarah-darah tau kami gagal lagi melindungi anak kita, itu istri aku lakukan demi menjaga perasaanku dia rela melembutkan hatinya buat aku."
Ibunya masih memalingkan wajah, mendengarkan dalam diam.
"Ibu tau, istri aku malahan mengenal ibu sebagai perempuan baik. Tapi mungkin dia sekarang malah kaget dan merasa di benci karena sikap ibu begini ke dia, kepulangan ibu dari batam malah jauh dari ekspetasi dia, di awal ibu berniat menginap istri aku ribut ingin membuat makanan ini dan itu, kemudian memarahi aku karena tidak menyiapkan apapun sebagai anaknya. Tapi saat pulang ibu malah membuat dia sedih dan ketakutan, Kayla nggak pernah bilang ke aku. Dia tetap diam dan menerima bahkan sampai saat ini aku bicara ke ibu dia gak tau..."Kata Yasa.
Kemudian dia menangis di hadapan ibunya.
"Yasa mohon, lunakkin hati ibu buat istri aku. Dia cuman perempuan biasa yang nggak bisa sempurna di mata mertuanya, dia punya kekurangan. Aku menikahi Kayla bukan untuk jadi pembantu bu, dia nggak manja. Akulah yang mempekerjakan pembantu setelah kegugurannya tiga bulan lalu. Yasa mohon... jangan lagi mengatakan kalimat yang kasar dan memojokkan istri aku, Yasa gak bisa mendengar apalagi melihat istri aku nangis di atas kasur tapi gak pernah mau cerita karena menghargai ibu sebagai orang tua suaminya... Aku gak bisa memilih salah satu dari ibu atau istri aku, Yasa mohon jangan buat aku memilih salah satu ketika aku menyayangi ibu sebagai orangtuaku dan Kayla sebagai istri aku..." Mohonnya pada sang ibu yang kini, mencoba menahan air mata.
....
Kayla bangun karena pergolakan dalam perutnya tidak tertahankan dan dia keluar menuju kamar mandi. Dia muntahkan segala yang ada di dalam perutnya, sampai rasanya pahit sekali. Setelah selesai dia menatap wajahnya yang pucat. Saat masuk kembali ke kamar melihat Yasa masih tertidur, dia menatap jam dinding menunjukkan pukul 3 dini hari.
Kayla sudah tidak mengantuk, karena muntah dia kehilangan kantuknya.
Akhirnya memilih mandi sambil menunggu adzan subuh, memakai baju biasa kemudian keluar dari kamar untuk membuat sarapan setidaknya untuk dirinya sendiri. Tapi saat sampai di dapur dan melihat kulkas dia menemukan alpukat semangka, keju dan juga susu.
Dia membuat roti panggang untuk dirinya sendiri dengan bahan yang ada, setelah selesai dia menuangkan susu ke dalam gelas dan duduk di dapur sendiri. Hawa dingin merasup ke dalam rumahnya, sepi dan sunyi menenangkan dirinya sebelum beraktifitas kembali.
Dia bersenandung kecil, tidak lama suara adzan subuh berkumandang dia menyelesaikan makannya untuk segera mengambil wudhu dan membangunkan suaminya.
....
Pagi ini adalah pagi teraneh yang Kayla rasakan, karena saat dia sudah rapih dan membereskan semuanya, ibu mertua tidak ada muncul di hadapannya. Padahal saat ini sudah pukul lima subuh tapi hanya dia dan suaminya yang bangun, duduk di teras belakang. Kayla meregangkan tubuh, suaminya tengah makan dengan roti panggang yang dia buat.
Sedangkan untuk mertuanya, dia membuat beberapa lauk mudah di pagi hari.
Kayla masih menggunakan baju santai, kebiasaan lama kalau subuh bangun dia akan pakai baju santai walau sudah mandi. Ketika akan berangkat kuliah, barulah dia mengganti bajunya.
Di dapur Yasa menyelesaikan makannya, dia melihat jika ibu dan ayahnya berjalan menuju dapur bersisian. Dia tersenyum karena tidak ada lagi teriakan sang ibu membangunkan mereka, artinya sang ibu mau mendengarkan permintaannya tadi malam yang begitu mengharukan.
Ibunya menuruti permintaan putranya untuk lebih lunak dan percaya. Duduk di meja makan, pembantu pun datang lebih pagi dari pengalaman hari sebelumnya dia sampai dalam keadaan rumah sudah rapih dan dia tidak bekerja apapun sampai siang hari.
Yasa tersenyum pada pembantu yang datang lebih pagi itu.
"Sarapan, bu?"
"Iya, pak. Saya sudah sarapan di rumah kok, nanti piring taruh di wastafel saja pak, biar saya cucikan. Nanti ibu takut ngeduluin saya." Katanya mengingatkan.
"Oke."
Yasa kemudian menaruh piring kotornya di washtafel, dia pamit pada kedua orangtuanya untuk pergi menyusul istrinya yang sudah selesai yoga pagi.
Berlanjut...
....
Baca chapter yang tidak tersedia di aplikasi karyakarsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Milik Pak Dosen. [Rewrite]
ChickLit[ROMANCE-COMEDY] Namanya Makayla Arzety Gunawan. Mahasiswa semester 6 yang percaya diri dengan tubuh berisi namun dianggap gempal oleh banyak orang. Dia punya kekasih sayangnya orang-orang tidak percaya dan menganggap dia sinting, tentang pacar kha...