Number Sixeteen.

1.5K 38 0
                                    

Yasa membaca pesan dari istrinya dalam diam, Kayla merajuk. Kebiasaan yang sering dia temukan jika dia sedang ada seminar atau penelitian seperti sekarang untuk menemani empat mahasiswa yang di ikutkan lomba.

Sebagai dosen pendamping, di sini dia membimbing. Kadang sangat jarang dia memegang ponsel tapi istrinya yang sangat senggang suka tidak sabaran.

Panggilan teleponnya tidak di angkat, mungkin saja istrinya sedang tidak memegang handphone.

"Pak, sholat dulu."Ajak salah satu mahasiswanya.

"Eh, iya, ayok. Saya belum sholat Dzuhur."

.

.

Sedangkan di lain tempat setelah terlewati beberapa hari, Kayla tengah melamun di dalam kelasnya, dia baru saja menyelesaikan ujian semester hari terakhir. Dia masih mengingat ucapan Lanang jika dia berdarah banyak, dan suaminya yang membantu.

Kayla memang merasa aneh, mas suami ini ngasih tau kalau dia terluka di bagian kepala dan itu mendapat jahitan.

Cuman Lanang bilang waktu itu dia berdarah banyak banget sampai kaya genangan, hiperbolanya Lanang.

Terus di ingat-ingat lagi oleh Kayla, yang luka kepala tapi yang keram sama nyerinya paling lama itu, bagian perut bawahnya. Bukan kepala yang sesekali pusing dan perih ketika di bawa mandi. Suaminya nyembunyiin apa ke Kayla, terus tentang Budi sama Dhika.

Dia nggak tau ini dua orang makhluk hidup, mungkin kecuali Budi yang sewotnya kebawa tiap kali ketemu muka sama muka dengan Kayla yang cetar, cantik membahana.

Rasa sakit keram yang dia rasakan juga sudah hilang, bercak darah pun tidak ada lagi. Dia hanya sedang beropini, apa terjadi sesuatu ynag serius pada perutnya. Sebab Kayla ingat jika tendangan itu mengenai perutnya sangat keras sampai terpental mengenai meja dan kursi kantin.

Merindingnya Kayla kalau mengingat hal itu.

Kayla waktu itu pikir, dengan memisahkan mereka akan menghentikan keributan malah dia yang jadi keributan akibat menjadi samsak.

"Ini gue bisa langsung kurus harusnya tiap hati naik turun lantai tiga!"Suara keluhan Rasya mengudara dalam lamunan Kayla.

"Bukan nambah kurus, betis gue makin gede!"Timpal Kayla memperlihatkan kakinya, di bagian betis.

"Buktinya gue kurus tuh,"Jawab Bella.

Rasya menoyor kepala Bella sebal."Ya kalau lu emang gen nya kurus kali, makan udah satu baskom aja masih sekurus ini. Gue baru makan satu gigitan oreo aja langsung naik lima kilo."

Bella memutar matanya, Rasya suka melebih-lebihkan penggambarannya soal bobot badan. Dasar 'ceue', masalah berat badan persoalannya pasti panjang tapi makan tetap banyak.

Ngeluh sih ngeluh, tapi pola makan nggak ada rubahnya. Tetapi kalau memang sudah gen gemuk kaya Kayla, susah. Jangan paksain, nanti yang ada sakit sendiri.

"Betis gue udah kaya pemain sepak bola, cocoklah nanti gue gabung timnas."Ujar Kayla lagi.

"Bagulah, entar gue dukung."Timpal Bella.

Rasya yang kesal menempeleng kepala Bella lagi, namun si empu segera menghindar cepat.

"Kampret lo!!"Kesalnya karena pukulannya tidak kena..

Berbeda sama Kayla, dia masih menimbang-nimbang.

Besok mau menyusul suaminya atau mengecek Budi ini, dia perlu jawaban. Dari pada menerka-nerka jatuhnya berburuk sangka. Kayla takut tanya suami malah jawabannya beda lagi, terus juga pertanyaan lainnya itu.

Yasa ini yang biasa nempel udah kaya pacet, berujung minta kelon sama Kayla jadi lebih hati-hati. Malah gak ada minta jatah sama sekali, Kayla sampai pikir suaminya nggak puas sama servisnya. Eh, tapi terakhir berhubungan juga sebelum dia kena tendang.

.....

Baca novel lain milikku, Dimanjakan suami kontrak & EAT ME, SIR (akan di uplod ulang).

Baca novel lain milikku, Dimanjakan suami kontrak & EAT ME, SIR (akan di uplod ulang)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku Milik Pak Dosen. [Rewrite]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang