Laila

353 12 0
                                    

Hai, nggak kerasa udah hari minggu lagi. 

Aku mau merubah jadwal update jadi seminggu sekali di hari minggu ya, guys. 

...

Dia berpisah dengan istrinya dengan tidak rela, harus mengambil keputusannya batal mempublikasikan hubungan pernikahan mereka.

Yasa berjalan menuju kursi yang sudah di sediakan untuk jajaran dosen yang hadir dan ikut serta, beberapa memang ada yang akan tampil di depan. Tidak akan ada ceramah panjang, hanya pembukaan melalui ketua rektorat dan beberapa orang penting setelah itu maka band dan hiburan yang di tampilkan oleh mahasiswa akan di pertontonkan. Di sini ramai sekali, karena ada beberapa dari mahasiswa membuat stand makanan untuk menghasilkan uang.

Apalagi yang mereka jual begitu unik serta kuliner jaman dulu yang sudah jarang di temui, bahkan penyajiannya pun unik. Ada yang menggunakan daun di bentuk dengan indah dan rapih.

Bahkan siswa yang dari negara asing pun ikut bergabung untuk mempopulerkan makanan dari negara mereka, di sini memang ada banyak mahasiswa asing pertukaran sampai yang memang masuk jalur mandiri.

"Yasa, kamu kalau pake baju biasa gini makin ganteng, loh. Kok nggak bawa istrinya kesini." Ujar salah satu dosen berumur yang menggunakan kerudung biru dongker kini menyesap minumannya.

"Istri saya lagi hamil bu, dia masih mual-mual jadi nggak mau ikut saya ajak juga. Lagian kasian." Jawab Yasa sambil dengan sengaja memberitahukan kabar ini.

"Walahhh!! Hamil toh? Alhamdulillah, ternyata topcer banget kamu." Komentar dosen yang lain.

"Loh! Yasa kamu udah nikah emang?" Yang lain malah kaget karena baru tau informasi penting ini.

"Sudah pak, mau dua tahun pernikahan saya." Jawab Yasa dengan bangga, euforia kecewa sudah hilang tergantikan rasa senang karena berhasil memberitahu beberapa dosen senior tentang istrinya.

Mendengar itu mereka terkejut bukan main, selama ini Yasa tidak pernah membicarakan soal istri maupun pernikahannya di hadapan mereka. Tapi sebenarnya bukan salah Yasa juga, karena tidak ada yang bertanya dan mengira jika dia cocok dengan Laila selama ini di paksa dekat dengan cara di comblangi.

"Hehhh, di kira toh kamu belum nikah. Jadi waktu kamu masuk kesini, itu pas baru nikah ya?"

"Betul pak, waktu itu masih pasutri jadi masih lengket." Jawabnya dengan tawa yang mengudara bersama yang lainnya.

"Waduhh... bu Laila patah hati dong, saya kira kalian cocok ternyata pak Yasa sudah ada pawangnya." Komentar yang lain menyayangkan kecocokan keduanya yang tidak bisa bersatu.

Yang lain tertawa dengan renyah tanpa melihat reaksi dari raut wajah Laila yang kelam, Yasa sendiri hanya bisa mengikuti tawa yang lain sambil melirik melalui ekor matanya jika Laila memalingkan wajah tanpa ikut tertawa dan orang di sekitarnya tidak menyadari itu.

....

"Ini siapa yang mau pentas?" Tanya Bambang yang langsung di tatap oleh tiga perempuan itu dengan aneh.

"Pentas? Lu kata ini lagi acara perlombaan apa?" Ucap Rasya yang membuat mereka tertawa kecil.

"Iya, salah kata doang. Jadi yang mau manggung duluan siapa ini?"

"Katanya sih ini anak kelompok BEM, si Dhika, Fikri, Faras sama Lanang." Kata Bambang pada ketiganya.

"Band ini?" Tanya Bella lagi.

"Bukan, ini boyband. Nanti pasti pada teriak semua." Jawab Rasya yang di pukul kepalanya oleh Kayla.

"Ngadi-ngadi, mending undang boyband beneran dari pada mereka. Bisa ancur panggung." balas Kayla menimpali.

Malam yang ramai, lapangan luas universitas menjadi lokasi untuk event tonight show malam untuk meramaikan acara ini. Hanya mahasiwa universtias yang di ijinkan masuk, di pintu masuk ada beberapa bagian keamanan karena acara ini di ijinkan oleh rektora dan demi menjaga nama baik kampus pastinya acara ini harus kondusif.

Mereka melihat kalau beberapa penonton bersorak kala Dhika dengan baju kasual yang begitu cocok dengan tubuh tingginya itu berjalan membawa gitas di bahunya, sosoknya yang menawan menarik hampir seluruh pasang mata di lapangan dekat panggung. Mereka menyiapkan masih menunduk, bahkan ada beberapa yang bersiul.

Ada dua anak kembar tak identik yang cukup terkenal dengan ketua BEM, Fikri memegang bagian drum, Faras piano dan Lanang sebagai yang memegang biola. Bakat yang musk yang di padukan dengan wajah mereka, semua orang terhipnotis. Apalagi kala Dhika mengecek suaranya melalui mic, semua orang langsung tertawa karena suaranya begitu berat dan khas seorang lelaki dewasa.

"AKU PADAMU DHIKA!!"

"Suaranya seksi, cocoklah jadi imam gue!"

"Bawa aku pulang kakak."

"Titi aku menemukan jodohku!"

Kelompok perempuan berteriak dengan semangat, menarik perhatian Dhika yang belum juga melihat kearah para penonton.

Terlihat di dekat panggung begitu menyenangkan, sampai membuat Rasya mengeluh.

"Berisik, kayak nggak pernah liat cowok anjir!" Bella berkomentar karena dia cukup tidak nyaman berada di keramaian ini.

"Julid aja, kalau iri bilang!" Balas salah satu kelompok perempuan dalam kerumunan.

"Eh, abang gue juga ternyata ikut dateng kesini, loh." Ujar Rasya dengan tiba-tiba setelah mematikan ponsel miliknya.

Tadi Marfel baru saja mengirim pesan padanya, kalau dia sudah berada di luar menuju ke lapangan acaranya. Dia di minta datang ke kampus karena rektor mengundang. Di sisi Rasya, Bella diam saja. Matanya langsung mencari kesana kemari tanpa sadar dan hal itu membuat Rasya tersenyum dengan sempurna, karena Bella langsung terintrupsi. 

....

Laila memeluk dirinya sendiri, ada lebam di seluruh tubuh ynag tertutupi oleh pakaian malam ini. Kemarin Laila baru saja di pukuli oleh kekasihnya, karena tidak bisa memuaskan dia dengan benar. Memaksakan kehendak pada tubuhnya yang menolak untuk di setubuhi, Laila menderita tetapi orangtuanya lebih menyayangi reputasi keluarga dari pada menyelematkan Laila dari kekejaman kekasihnya.

Mereka bilang ini adalah pilihan Laila, jangan membawa nama keluarga lagi. Itu hanya akan mempermalukan mereka lagi seperti di masa lalu. Dan dia menangis, sampai seseorang memegang bahunya Laila berjengit penuh ketakutan. Wajahnya pias dan kacau, Yasa melihat itu dengan keterkejutan yang tidak bisa dia tutup-tutupi.

"Kenapa kamu menangis di sini?" Tanya Yasa yang melihat Laila berdiri jauh dari para dosen sebelum pergi ke bagian belakang kamar mandi yang sepi.

Bodohnya dia malah mengikuti karena murni takut ada hal buruk ynag terjadi di malam meriah ini, dia mengikuti secara sadar dan menemukan jika Laila bertengkar dengan seseorang di telepon sebelum menangis dengan raungan kencang. Tentu orang di luar sana tidak akan bisa mendengar, karena band sudah mulai menghibur para penonton dengan bakat menyanyi mereka.

"Pak...tolong saya..." Laila langsung memeluk tubuh Yasa.

Laila membutuhkannya, dia ketakutan tentang kepulangannya nanti. Dia akan bertemu dengan ekkasihnya, hidupnya sudah hancur dan mengajar sebagai dosen adalah obat baginya tetapi kali ini, seseorang yang dia harapkan ternyata tidak bisa dia miliki dan menolaknya secara keras. Laila kehilangan pijakan, jadi dia menggila, pikirannya mulai tidak waras dan monster dalam kepala terus memakinya untuk mati saja.

"Tenang Laila, saya di sini." Ucap Yasa tanpa memeluk balik Laila.

Dia cukup terkejut, tetapi getar tubuh dan suaranya yang ketakutan membuat Yasa mengurungkan niatnya untuk mendorong Laila. Yasa merasa kalau sikap Laila saat ini seperti seseorang yang tengah di buru sesuatu mengerikan, dia seakan di hantui oleh rasa takut pada seseorang.

Tidak lama setelah itu, tubuh Laila yang lelah secara fisik dan batin itu tidak sadarkan diri. Dia lemas dalam pelukan Yasa.

"Laila? Laila !!" Yasa memanggil Laila kemudian menepuk pipinya.

Dia menaruh tubuh itu di atas lantai dengan kepala di pangkuannya, dia melihat jika di wajahnya ada memiliki beberapa luka. Terutama di bagian telinga yang rambutnya jatuh ke bawah, menampilan memar mengerikan di sana. 

Aku Milik Pak Dosen. [Rewrite]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang