Ibu suri agung

254 19 0
                                    

"Wah, setelah 7 jam perjalanan aku baru ingat bahwa aku tidak membawa apapun untuk nenek, bagaimana jika ia langsung membenciku?" Ucapku frustasi pada mereka.

Kini kami berhenti di sebuah gerbang yang terbuat dari batu, tampaknya ini seperti gerbang pembatas sekaligus pertahanan. Kami dihalang masuk ketika kami hendak menorbos gerbang, delapan penjaga gerbang mengangkat senjata mereka.

"Hei, apa yang kalian lakukan? Aku hanya ingin bertemu dengan nenekku!" Aku berteriak pada mereka tak terima bila ban mobil kami pecah karena tembakan mereka.

"Siapa nenek mu? Maksudmu Yang Mulia Rina, selama ini kami tidak pernah melihat cucunya," ujar salah satu prajurit.

"Baik, jika aku terbukti berbohong kalian boleh melempar ku pergi. Namun, kalau aku yang terbukti benar maka–" aku sengaja menghentikan bicaraku membiarkan mereka menunggu apa perkataanku selanjutnya.

"Rahasia," ucapku.

Kami berjalan diiringi oleh prajurit prajurit menyebalkan, bukannya diiringi bak tamu kehormatan mereka memperlakukan kami seolah kami adalah tahanan.

"Yang Mulia Rina, Ibu Suri Agung. Tiga orang yang tanpa diketahui asalnya, salah satunya mengaku sebagai cucu anda. Saya tidak yakin jadi untuk sementara waktu kami menahan mereka!" Prajurit itu menunduk. Yang duduk disana adalah seorang nenek tua, aku yakin dia nenekku. Aku tak menyangka dia sangat menawan, sangat kaya dan tak kalah dari istana ayah.

"Perlihatkan kepadaku!" Perintahnya.

Umurnya yang tua tak menghalanginya untuk bersikap setangguh ini, aku berharap kami memiliki sifat yang sama.

Aku melangkah ketika prajurit mendesak untuk berjalan dengan cepat, beruntung mereka aku masih dalam suasana hati yang baik. Ketika aku yakin jarak nenek dan aku cukup untuk saling memandang. Aku mendongakkan kepalaku untuk memberikan sapaan terbaik.

"Salam Ibu Suri Agung, waktu telah memisahkan kita cukup lama. Namun, aku yakin ikatan batin kita cukup kuat untuk membuktikan bahwa aku adalah cucumu dan kau adalah nenekku," paparku.

Nenek masih belum buka bicara, ia terpaku cukup lama. Antara masih berselimut keraguan atau ia lupa kalau ia punya cucu. Aku tidak pernah tahu apa yang ada dipikirannya.

"Dalilah?" Ujar nenek mengernyitkan dahinya.

Kenapa dia menebak kalau aku Dalilah? Jawabannya sih benar namun yang berdiri disini adalah tubuh Lidya dengan jiwa Dalilah. Dalilah sudah mati raganya. Apa aku harus menjelaskannya detail ya, sepertinya tidak perlu. Aku harus tetap menjadi Lydia.

"Kenapa Dalilah?" Tanyaku penasaran.

"Kalau Lidya tidak mungkin, anakku yang durhaka itu pasti selalu mengurungnya di istana terkutuk itu. Lebih memungkinkan jika Dalilah, karena dia tinggal bersama menantuku Arabella. Akan lebih bebas jika ia datang tanpa halangan dari Mario," jelasnya.

Jadi, dia tahu banyak hal? Aku disini seperti orang bodoh. Sepertinya banyak yang tahu sebuah rahasia di kerajaan ini, hanya aku yang tidak tahu? Tolonglah ingatan Lidya, bantu aku. Apa yang terjadi padamu sejak kau kecil, tolong datanglah dengan lengkap.

"Kau terdiam? Apa aku salah menebak?" Ujarnya.

Aku menggeleng, "kau tidak sepenuhnya salah karena kami kembar, akan sulit membedakan kami berdua. Namun, aku adalah Lidya. Ceritanya sangat panjang mengapa aku bisa sampai disini nek,"

"Aku juga sangat merindukanmu!" Imbuhku.

Ini kata-kataku sebagai Dalilah, entah mengapa ketika dia menyebut nama ibu dengan kata 'menantuku' terasa hangat di hati. Tatapan wajahnya yang teduh, membuatku yakin bahwa ia bisa menjadi tempat berlindungku.

Nenek bangkit dari kursi singgasananya, ia berjalan menuju aku lalu memelukku dengan erat. Ia juga sempat mencium keningku walau harus berjinjit.

"Mengapa harus datang sekarang? Aku sudah lama menunggu, aku pikir aku tidak akan melihatmu jika aku mati. Seharusnya kita berkumpul bersama Dalilah, Lucas dan menantuku Arabella!"

Aku tidak tahu harus berkata apa, aku terdiam sampai nenek mempersilahkan aku masuk lebih dalam ke istananya. Astaga aku lupa dengan Helena dan pria tua itu.

"Nenek, aku harus membawa teman-temanku ikut bersamaku, merekalah yang membantu hingga aku bisa bertemu nenek,"

"Aku tidak melarang, bawa mereka ikut bersama kita!"

The Main Princess✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang