Bebas bersyarat

697 63 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya.
Selamat membaca

***

Hoam.....

Aku menguap setelah tubuhku bangkit sendiri tanpa peringatan. Mengapa tidurku nyenyak sekali, badanku tidak retak seperti kemarin.

"Nona..."

Helena datang bersama pelayan lainnya. Wajah mereka berseri. Tapi tunggu, mengapa mereka ada disini? Aku dimana?

Aku memerhatikan sekitarku, entah ini mimpi atau bukan aku berada disini. Aku bebas?

"Kami bahagia mendengar kabar ini. Nona sudah kembali, namun Nona harus menuruti perintah Raja"

"APA?"

Sontak aku berteriak, apa-apaan ini? Sama saja aku tidak bebas.

"Nona mau kemana?" cegat Helena saat aku hendak berjalan kekua kamarku.

"Bukankah aku harus bertemu raja? Aku harus tahu apa perintahnya" jawabku.

"Raja Mario sedang dalam perjalanan bisnis, beliau memerintahku untuk menyampaikan ini pada Nona" jelasnya. Aku hanya bisa terdiam, dan kembali ke tempatku.

"Pertama, Anda harus meminta maaf pada Nona Irish. Anda harus sege-"

"Tidak akan pernah!"

"Ini perintah Raja" Ujar Helena setelah itu melanjutkan kalimat yang terpotong.

"Kedua, anda dilarang merundung Nona Irish"

"Ketiga, anda akan dikawal oleh pengawal pilihan raja. Mereka akan memantau semua hal yang anda lakukan dari jauh."

"Terakhir, dalam minggu ini anda harus menyiapkan diri untuk pertunangan anda dan Pangeran Averio."

Aku memutar bola mataku, membosankan sekali jika peraturan tersebut harus dijalankan. Bukankah peraturan ada untuk dilanggar? Entahlah itu hanyalah pikiranku.

"Baiklah, Tuan Putri harus mandi. Siapkan semua keperluan Tuan Putri."

***

Ceklek...

Aku membuka pintu kamar Irish yang begitu megah, ternyata kamarnya tidak kalah denganku. Bisa-bisanya jalang itu mendapat tempat ini.

"Halo, Irish. Aku sedih mendengarmu gila, tapi aku bahagia" aku menghampiri Irish dan duduk di pinggir kamarnya.

"Tidak ada orang disini, jadi jangan berpura-pura. Hanya ada kau dan aku adikku!"

Byurrr.....

"Astaga Irish, kau benar benar dendam padaku?!" aku sengaja berteriak agar orang diluar mendengar dan mereka akhirnya masuk untuk melihat kekacauan itu.

"Nona, apa yang terjadi? Kau basah," ucap Helena khawatir.

"Lihatlah anak gila ini, tidak tahu diri!" aku menunjuk Irish yang tak menampakkan raut apapun.

Melihat keadaan tidak sesuai pikiranku, akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan ruangan ini.

"Helena, sebenarnya aku yang menyiram diriku sendiri. Bukankah itu keren?"

Helena membelalakan matanya, mulutnya menganga tak menyangka. Seorang Lidya yang terkesan dingin, angkuh, dan berwibawa melakukan drama seperti tadi.

"jangan terkejut, tadi aku bosan jadi aku ingin bermain sedikit"

Helena bergidik ketakutan, ia merasa aneh melihatku. Badannya berjalan kaku. Ia terlihat ingin menjauhiku.

"maafkan aku, Helena. Aku berjanji ini yang terakhir" ujarku sembari menahan tawa.

Helena hanya mengangguk. Kenapa dia bertingkah berlebihan? Padahal ini bukan pertama kali aku melakukan ini.

"Helena kau mau kemana?" Tanyaku saat Helena hendak meninggalkanku dikamarku sendirian.

"Mengapa begitu terburu-buru?" imbuhku.

Aku berusaha mengikutinya, namun Helena menghentikanku. "Nona harus beristirahat disini, saya harus datang untuk mempersiapkan keperluan Nona" jelasnya.

"Pergilah, jangan lama-lama." pintaku.

"Baik, Nona"

Aku menjelajah ruanganku, tampak membosankan. Semua tindakanku akan menjadi berita hangat saat ayah pulang nanti. Mirisnya hidupku, harusnya aku bersantai sambil minum teh. Harusnya Irish mengenakan baju pelayan dan memijit kaki-ku dengan air garib yang menyehatkan.

"Panggil Elona!" perintahku pada pelayan yang baru selesai membereskan ranjangku.

Tak lama kemudian, Elona datang dengan baju pelayan yang berbeda dengan pelayan lainnya. Warna-nya hijau yang berarti dia hanya memantau apa yang terjadi di istana.

"Apa yang terjadi, Putri Lidya?"

"Tidak ada, buatkan aku teh!" cuaca sangat dingin, entah tubuhku yang salah atau cuaca-nya yang tak bersahabat. Aku butuh sesuatu yang hangat.

"jangan menggunakan gula murahan!"

"Baik, Putri"

Lucunya melihat Elona menurut dengan perkataanku seperti ini. Selain gila, dia juga mudah dibodohi. Harusnya dia bersyukur aku tidak membiarkannya mendekam di penjara.

"Helena tampak mencurigakan, dia tadi pergi dengan terburu-buru. Dia pergi ke belakang taman. Sepertinya itu gudang" setelah menyampaikan hal itu, Elona pergi.

Lantas, apa yang disembunyikan Helena? Bukankah dia pelayan tepercaya Lidya? Seharusnya dia yak menyembunyikan apapun.

"Aku harus ke sana sekarang juga."

***

Jangan lupa share ke teman kamu kalau kamu suka cerita ini.
Jangan lupa vote dan komen, biar notifikasi kelihatan banyak🤣🤣🤣

Makasih yang sudah baca, bantu kasih tau letak typo-nya, ya😁




The Main Princess✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang