Raja Galileo menawarkan kami untuk menginap selama seminggu untuk mempertimbangkan pemutusan pertunanganku dengan Averio. Itu sama saja seperti wakatu untuk membujuk Oliver. Aku jadi tidak tenang karena memikirkan hal ini. Kapan Oliver pulang dari perjalanannya, aku tak bisa menyia-nyiakan waktu seperti ini.
"Nona Lydia, bagaimana kalau kita pergi keluar sebentar daripada di ruangan ini sepanjang hari. Aku dengar pasar disini sangat meriah karena rakyatnya selalu mengadakan pertunjukan seni. Mungkin Nona akan tertarik," ujar Helena kelelahan melihatku terus berjalan mengitari ruangan ini berulang dan ada kata 'seni' membuatku menghentikan aktivitas tidak jelasku.
"Sepertinya menarik, hmmmm daripada aku bertingkah seperti orang gangguan jiwa lebih baik kita menghibur diri!"Dengan diiringi beberapa pengawal, akhirnya kami sampai di tempat yang Helena maksud. Disini ramai, uniknya semua orang bebas menampilkan apapun yang ingin mereka tampilkan. Seperti sekarang aku sedang menonton teater berjudul "Malaikat dan Manusia" sungguh mengerikan kisah tersebut. Ketika dewa mencoba membunuh salah satu dari mereka untuk memisahkan ikatan cinta diantara mereka. Wanita tersebut mati lalu bereinkarnasi menjadi manusia yang kehilangan ingatannya kemudian malaikat tetap hidup dan dikutuk menjadi bunga untuk selamanya. Suasana seperti ini membuatku teringkat suasana di kotaku yang dulu. Aku rindu menjadi Dalilah.
Tak kusangka aku tertegun cukup lama setelah teater tersebut usai, pemandu acara terlihat meminta seseorang untuk mengisi acara selanjutnya. Aku baru tahu ternyata acara ini tidak dipersiapkan. Aku piker mereka membuat susunan acara. Aneh sekali belum ada yang mengajukan diri untuk mengisi acara selanjutnya, aku berpikir untuk menyanyikan lagu yang aku tulis dan belum aku rilis. Aku mengangkat tanganku lalu semua pandangan menuju ke arahku.
"Nona, kau yakin? saya belum pernah melihat anda melakukan sesuatu bernama seni," Helena meraih tanganku, dirinya terlihat khawatir dengan apa yang akan aku lakukan.
"Tenanglah, Helena."
Aku pun menurunkan tanganku Ketika pemandu acara mulai berbicara, "Baiklah, sepertinya ada seorang nona yang akan menghibur kita. Saya berikan panggungnya untuk anda, Nona!" seru pria itu.
Aku pun berjalan naik ke panggung dengan percaya diri karena ini adalah hal yang sering aku lakukan. Dulu aku melakukannya untuk mendapatkan uang, sekarang aku mengisinya dengan cuma-cuma. Aku mengambil ukulele yang ada disana, entah dari tangan siapa aku mengambilnya yang penting aku bisa bernyanyi.
"Ketika aku membuka mataku, yang kusadari adalah pertunjukan yang seharusnya berakhir sejak awal. Sebuah kata apakah yang mampu menghalauku dari kenyataan? sebuah logika yang berteriak bahwa kita adalah kemustahilan."
Musik berjalan tanpa lirik, aku membiarkan instrument berjalan.
"Lalu bagaimana dengan setiap pertemuan? ribuan pertemuan tak ada artinya. Kita dirantai oleh kemustahilan. Takdir berteriak, memutuskan kisah kita. Memisahkan cinta kita. Melepaskanmu tanpa tahu aku mencintaimu, bahkan lebih menyakitkan daripada mencintaimu"
Aku mengakhiri nyanyianku, membiarkan suara senar beradu dengan indah hingga akhirnya aku menghentikannya. Seandainya ada seorang yang dapat mengiriku dengan biola ataupun piano, aku rasa lagunya akan lebih baik.
Aku merasa suasana mendadak sunyi setelah aku bernyanyi, tak lama kemudia Helena bertepuk tangan lalu diikuti semua orang. Mereka bertepuk tangan dengan mata yang berbinar. Aku tak menyangka sesuatu seperti ini lebih membuatku puas daripada Ketika aku diberi uang.
"Terimakasih, semuanya." Aku merasa puas dan Bahagia, ini seperti perasaan lain. Aku bahkan tak menyadari dari kapan aku meneteskan air mata.
"Anda sepertinya tidak asing. Apakah saya bisa menebak?" Pemandu Acara tersebut berbicara secara pribadi padaku.
Apakah dia mengenaliku sebagai Dalilah?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Main Princess✔️
FantasiDalilah terperangkap di tubuh kembarannya sendiri, sejak kematian dirinya beberapa hari yang lalu.