Pelayan terkasih

716 59 4
                                    

***

Pikiran yang kalut menguasai diriku, membuat langkahku terasa lebih cepat dari biasanya. Aku mencoba menghindari pandangan mata yang penuh tanda tanya, yang membuatku merasa seperti buronan. Mereka pasti merasa ada yang aneh dengan kehadiranku, dengan sikapku yang terkesan terburu-buru dan penuh ketegangan.

Helena, siapa dia sebenarnya? Adakah dia seorang mata-mata yang bersembunyi di balik senyumnya yang lembut, atau mungkin dia pengkhianat yang akan menghancurkan kepercayaan Lidya? Pertanyaan itu terus berputar-putar dalam pikiranku, menyiksaku lebih dalam dari rasa lelah yang menyelubungi tubuhku. Aku membenci pengkhianat lebih dari apa pun. Mereka yang dengan mudah menyerahkan kepercayaan dan prinsip demi ambisi pribadi. Itu adalah tindakan paling hina yang bisa dilakukan oleh seorang manusia.

Meninggalkan lorong-lorong istana yang penuh dengan teka-teki, aku akhirnya keluar ke halaman luar, merasakan udara yang segar masuk ke paru-paruku, meskipun ada rasa cemas yang menggelayuti. Langkahku terhenti di depan taman. Elona sudah mengarahkanku ke tempat ini. Di belakang taman, ada sebuah gudang, namun setelah kuperiksa, tidak ada yang bisa ditemukan. Tidak ada petunjuk, tidak ada jejak.

Pondok kecil yang terletak lebih jauh, dengan pintu kayu berukirkan simbol kerajaan, menarik perhatianku. Ini adalah tempat yang aneh, sunyi, dan sepi. Aku bertanya-tanya, siapa yang bisa berada di dalam sana. Aku berseru, berharap ada yang mendengarkan, namun tak ada sahutan.

Mataku menyusuri pondok itu, dan sesuatu membuat hatiku berdebar keras. Melalui celah kecil di dinding kayu, aku melihat sosok tubuh terbaring lemah di lantai. Seseorang yang sangat aku kenal, Helena. Tubuhnya terlihat rapuh, dan pakaian yang dikenakannya sangat berantakan, hampir robek. Udara dingin menggigit kulitku, tetapi aku tidak peduli. Aku bergegas membuka pintu dan mendekatinya. Melihatnya dalam kondisi seperti itu membuat hatiku remuk.

"Helena!" seruku. "Apa yang terjadi padamu?"

Helena hanya bisa mengeluarkan rintihan kesakitan, matanya terpejam dan tubuhnya berkeringat meskipun udara di sekitar begitu dingin. Aku merapikan sedikit pakaian yang masih bisa diselamatkan dan segera memberinya mantelku, meskipun rasanya tubuhku pun kedinginan. Aku harus memastikan dia selamat. Aku tidak akan membiarkannya mati begitu saja, apalagi setelah dia begitu lama menjadi pelayan setia Lidya.

"Apa yang terjadi? Siapa yang melakukan ini padamu?" Aku mencoba menenangkan suaraku yang bergetar, namun tetap terdengar tegang.

Helena hanya terdiam, matanya tetap tertutup rapat. Aku semakin cemas, dan ketika seseorang datang menawarkan pertolongan, aku merasa sedikit lega. Tapi pertanyaan dalam pikiranku belum terjawab—siapa yang berani melukai Helena?

Teriakan marahku terdengar keras, memecah kesunyian sekitar. "Siapapun yang melakukan ini padanya, aku akan meletakkan kepala mereka di panggangan panas!" Aku melihat beberapa wajah terkejut mendengarnya, dan dengan cepat orang-orang mulai berkumpul.

Aku tahu aku harus mencari tahu lebih banyak. "Elona!" panggilku dengan suara yang penuh tekad. Elona datang dengan sigap, membawa nampan teh yang tampaknya ingin meyakinkanku bahwa semuanya baik-baik saja. Tapi tidak. Semuanya tidak baik-baik saja.

"Putri," jawab Elona. "Ada apa?"

"Aku ingin kau menyelidiki siapa yang melukai Helena," perintahku dengan suara tegas. "Jangan abaikan hal-hal kecil. Cari tahu semuanya, apapun yang terlihat mencurigakan."

Elona mengangguk dan segera melaksanakan tugasnya. Aku menghela napas panjang, merasa sedikit lebih ringan, meski kepalaku masih penuh dengan kebingungan. Aku harus tahu siapa yang bertanggung jawab atas ini.

Dengan langkah cepat, aku menuju kamar Lucas. Tapi, kamar itu terkunci. Apakah dia mengurung dirinya lagi? Tidak mungkin. Aku baru saja melihatnya beberapa waktu lalu, dan dia tampaknya sudah mulai pulih. Ada sesuatu yang aneh.

Seorang pelayan tua muncul, memberitahuku bahwa Lucas pergi bersama Raja Mario untuk urusan kerajaan. Informasi itu memberi sedikit kelegaan, meskipun masih banyak yang perlu aku ketahui.

Sebelum aku meninggalkan kamar Lucas, pelayan itu berkata dengan senyum hangat, "Kau mirip dengan Lucas, sopan dan baik. Kalian berdua mirip ibu kalian."

Kata-katanya membuatku terdiam. Mungkin aku harus lebih mengenal wanita ini. Terkadang, informasi datang dari tempat yang tidak terduga.

Kehidupan sebagai putri tidak selalu semudah yang dibayangkan. Segalanya terasa semakin rumit, semakin gelap. Aku merasa seperti terjebak dalam labirin tak berujung. Aku hanya ingin bebas, bisa memilih jalanku sendiri. Seandainya aku tetap menjadi Dalilah, hidup lebih sederhana, tanpa beban.

Namun, aku tahu aku tak bisa mundur sekarang. Terlalu banyak yang dipertaruhkan. Lidya, Helena, dan banyak lagi. Aku harus bertahan, apapun yang terjadi.

***

Jangan lupa vote dan komen, ya.
Hayo, siapa tadi yang dm minta fast update. Nih, udah di-up.
😘😘😘😘


The Main Princess✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang