Peran pembantu

779 69 3
                                    

"Apakah aku diberi kesempatan hidup hanya untuk menjadi peran pembantu dalam cerita hidup seseorang?"

***

"ppssttt...."

"hei...."

Aku membuka mataku, setelah mendengar bisikan yang mengganggu tidur nyenyak 'ku.

    "Eunggghht..." erangku.

Aku merenggangkan ototku, kemudian mencari arah suara itu.

     "Huh?" aku mencoba bertanya namun nyawaku belum terkumpul sempurna.

     "Lidya, ini aku Oliver!"

Aku membulatkan mataku, mematung sejenak. Aku memicingkan mataku sembari memiringkan kepalaku. Akhirnya kenangan itu datang, Oliver adalah adik Pangeran Averio.

     "Ada apa? Kau mau ikut masuk ke penjara kumuh ini?"

Brught....

     "Apa yang kau lakukan!!!" Teriakku.

Oliver melompat dari jendela yang tinggi itu. Ia bahkan mendaratkan kakinya dengan sempurna, seakan tidak ada hembatan sekalipun.

   "sssttt," Oliver membungkam mulutku dengan telapak tangannya yang besar.

   "Mmmmm......"

   "Kau ini benar-benar gila, aku hampir kehilangan nafasku!" teriakku.

Oliver pun menjauh lalu membungkukkan badannya.

   "Aku datang hanya ingin mengucap terimakasih. Aku bangga mempunyai teman sepertimu!"


  "kau ini sudah mengejutkanku lalu mengatakan hal yang membingungkan!"

  "Rencanamu sangat buruk, namun kau mengorbankan dirimu demi diriku!" ujar pria itu yang kemudian mengelurkan rantai dan melemparkannya ke arah jendela yang tinggi.

  "Rencana apa?" aku memicingkan mataku, tak satupun kenangan muncul untuk membantuku. Sialan.


"Hei aku sudah menangkap rantainya, naiklah!" Teriak seseorang dari luar.

 
Sebelum Oliver mengatur posisinya untuk naik ke jendela, ia berhenti sejenak.

  "Kau berhasil bertunangan dengan Pangeran Averio!"

   "Lalu?"

   "Aku akan membawa Irish kabur dan menikahinya tanpa pertunangan. Tentunya setelah kau bebas dari hukuman ayahmu. Tidak mungkin aku tak mengundang teman tersayangku."

Oliver memegang erat rantai itu sementara temannya yang dari luar menariknya kuat. Setelah Oliver sampai di atas, sebelum ia melompat, Oliver menjatuhkan lagi rantai itu.

  "Ikutlah denganku, aku tak tega melihatmu disini. Seperti tikus selokan yang kelaparan." ledeknya.

Oliver dengan puas menertawakan raut wajahku yang menahan amarah, namun aku tetap meraih rantai itu. Kesempatan tidak datang dua kali, kapan lagi aku bisa kabur.

   "Sialan kau!!"

Oliver melompat seakan terbang tanpa beban, padahal aku yang sudah diatas sudah bergetar ketakutan. Kaki ku tak bisa diajak bekerja sama, aku takut ketinggian.

   "Kau takut? Bukankah Lidya yang aku kenal sangat menyukai ketinggian?"

   "Aku takut mati." ucapku.

Oliver tertawa sekali lagi. Kemudian  pria itu mengajak temannya untuk bersama-sama menangkapku.

   "Lompatlah!!"

   "Tidak!"

    "Tutup matamu, bayangkan kau bebas dari penjara itu!"

Aku pun melompat. Awalnya aku takut, namun setelah meyakinkan diriku, aku jadi tak takut sama sekali. Rasa takut itu seakan sirna, yang ada hanyalah rasa gembira, bebas dan mendebarkan.

Hap...
Akhirnya mereka menangkapku, tak disangka mereka terlatih dalam hal ini.

   "Sepertinya aku tahu mengapa Lidya suka ketinggian" ujar Lidya setelah melepaskan tubuhnya dari tangkapan dua pria yang telah menolongnya itu.

  "Maksudmu?" tanya Pria itu.

Aku tak menjawab.

  "Memangnya kau bukan Lidya?"

  "Iya, bukan!"

  "Lidya, aku memang percaya padamu. Tapi tolong jangan membuat lelucon berlebihan." ujar Oliver.

Tak butuh waktu lama, aku akrab dengan Oliver. Lidya benar-benar memiliki teman baik. Ku pikir ia hanya punya banyak musuh. Sayang sekali, dua pria menyukai Irish secara bersamaan. Keduanya juga adalah orang berada. Mereka pangeran. Beruntungnya anak jalang itu.

   "Itu danau yang indah!!!"

Mataku bersinar melihat pancaran matahari yang terpantul akibat jernihnya air danau yang tenang. Disekelilingnya ada rumput yang tersusun rapi dan bunga liar yang tak sengaja tumbuh.

   "Ayo kita pergi" ajak Oliver.

   "Tapi aku suka danau ini!" jawabanku sukses membuat Oliver terdiam membisu, memiringkan kepalanya dan menatapku selidik.

   "Bukankah kau benci danau ini karena ini adalah tempat kesukaan keluarga kerajaan berkumpul untuk menari?"

   "Lalu?" tanyaku.

   "Kau masih tak suka menari, bukan?" tanyanya memastikan.

   "aku sekarang sudah suka, mau menari bersamaku?"

***

Okey sampai sini, minta votenya dan komen bolehlah ya😞




   

The Main Princess✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang