Adik?

1.3K 136 16
                                    

"Apa yang menjadi milikku adalah milikku, tak ada yang boleh menyentuhnya"

-Aku-

***

Sialan. Aku menjatuhkan tiara milik Irish. Langkah kaki terdengar menuju arah keributan yang kami perbuat. Lalu, seseorang membuka pintu dan berkacak pinggang.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" Ayah menggeram. Wajahnya memerah setelah melihat keributan ini. "Katakan!!" marahnya.

Aku hanya bisa menatapnya diam. Lagipula ini semua kesalahanku. Kini aku menatap Irish, mengancamnya agar ia tak memberitahu semua pada ayah.

"Hiks, Ayah!"

Irish menangis? Demi anak iblis yang baru merangkak. Lihatlah ia menghampiri ayah lalu memeluk lengannya dan bersembunyi di belakang ayah seolah olah dia ketakutan.

"aku berniat menjenguk kak Lidya, tetapi dia menarik rambutku hingga mau putus. Kepalaku sakit sekali."
Ayah kini memandangiku tanpa suara. Matanya tak lepas menatapku dengan pandangan yang penuh amarah.

"Ayah dia itu marah karena takut aku mengambil Pangeran Averio. Awalnya dia mengancam akan membunuhku, jadi aku hanya melakukan pembelaan diri!" Ujarku mengada-ada.

Ayah segera pergi tanpa sepatah katapun. Tampak sekali ayah menyerah menghadapi kami. Tapi, bukankah itu hal yang bagus? Maka masalah tak perlu di perpanjang.

Iriah bergegas pergi, namun aku menghambatnya. Keringat dingin mengucur di seluruh tubuhnya, bibirnya bergetar, matanya enggan menatapku. Aku pun mendekat padanya hendak membisikan sesuatu,

"Apa yang menjadi milikku adalah milikku, tak ada yang boleh menyentuhnya." Irish pun berlari tergesa, ia bahkan kelelahan mengangkat gaunnya.

Rasa kantuk seakan pergi. Sepertinya aku harus berkeliling sejenak. Diluar sudah sangat larut. Bahkan bulan tak tampak lagi karena kabut. Aku terus berjalan hingga kakiku berhenti tepat dikamar yang selalu tertutup.

"Permisi, apakah disini ada orang?" Aku mengetuk pintu itu. " Tolong bukalah, aku Lidya. Kau tak mengenalku?!"

"apa yang harus kulakukan? Aku tak bisa tidur sebelum rasa penasaranku berakhir!"

Aku berdiri menunggu agak lama sampai bunyi pintu terdengar di telingaku.

"akhirnya!"

"Benarkah kau Lidya, atau kau adalah hantu Lidya?!"

"Aku Lidya bukan hantu, Boleh kau tunjukan wajahmu!"

Aku melihat tubuh lemah seorang lelaki dengan mata menghitam dan dalam.

"Lucas!" ujarku.

"Kak Lidya?!"

Dengan segera ia memelukku, lalu membiarkan kepalanya terbenam di pundakku.

"Berhentilah menangis! Kau itu anak lelaki!" tegas ku.

Aku melihat senyuman terbit dari wajah Lucas, ia tak berbicara namun hanya memandangiku.

The Main Princess✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang