Bajingan

423 32 2
                                    

Sekali

Dua kali

Tiga kali

Aku menampar gadis itu tiga kali di depan ayahku, setelah aku puas aku mendorongnya ke lantai. Persetan dengan bayi itu, aku tak peduli. Dia hidup ataupun mati tidak ada pengaruh dalam hidupku.

"Kenapa? Ayah mau menamparku lagi? Aku akan membalasnya dengan membunuh Irish!" Ancamku.

Seketika ayah membatalkan tangannya yang hendak menamparku, wajahnya menahan amarah. Kuasanya seakan sirna jika aku mengancamnya dengan membawa Irish kepada kematian.

Nenek mencairkan suasana dengan bertepuk tangan, tawanya yang lembut memenuhi ruangan. Ia kemudian membelaiku dan menarikku keluar dari kamar..

"Ini benar benar menakjubkan, aku pikir aku yang akan memberi pelajaran berat pada mereka. Ternyata kau tidak terduga, kau persis seperti ibumu. Pemberani!" Nenek mengacungkan dua jempol, aku pun membalasnya dengan hal yang serupa.

Kami berjalan menuju ruang makan, disana kami bertemu dengan Lucas yang duduk menyendiri disana tanpa menikmati hidangannya.

"Kakak," ucapnya lalu memandang nenek begitu lama, Lucas mengerutkan dahinya.

"Ini Nenek, wajar kau tidak akrab sejak kecil kita jarang bertemu dengannya." Jelasku.

Nenek menghampiri Lucas, lalu menyuruh adikku itu untuk berdiri. Nenek mengusap lembut rambutnya, lalu tersenyum.

"Nenek," panggil Lucas.

Lalu nenek memeluk Lucas.

"Cucuku, maaf nenek meninggalkan kalian. Ini semua karena ayahmu, andai saja dia tidak melakukan hal bodoh dengan menikahi pelacur, aku tidak mungkin mengutuk tempat ini!"

Kami  hanya diam, nenek terus memandangi Lucas. Tapi hal tersebut tidak cukup untuk meredakan rasa amarahnya.

"Hari ini akan menjadi hari yang sibuk, persiapkan dirimu. Kali ini kita akan pergi ke suatu tempat, dimana permainan akan segera kita mulai!" Ujar Nenek kemudian memerintahkan orang-orang di istana untuk membantu membenahi aku dan nenek.

Setelah nenek membisikkan sesuatu kepada helena, dayangku itu menjadi terlihat sibuk. Kali ini ia harus melayaniku seorang diri karena dayangku yang lain sudah keperintah untuk pulang.

Cukup lama kami bersiap, istana menjadi terlihat sibuk dan berisik. Ayahnya hanya berdiri mengamati kami tanpa mengambil tindakan. Ia sedikit memijat kepalanya.

"Aku akan membatalkan perjodohan antara Lidya dan Averio. Aku yang menentukan bukan kau, jadi sebagai anak yang baik kau dilarang mengahalangi keputusanku!" nenek menarikku agar mengikutinya tanpa memberikan kesempatan ayah untuk membalas ucapan nenek.

Jujur saja aku lelah dengan semua ini, sudah berapa lama aku menghabiskan waktu dijalanan, aku ingin istirahat. Apakah kerajaan Averio jauh? Aku tidak pernah tahu itu. Ingatan Lidya datanglah, beritahu aku berapa lama perjalanan kali ini.

"Bersabarlah, perjalanan kita dengan mobil menghabiskan 4 jam sebelum kita berlayar menyeberangi perairan yang menjadi perbatasan antara kerjaan kita dan Averio!" ujar nenek seolah tahu apa apa yang ada di pikiranku.

Aku akan menghabiskan waktuku dengan tidur saja, aku harap dengan tertidur dapat mempersingkat waktu. Tidur adalah mesin waktu bagiku.

Aku bersumpah demi apapun, aku tidak akan melakukan perjalanan melelahkan seperti saat ini. Menatap istana yang tak jauh berbeda dengan istana ayah, bagaikan menemukan berlian di lumpur.

"Apa kita akan terus berdiri disini?" Tanyaku.

Gerbang terbuka, penjaga disana berbaris dengan rapi. Kepala Penjaga memberikan instruksi untuk membuka jalan, ternyata disana ada pria seumur ayah berjalan dengan gagahnya. Pakaiannya saja menunjukkan kalau ia seorang petinggi. Lalu ia menunduk ketika berhadapan dengan nenek.

"Sudah lama tidak bertemu, saya penasaran mengapa anda menelepon saya kala itu. Saya yakin ini adalah hal penting dan saya harap bukan sesuatu yang buruk," ujar pria itu.

The Main Princess✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang