ENAMBELAS

9.8K 537 8
                                    

Arlan yang baru pulang dari kantor sedang menyandarkan badannya kesofa di ruang keluarga, dan melihat kesekeliling. Ryan yang melihat Arlan sudah pulang lalu menghampiri Arlan.

"Maaf tuan, tadi ada sedikit keributan yang terjadi." Lapor Ryan

"Keributan apa?" Tanya Arlan dengan dingin.

"Tadi saya melihat tuan muda Aska menangis setelah tuan Agra melemparkan sebuah piring. Dan kebetulan tuan Altair datang dan langsung membawa Tuan muda Aska kekamarnya." Jelas Ryan sambil membungkukkan badannya.

"Kenapa tadi ga kamu laporkan ke saya?" Tanya Arlan dengan kesal.

"Maaf tuan, saya melihat tuan Altair sudah menenangkan tuan muda Aska dan juga sudah menegur tuan Agra." Jawab Ryan.

"Hah, ya udah kamu boleh pergi." Hela Arlan yang bingung gimana caranya untuk menangani Agra. Arlan sadar dia anak pertama dan harus bisa menyelesaikan masalah antara saudara-saudaranya dan tidak bisa membela salah satu pihak. Setelah lama berpikir, Arlan pergi ke lantai 3 dan menuju kamar Agra. Arlan akan menanyakan apa yang terjadi tanpa berusaha menghakimi.

Tok

Tok

Tok

Keluarlah Agra dengan penampilan yang cukup berantakan, rambut yang acak-acakan dengan muka bantal yang menandakan Agra baru bangun tidur.
Agra yang merasa resah saat kejadian tadi ga akan heran, pasti salah satu abangnya akan mendatanginya.

"Kenapa?" Dingin Agra yang menutupi keresahannya.

"Ga, abang cuma mau nanya kejadian yang terjadi tadi?" Tanya Arlan dengan lembut. Arlan yang menyadari mood Agra yang buruk berusaha tidak memperburuk keadaan.

"Lebih baik abang tanya sama adik kesayangan abang." Jawab Agra yang masih bersikap dingin.

"Nanti akan abang tanyakan yang pasti sekarang abang cuma mau tanya kejadian yang sebenarnya dari kamu, kenapa kamu melemparkan piring didepan Aska dan membuat dia menangis?" Tanya Arlan.

"Jelaskan apa yang terjadi disini?" Tanya Axcel tiba-tiba tanpa sepengetahuan Arlan. Arlan yang mendengar pertanyaan tiba-tiba Axcel terkejut.

"Apa yang kamu lakukan sama Aska?" Tanya Axcel mendekat ke Agra dan mencengkeram baju Agra. Agra yang melihat kemarahan Axcel merasa sedikit takut terlebih Axcel termaksud orang yang kejam.

"Tanya aja sama dia jangan sama aku." Ucap Agra dengan menepis tangan Axcel dan langsung menutup pintu.

Brak.

"Yak, aku belum selesai bicara brengsek." Teriak Axcel sambil mengedor pintu kamar Agra.
Arlan yang melihat Axcel emosi langsung menghentikan Axcel.

"Lebih baik kita tanya aja sama Aska cel." Ucap Arlan memegang lengan Axcel.

Sedangkan Altair yang baru selesai mandi mendengarkan keributan diluar lalu keluar kamar dan melihat Axcel yang mengedor pintu kamar Agra langsung menghampiri mereka.

"Ada apa bang?" Tanya Altair sama Arlan.

"Abang dapat info tentang kejadian Agra yang memecahkan piring dan membuat Aska menangis." Jelas Arlan yang memegang lengan Axcel untuk menenangkannya.

"Aku ga tau jelas kejadiannya kayak gimana, saat aku pulang Aska berjongkok didepan Agra dan menangis histeris sambil memohon ampun." Jelas Altair dengan melihat pintu kamar Aska. Mereka yang mendengar perkataan Altair merasa kesal tapi lebih baik mereka menemui Aska terlebih dahulu.
Dan Axcel yang melangkah duluan menuju kamar Aska seketika berhenti ketika Altair yang memegang tangan Axcel.

"Bang, aku mohon jangan dibahas dulu masalah ini soalnya tadi Aska menangis histeris sampai dia ketiduran." Jelas Altair. Axcel yang mendengar hanya menganggukkan kepala.

Ceklek

Saat pintu terbuka, terlihatlah penampakan yang membuat mereka gemas. Aska yang tertidur dengan menghisap pacifier terlihat sangat menggemaskan terlebih nampak pipinya yang memerah efek menangis tadi.
Mereka lalu menghampiri Aska dan langsung membangunkan Aska apalagi dia belum mandi dan waktu makan malam semakin dekat.

"Baby baby, ayo bangun. Kita mandi dulu." Axcel yang membangunkan Aska dengan lembut.
Aska yang merasa terganggu membuka matanya.

Mmhh

Aska yang terbangun melihat Axcel tiba-tiba memeluk Axcel dan membenamkan wajahnya keleher Axcel.

"Baby kenapa?" Tanya Axcel dengan lembut.

"Ga ada, Aska cuma merindukan abang." Jawab Aska yang sedang risau merasa tenang setelah melihat Axcel. Axcel yang curiga dengan sikap Aska hanya diam dan tanpa berkata-kata langsung menggendong Aska kekamar mandi. Arlan yang melihat Axcel lagi yang memandikan Aska merasa cemburu, tapi berusaha ditahannya karena ga mau memperkeruh keadaan. Lalu Arlan pun menarik Altair keluar dari kamar Aska.

"Apa sih bang?" Sewot Altair yang tiba-tiba tangannya ditarik.

"Ayo keluar, bersihkan diri. Ngapain kita disini." Ajak Arlan

"Aku udah mandi ya. Lagian aku mau menunggu Aska." Tolak Altair yang langsung beranjak kearah sofa dikamar Aska.

"Ya udah." Ketus Arlan yang langsung keluar kamar.

🐰

Setelah Agra menutup pintu kamar tadi, hati Agra merasa resah. Resah bukan karena kemarahan Axcel tapi lebih kepada keadaannya Aska. Pasti setelah ini Aska akan menjauhinya dan ketakutan melihatnya.

"Apa yang harus aku lakukan?" Gumam Agra sambil merebahkan badannya keatas kasur.

🐰

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka, keluarlah Axcel yang menggendong Aska yang badannya dibalut oleh handuk.
Altair yang tadi sibuk dengan handphonenya langsung menghampiri Axcel dan Aska.

"Udah selesai? Bang aku yang memakaikan baju Baby ya? Tanya Altair dengan antusias. Axcel yang melihat ekspresi Altair terdiam.

" Boleh ya bang, abang kan belum mandi. Lebih baik abang mandi dulu biar aku yang mengurus baby. Biar hemat waktu bang. Ya.!" Pinta Altair dengan memasang wajah imut.

"Sok imut kamu." Ketus Axcel sambol memandang Altair dengan sinis.

"Baby, baby sama bang Al ya. Abang mau mandi dulu. Nanti makan malam abang jemput." Ucap Axcel dengan lembut. Aska yang memperhatikan dari awal hanya menganggukkan kepalanya. Tanpa kata Axcel langsung keluar dari kamar Aska.

"Baby sama bang Al dulu ya, ini handphone abang boleh kamu pakai dulu" Ucap Altair sambil menyerahkan handphonenya ketangan Aska langsung. Aska yang seumur hidup pun tidak pernah mempunyai handphone apalagi memegangnya merasa terkejut.

"Ga usah bang, nanti rusak Aska ga bakalan bisa ganti." Tolak Aska dengan menyerahkannya kembali handphone Altair yang tidak diterima oleh Altair. Altair yang mendengar perkataan Aska merasa miris.

"Ga apa-apa baby. Mau rusak mau hancur atau mau kamu lempar ke kolam renang pun abang ga akan marah dan ga akan minta ganti rugi. Kalo perlu pabriknya abang belikan untuk kamu. Jadi sekarang kamu mainkan aja dulu ya handphone abang." Jelas Altair yang beranjak kearah lemari mengambil peralatan untuk Aska.

"Makasih abang. Aska ga pernah punya handphone jadi ga tau cara mainnya abang." Jelas Aska yang hanya memperhatikan handphone tersebut. Altair yang telah membawa peralatan Aska lalu meletakkannya disamping badan Aska sekali lagi merasa miris mendengar perkataan Aska.

Tbc

ASKARA KENZARO AVIER

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ASKARA KENZARO AVIER

ASKARA KENZARO AVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang