SEMBILAN BELAS

8.8K 522 10
                                    

Terlihat beberapa lelaki dan perempuan yang sedang bercanda ria disebuah cafe. Cafe yang berada disebuah mal, mereka sedang berkumpul karena traktiran dari teman mereka yang berulang tahun. Terdapat 5 orang laki-laki dan 2 orang perempuan, mereka sudah berteman sejak awal masuk kuliah. Salah satu dari mereka yaitu Altair tidak ikut gabung dalam percakapan mereka walaupun Altair sering ikut berkumpul. Altair sendiripun sebenarnya mengikuti sahabatnya dari kecil yaitu Yudha dan Yudha pun ikut dengan teman sma nya. Dan karena Altair yang malas mencari teman lain hanya bisa mengikuti Yudha.

"Sering-sering aja Nad, kamu ulang tahun. Biar kita ditraktir terus." Ucap salah satu teman Altair yaitu Bima.

"Yang ada aku jadi miskin karena keseringan traktir kalian." Jawab Nadine, satu dari perempuan yang ada disana.

"Udah kan, aku balik dulu ya." Potong Altair yang memang merasa bosan disana.

"Ada apa Al?" Tanya Yudha yang merasa heran karena ga biasanya Altair mau cepat pulang.

"Eh, iya udah. Kita semua juga mau pulang." Jawab Nadine dengan tersenyum kepada Altair, Nadine pun sebenarnya menyukai Altair semua usaha mendekati Altairpun sudah dilakukannya tapi sedikitpun tidak ada kemajuan.

"Ya udah, ayo kita keluar sama-sama." Ajak Angga salah satu dari mereka.

Setelah keluar dari cafe, mereka berjalan menuju keluar mal tapi ditengah perjalanan Altair yang melihat toko handphone langsung menuju kesana.

"Mbak, saya mau handphone yang paling bagus." Minta Altair kepada karyawan disitu. Dan karyawan tersebut mengambilkan beberapa bauh handphone.
Teman-teman Altair yang melihat Altair langsung mengikutinya.

"Saya mau yang ini." Tunjuk Altair kearah handphone yang berwarna putih. Dan karyawan tersebut dengan sigap mengambilkan dan membungkusnya langsung. Dan Alrairpun langsung menyerahkan kartunya yang berwarna hitam.

"Kamu mau ganti handphone Al?" Tanya Yudha yang heran karena dia melihat handphone Altair masih bagus.

"Ga, ini untuk seseorang." Ucap Altair

"Siapa?" Tanya Yudha penasaran.

"Rahasia." Ucap Altair yang tersenyum mengingat Aska pasti senang dapat handphone ini dari dia. Yudha pun hanya bisa memaklumi Altair karena udah terbiasa dengan sikap dia.
Teman-teman Altair pun hanya bisa diam mengamati karena mereka tau sifat Altair yang dingin dan cuek.
Setelah selesai merekapun melanjutkan perjalanan mereka dengan percakapan-percakapan yang random. Hingga tanpa diduga Altair yang tiba-tiba berlari menuju sebuah cafe. Teman-teman Altair yang melihat bergegas mengikuti Altair.

"Baby?" Panggil Altair yang ga percaya melihat Aska dicafe dengan Arvan.
Aska yang mendengar panggilan Altair langsung menoleh.

"Bang Al?" Aska yang terkejut melihat Altair.

"Baby kok ga bilang disini sih, abang juga kenapa ga ngasih tau aku kalo aku tau baby disini pasti aku akan nyamperin." Omel Altair yang merasa kecolongan.

"Kan kamu udah disini, apalagi yang kamu ributkan." Ucap Arvan dengan santai.

"Abang..."

"Al ada apa? Kenapa kamu lari-lari?" Tanya yudha yang memotong perkataan Altair.

"Ini, ada bang Arvan jadi aku nyamperin dia. Kalo kalian pulang duluan, pulang aja aku bareng sama bang Arvan." Ucap Altair yang melihat teman-temannya.

"Halo bang Arvan." Sapa Yudha yang kebetulan sudah kenal dengan Arvan.

"Halo Yud, kalian semua teman Altair?" Tanya Arvan

"Iya bang." Jawab Yudha.

"Owh kamu mau pulang, pulang aja Al. Habis makan kita juga mau pulang." Ucap Arvan

"Aku bareng abang aja." Putus Altair.

"Ya udah kalo gitu kami pergi dulu. Tapi ngomong-ngomong ini siapa?" Tanya Yudha yang baru sadar kalo ada Aska, Aska yang anaknya pemalu hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Adek aku. Dah mending kalian pergi. Makasih juga nad untuk traktirannya." Ucap Altair walau dingin tapi tau cara berterima kasih.

"Iya Al, sama-sama. Kami pergi dulu ya" Balas Nadine dan pamit untuk pergi.

"Iya bang, kami pergi duluan bang." Pamit Yudha sama Arvan.

"Ya yud" Ucap Arvan.

Setelah mereka pergi, Altair mendekat ke Aska.

"Baby makan apa sih, kok abang ga ditawarin?" Tanya Altair dengan usil menyicip makanan Aska.

"Ini nasi goreng bang. Abang mau?" Tawar Aska sambil menyuapkan sesendok nasi ke Altair.

"Aa, enak. Apalagi kalo disuapin sama baby." Ucap Altair setelah menerima suapan dari Aska.

"Dah dek, jangan disuapin lagi. Kamu aja yang makan nanti kamu ga kenyang lagi." Larang Arvan sambil melotot ke Altair karena menganggu Aska makan.
Setelah Aska selesai makan Aska lalu meminum milkshake oreo yang dipesankan oleh Arvan.

"Enak bang, Aska suka." Ucap Aska ke Arvan.

"Iya lain abang belikan lagi ya. Sekarang kamu habiskan setelah itu kita pulang ya." Balas Arvan

"Iya bang" Ucap Aska yang tersenyum senang.
Altair yang memperhatikan Aska hanya tersenyum melihat ekspresi lain dari Aska.
Setelah selesai mereka pun lalu keluar dari cafe menuju kearah luar mal tapi tanpa disangka tiba-tiba ada seorang ibu-ibu yang menyenggol Aska dan membuat paper bag yang dibawa Aska dan belanjaan ibu-ibu itu jatuh. Apalagi saat tatapan mereka bertemu.

"Kamu! Hei sampah, setelah kamu keluar dari rumah saya. Kamu masih berani menampakkan wajah sial kamu itu sama saya. Kenapa kamu ga enyah saja dari hadapan saya" Bentak ibu tersebut yang ternyata adalah Yuna sambil menampar wajah Aska dan menjambak rambutnya.

"Hiks hiks As-ka ga hiks se-nga-ja bu hiks." Tangis Aska ketakutan.
Arvan dan Altair yang melihat kejadian itu merasa geram. Arvan yang langsung menarik tangan Yuna dari rambut Aska dan memelintirkannya. Lalu Altair yang langsung memeluk Aska.

"Kalo anda berani menyentuh dia sehelai rambutpun akan saya buat tangan anda tidak berfungsi lagi." Geram Arvan tanpa melepaskan tangannya dari Yuna.

"Argh sakit, lepaskan tangan saya." Rintih Yuna kesakitan.

"Seharusnya anda tidak mengusiknya lagi setelah keluar dari rumah anda. Karena jika anda berani mengusik dia lagi, anda dan keluarga anda akan saya buat hanya tinggal nama. Camkan itu baik-baik." Ancam Arvan dengan suara lirih ditelinga Yuna sambil menambah kekuatannya memelintirkan tangan Yuna.

"Argh ampun saya mohon maaf." Lirih Yuna.

"Ingat baik-baik perkataan saya" Peringatan Arvan dengan menyentakkan tangan Yuna.

"Hah hah hah" Lega Yuna sambil mengusap tangannya dan memandang Arvan dengan ketakutan dan langsung mengumpulkan barang belanjaannya.

"Hiks hiks hiks hiks" Tangis Aska yang masih terdengar oleh Arvan dan melihat Aska dalam pelukan Altair. Arvan pun mengambil paper bag yang berisi handphone tadi dan menghampiri Altair dan Aska. Dan mengusir orang-orang yang melihat kejadian tadi.

"Udah ga ada-apa lagi kok dek. Owh iya tadi rencananya abang mau belikan adek es krim tapi karena adek nangis ga usah aja deh kita pulang aja." Bujuk Arvan yang tiba-tiba ingat kalo Aska tertarik dengan es krim.
Mendengar kata es krim Aska yang tadi menangis membenamkan wajahnya di dada Altair langsung menolehkan wajahnya kepada Arvan.

"Hiks Aska udah hiks ga nangis kok bang hiks." Ucap Aska yang berusaha menghentikan tangisannya. Altair dan Arvan yang melihat tingkah Aska hanya tersenyum geli.

"Beneran?" Tanya Arvan lagi.

"Iya hiks bang" Jawab Aska.

"Ya udah, mau abang gendong?" Tanya Arvan.

"Ga bang hiks Aska malu" Ucap Aska yang menundukkan kepalanya.

"Ayo kita beli es krimnya." Ajak Arvan yang langsung mengandeng tangan Aska diikuti oleh Altair.

Tbc

ASKARA KENZARO AVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang