DUA PULUH DELAPAN

6.7K 541 40
                                    

Terlihat seorang pemuda menggeliatkan badannya dan mengucek matanya, dan terbangun dengan pacifier di mulut nya. Aska lalu melepaskan pacifier di mulut nya dan turun dari ranjang lalu melangkahkan kaki ke arah kamar mandi.

Sesampainya di kamar mandi, Aska lalu mencuci muka dan menggosok giginya. Dan tidak lupa membuka popok yang tadi malam dipasang oleh Arlan.

Setelah selesai, Aska lalu beranjak keluar dan mendapati koridor lantai 3 sepi karena Aska melihat jam yang tertera di dinding masih menunjukkan angka lima. Aska lalu berjalan ke arah lift setelah dia diajari cara menggunakannya.

Sesampainya Aska dilantai bawah, lalu Aska menuju ke dapur dan melihat beberapa maid sudah melakukan tugasnya.

"Mbak, ada yang bisa Aska bantu ga?" Tanya Aska kepada salah satu maid yang ada disana.
Maid yang mendengar pertanyaan dari Aska terkejut dan karena tidak ingin mendapatkan hukuman maid.

"Maaf tuan muda. Apa ada yang dibutuhkan oleh tuan muda?" Tanya balik maid tersebut.

"Aska mau membuat roti bakar untuk Aska tapi..."

"Ya udah, tuan muda duduk disini dulu ya. Akan saya buatkan untuk tuan muda." Potong maid tersebut membawa Aska ke meja makan dan menyuruhnya duduk di kursi. Dia yang tau pasti kalau tuan mudanya ini ingin membuatnya sendiri dan daripada nanti dia dihukum oleh tuan muda yang lain lebih baik dia melarang tuan muda Aska menghampiri dapur.

Setelah mengatakan hal tersebut, maid itu segera membuatkan roti bakar pesanan Aska dan juga menyiapkan sebotol susu.

Semua maid disini sudah diperintahkan oleh Alex untuk tidak membiarkan Aska menghampiri dapur dan mengerjakan pekerjaan apapun. Dan jika melanggar, mereka akan dihukum atau dipecat.

Setelah selesai, maid itu membawakan pesanan Aska ke meja makan dimana dia menyuruh Aska menunggu disana.

"Ini pesanan tuan muda." Ucap maid tersebut.

"Iya mbak. Makasih." Ucap Aska.

"Nama mbak siapa?" Tanya Aska lagi.

"Nama saya Tia tuan muda." Jawab Tia.

"Maaf ya mbak Tia, kalo Aska ngerepotin." Ucap Aska.

"Itu udah tugas saya tuan muda. Kalau begitu saya kebelakang dulu tuan muda." Ucap Tia menunduk lalu beranjak pergi.

"Tapi... Yah kenapa pergi padahal Aska cuma mau ngajakin ngobrol aja." Gumam Aska yang langsung memakan rotinya.

Aska yang sedang menikmati rotinya tidak menyadari kalau ada seorang pemuda yang berjalan mengendap-ngendap di belakang Aska lalu menutup mata Aska.
Aska yang matanya ditutup sontak berteriak.

AARRGHHH

Altair yang menutup mata Aska, terkejut dan langsung melepaskan tangannya.

"Aarrgh ja-ngan hiks. I-ni sa-kit hiks. Aarrghh." Teriak Aska melompat turun dari kursinya dan langsung berjongkok ketika matanya dilepaskan Altair dengan mengepalkan kedua tangannya disamping telinga.

"Baby,baby maafkan abang." Altair khawatir memeluk Aska yang meronta ronta.

Tap

Tap

Tap.

"Ada apa" Arsen

"Siapa yang teriak?" Arlan

"Kamu apakan baby?" Arvan

"Baby kenapa?" Axcel

"Baby!" Alex yang melihat Aska yang meronta-ronta dipeluk kan Altair langsung mengambilnya dan menggendongnya ke kamar walaupun dengan sedikit kesusahan. Diikuti oleh yang lainnya.

"Aarrghh, sa-kit hiks. Aarrgh a-ku hiks mo-hon hiks." Jerit Aska dalam gendongan Alex dengan tangan masih terkepal disamping telinga.

Mereka yang mendengar jeritan Aska merasa sedih, dan ga bisa dijelasin lewat kata-kata bagaimana perasaan mereka melihat Aska seperti ini.

"Baby, ini daddy. Ini daddy nak, Ga ada yang nyakitin kamu sekarang." Ucap Alex memberikan ketenangan kepada Aska sambil mengusap punggungnya.

"Baby, dengar sayang. Disini ada abang-abang baby. Mereka akan melindungi baby sekarang." Sambung Alex.

"Aarrgh hiks sa-kit hiks." Tangis Aska.

"Baby, baby ini daddy nak." Panggil Alex yang membawa Aska ke atas ranjang lalu menggenggam kedua tangan Aska.

"Baby, lihat ini daddy." Sambung Alex

Altair yang merasa bersalah tidak sadar jika saat ini dia menangis, Axcel dan Agra  yang mengepalkan tangannya, Arlan dan Arvan yang terlihat khawatir dan Arsen yang kelihatan tenang  walaupun dengan raut khawatir.

Kemudian Aska pun membuka kedua matanya dan melihat di depan nya ada Alex. Dengan ketakutan Aska langsung memeluk Alex dan menangis.

"Hiks hiks hiks hiks hiks"

"Baby, ada daddy. Disini ada daddy." Ucap Alex yang mengusap punggung Aska.

"Hiks me-re-ka ja-hat dad hiks. Me-re-ka hiks me-nutup ma-ta hiks Aska dan me-mukul As-ka hiks." Tangis Aska dengan sesegukkan.

Mereka yang mendengar tangisan Aska seperti itu ingin sekali membunuh mereka yang menyakiti Aska seperti ini.

"Baby tenang ya. Sekarang ga akan ada yang bisa menyakiti baby lagi." Ucap Alex sambil menahan emosi.

Karena kelelahan menangis akhirnya Aska ketiduran dipelukan Alex. Kemudian Axcel memerintahkan seorang maid membawakan susu untuk Aska.

Kemudian susu tersebut diminumkan ke Aska yang sudah dibaringkan oleh Alex. Lalu satu persatu mereka keluar untuk menenangkan perasaan mereka. Kecuali Alex yang masih di sana dengan tetap memegang botol susu Aska.

🐰

Altair yang merasa bersalah lalu menuju ke kamarnya dan mengunci pintu kamarnya.

Brak

Prang

Brak

Altair yang dikuasai emosi dan perasaan marah terhadap dirinya melampiaskan emosinya dengan membanting dan menghancurkan barang-barang di kamarnya.

Aaarrrgghh

Teriak Altair hingga terduduk dilantai menangis dan mengusap wajahnya.

"Maafkan abang baby, abang membuat kamu ketakutan. Maafkan abang." Lirih Altair.

Altair yang awalnya merasa haus setelah bangun dari tidurnya menuju ke dapur dan melihat ada Aska yang sedang menikmati rotinya. Altair yang tidak tau kalau Aska trauma dengan ditutup matanya lalu menutup matanya bermaksud untuk mengejutkan Aska.
Hingga kejadian seperti ini terjadi dan membuat Altair merasa bersalah.

🐰

Lain halnya dengan yang dilakukan oleh Axcel di kamarnya.

"Brengsek, seberapa banyak kesakitan yang dialami baby. Mereka semua harus menerima balasan yang berkali-kali lipat." Emosi Axcel.

Lalu Axcel pun menghubungi seseorang.

"Kamu, cari tau tentang kehidupan Askara dulu. Nanti saya kirimkan fotonya." Perintah Axcel kepada salah satu anak buahnya yang memang ahli mencari informasi seseorang.

"Baik tuan." Jawab orang tersebut.

Kemudian Axcel langsung mematikan sambungan teleponnya dan mengirimkan foto Aska kepada anak buahnya tersebut.

🐰

Arsen yang juga kembali ke kamarnya lalu menghubungi seseorang.

"Cari informasi terkait sekolah Avier high school terutama murid yang bernama Askara." Perintah Arsen kepada seseorang.

"Iya tuan." Jawab orang tersebut

Lalu Arsen pun mematikan sambungan teleponnya, selama ini pengawasan sekolah dilakukan oleh tangan kanannya. Jadi dia tidak tau bagaimana lingkungan yang terjadi di seputaran sekolah.
Melihat keadaan Aska seperti ini, apalagi Aska penerima beasiswa disekolah. Arsen yakin Aska selama disekolah selalu dibully, dan dikucilkan.

Tbc

ASKARA KENZARO AVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang