TIGA PULUH

6.7K 509 28
                                    

Aska yang perlahan-lahan sudah merasa tenang tetap tidak melepaskan pelukannya, apalagi mendengar kata rumah sakit semakin membuat Aska ketakutan.
Kemaren saat ditanya oleh Arlan kalau Aska akan dibawa ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan, tidak membuat Aska takut karena merasa nyaman dengan Arlan. Tapi sejak Aska bermimpi dan mengingat masa lalu nya semua perasaan nyaman itu hilang berganti dengan ketakutan.

Arlan merasa ada sesuatu yang terjadi dengan Aska, hingga membuat Aska seperti ini. Tetapi Arlan menyimpulkan kalau selama ini Aska mengalami penganiayaan. Setelah ini, dia akan cari solusi yang terbaik untuk Aska.

Arlan lalu memerintahkan seorang maid membawakan makanan untuk Aska ke ruang keluarga.

"Baby, sekarang makan dulu ya." Ajak Arlan sambil mengusap kepala Aska.

"Aska hiks ga mau hiks." Lirih Aska sesenggukan dan tetap membenamkan kepalanya di leher Arlan dan mencengkeram dengan erat baju bagian belakang Arlan.

Arlan yang merasa Aska masih ketakutan lalu memegang pundak Aska dan menegakkannya walaupun dengan paksaan. Terlihat lah wajah sembab Aska yang masih tersisa air mata. Lalu Arlan menghapus air mata yang tersisa dan mencium ke dua mata Aska.

"Mata bulat yang indah ini ga boleh mengeluarkan air mata kesedihan lagi." Ucap Arlan.

"Abang tersiksa melihat baby menangis seperti ini. Abang sayang sama baby, kita semua sayang sama baby. Jangan sembunyikan rasa sakit yang baby punya, apapun kesakitan yang baby rasakan tolong bagi sama abang. Kita semua disini ada untuk baby dan kita siap menanggung kesakitan yang sama dengan baby. Jadi abang mohon, jangan menangis sendirian baby." Sambung Arlan yang mengusap kepala Aska.

Aska yang diperlakukan seperti itu merasa terharu, selama ini ga ada orang yang mengucapkan sayang seperti itu kepadanya, seakan dia merasa dicintai dan dihargai keberadaannya lalu Aska memeluk Arlan.

"Aska hiks sayang abang hiks." Ucap Aska yang menangis kembali.

"kenapa nangis lagi? Sekarang baby makan ya, abang suapin." Ucap Arlan.

Aska yang menegakkan badannya memperhatikan Arlan dengan wajah sembab  hanya menganggukkan kepalanya.

"Tu lihat matanya bengkak karena menangis." Ucap Arlan yang mulai menyuapkan Aska makanan dengan Aska tetap dipangkuan Arlan.

Dan tanpa sepengetahuan mereka berdua, sedari tadi Agra yang akan berangkat ke kampus melihat apa yang terjadi dengan Aska. Dan melihat bagaimana Arlan menenangkan Aska, kemudian Agra berlalu dari sana dengan mengusap matanya.

🐰

"Aska." Ucap Dirga.

"Menggemaskan,polos dan rapuh." Sambung Dirga.

"Lalu, apa yang membuat kamu ingin mengetahui tentang Aska?" Tanya Darren.

"Aku mendengar orang-orang menghinanya, dan entah kenapa aku merasa marah." Jawab Dirga.

"Aska. Aku bertemu pertama kali dengan dia, saat penerimaan murid baru. Aku pikir dia anak smp yang nyasar ke sini karena umurnya baru 15 dengan tubuh kecil. Dia penerima beasiswa penuh dengan nilai tertinggi, tapi karena itulah dia dibully oleh murid-murid disini terlebih lagi dia anak yatim piatu dan diangkat anak oleh keluarga Wijaya. Aku dan Vino memang selalu bersama Aska, tapi ada saat-saat tertentu dia sendirian dan saat sendirian itulah Aska sering mendapat  bullyan." Ucap Darren.

"Kamu tau siapa yang sering bully Aska?" Tanya Dirga.

"Itu yang aku ga tau. Aska ga pernah mau jujur siapa yang udah bully dia." Jawab Darren.

"Tapi kecurigaan aku ada pada beberapa orang." Sambung Darren

"Siapa?" Tanya Dirga

"Raka anak dari salah satu donatur sekolah, Jessica kakak angkat Aska dan Narendra salah satu siswa yang sering berbuat onar." Jawab Darren.

"Kenapa kamu bisa menyimpulkan seperti itu?" Tanya Dirga

"Dari sikap Aska yang merasa ketakutan saat bertemu dengan mereka." Jawab Darren.

"Lalu kenapa teman kamu, kamu biarkan bersama Jessica?" Tanya Dirga.

"Aku udah berusaha memberitahu tentang kecurigaan ku sama Jessica tapi tanggapan Vano berbeda." Jawab Darren.

Lalu Dirga terdiam setelah mendapatkan sedikit informasi dari Darren. Dan mulai berpikir langkah apa yang akan dia ambil untuk selanjutnya.

🐰

Saat ini Arsen bersama orang kepercayaannya yang selama ini selalu menghandle semua urusan yang berkaitan dengan sekolah berjalan di koridor sekolah . Tanpa pemberitahuan Arsen dan Rafka selaku orang kepercayaannya langsung mendorong pintu ruangan kepala sekolah.

Brak

Kepala sekolah yang sedang menulis sesuatu di mejanya terlonjak kaget terlebih melihat Arsen mendobrak pintu.

"Tu-an Ar-sen." Gagap Johan kepala sekolah.

"Kamu ga paham apa yang saya perintahkan, sialan!" Murka Arsen berjalan menuju Johan dan menarik kerah bajunya.

"Maafkan saya tuan." Ucap Johan ketakutan.

Brugh

Brugh

Brugh

Arsen yang memang sudah menahan emosi memukul Johan dengan membabi buta, hingga membuat dia terkapar ke lantai.

"Saya sudah memperingatkan anda apabila terjadi sesuatu dengan Aska saya tidak akan segan untuk menghancurkan anda. Paham." Ucap Arsen yang menarik Johan berdiri berhadapan dengannya.

"Ini peringatan bagi anda. Jangan menyembunyikan sesuatu dari saya karena mulai saat ini saya akan menyelidiki tentang Aska selama sekolah disini. Dan jika anda terlibat saya pastikan anda akan saya hancurkan. Ingat itu baik-baik." Sambung Arsen tegas sembari menepuk-nepuk bahu Johan.

"Iya tuan, saya mohon maafkan saya." Maaf Johan yang merasa ketakutan.

Arsen yang mengabaikan permohonan maaf Johan langsung mengalihkan perhatiannya kearah Rafka.

"Kamu, lakukan secepatnya." Perintah Arsen kepada Rafka orang yang juga disuruhnya melakukan penyelidikan tentang Aska.

"Baik pak." Jawab Rafka yang sejak awal diam melihat kemarahan Arsen kepada Johan.

Setelah mendengar jawaban Rafka, Arsen pun lalu beranjak keluar dari sana.

🐰

"Oea, abang juga membelikan baby handphone loh." Beritahu Arlan yang telah selesai menyuapi Aska.

"Iya bang. Tapi Aska udah dibelikan sama bang Arvan." Ucap Aska yang masih tetap duduk dipangkuan Arlan.

"Lalu apa salahnya? Yang inikan dari abang." Arlan berkata sambil mengusap kepala Aska.

"Salah bang, mubazir jadinya. Lebih baik kan uangnya disimpan aja." Ucap Aska dengan tatapan polos.

Arlan yang mendengar ucapan Aska hanya bisa menahan gemas, apalagi ditatap dengan mata bulatnya. Kemudian Arlan pun memerintahkan maid mengambilkan paper bag yang berisi handphone di kamarnya.

"Ini tuan." Ucap maid yang memberikan paper bag kepada Arlan.

"Nah, ini handphone untuk baby." Ucap Arlan yang membuka paper bag  tersebut dan memberikan isinya kepada Aska yaitu sebuah handphone.

"Tapi bang. Dari bang Arvan gimana?" Tanya Aska dengan ragu tapi tetap mengambil handphone tersebut.

"Sekarang baby terima ini dulu ya." Ucap Arlan.

"Iya bang." Jawab Aska yang mulai mencoba handphone barunya.

Setelah Aska menerima handphone tersebut, Arlan pun memperhatikan Aska yang tampak serius memainkan handphonenya sambil bersandar di badan Arlan.

Tbc.

ASKARA KENZARO AVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang