DUA PULUH TUJUH

6.9K 517 22
                                    

"Sial, kakak nya aku beri pelajaran tapi aku kecolongan." Marah Axcel yang mendengar penjelasan dari Alex.

"Maksud abang apa?" Tanya Altair.

Axcel pun menjelaskan apa yang sudah dilakukan nya kepada Rafael. 
Dan Alex pun menjelaskan bagaimana sopir tidak menemukan Aska disekolah tadi.

"Kemungkinan baby tadi diuks dan menunggu semua orang pulang baru dia keluar" Duga Arvan.

"Iya, aku menemukan dia duduk dihalte dekat sekolah dan hampir didekati seorang siswa." Ucap Agra tiba-tiba.

"baby gimana paman?" Tanya Altair setelah melihat Edwar sudah selesai memeriksa Aska.

"Untuk lebih jelasnya lebih baik lakukan pemeriksaan dirumah sakit untuk mengecek bagian dalam perut baby. Takutnya terjadi infeksi di bagian dalam." Jelas Edwar.

Ceklek

Sebelum mereka bertanya lebih lanjut, Arlan dan Arsen memasuki kamar Aska.

"Ada apa dengan baby dad?" Tanya Arsen yang melihat ada Edwar disana.

Lalu Altair menjelaskan secara singkat kondisi Aska kepada Arsen dan Arlan. Arlan sebenarnya sudah tau tapi dia ga tau kalau Jessica menendang perut Aska dan berarti orang suruhannya juga sudah melakukan hal yang sama kepada Jessica.

"Sial, berarti ancaman aku kepada kepala sekolah itu hanya angin lalu saja." Geram Arsen yang menjelaskan tentang ancamannya tadi saat disekolah.

"Kenapa juga kakak tidak mengenalkan Aska sebagai bagian dari keluarga Avier?"
Tanya Edwar yang bingung dengan keadaan saat ini.

"Baby sendiri yang ga mau, dan aku pun tidak bisa memaksanya." Jawab Alex.

"Biar besok aku yang bawa baby periksa ke dokter." Beritahu Arlan kepada semua orang.

"Lalu kerjaan abang?" Tanya Altair.

"Itu urusan gampang." Ucap Arlan.

"Ya udah lebih kita semua keluar. Biarkan baby istirahat dulu." Ucap Alex menghampiri Aska dan mencium keningnya lalu beranjak pergi. Diikuti oleh yang lain dengan mencium pipi, kening dan juga mengusap rambut Aska dan satu persatu menuju keluar kamar Aska.

🐰

Brak

"Sial, kenapa bisa begini? Kenapa mereka semua menarik sahamnya." Murka Aditya dengan melemparkan berkas-berkas yang ada diatas mejanya melampiaskan emosinya.

"Saya mau kamu melakukan sesuatu agar saham itu harus kembali kepada saya. Jika perlu naikkan persentase keuntungan mereka." Perintah Aditya kepada Bima asisten sekaligus sekretarisnya.

"Tapi pak, jika kita menaikkan persentasenya itu malah akan membuat kita rugi pak." Jelas Bima yang berdiri di depan Aditya.

"Lalu apa? Solusi apa yang kamu punya hah?" Marah Aditya.

"Bagaimana kalo kita mencari investor lain yang mau menanamkan sahamnya ke perusahaan ini pak?" Tanya Bima.

"Memang kamu punya kandidatnya?" Tanya balik Aditya.

"Bagaimana dengan Avier corp pak?" Tanya Bima.

"Avier corp?" Tanya Aditya yang terkejut dengan nama tersebut. Salah satu nama yang membuat dia merasa senang sekaligus takut.
Senang karena bisa berbisnis ilegal dengannya dan juga takut karena sedikit saja bikin kesalahan tidak ada kata lain dari mati yang akan didapatkan.
Tapi ga ada salahnya dicoba siapa tau berhasil.

"Ya udah, coba kamu ajukan kerjasama kita kepada Avier corp." Ucap Aditya yang langsung dituruti oleh Bima.

"Saya mau pergi ke rumah sakit dulu." Sambung Aditya lalu mengambil kunci mobil yang ada diatas meja yang langsung beranjak keluar.

Setelah melihat kepergian Aditya, Bima langsung terkekeh dengan memasang senyum miring.

🐰

Eughh

Lenguh Aska yang terbangun dan melihat jam yang tertera didinding kamar yang menunjukkan pukul 7 malam.

"Udah malam, pantesan Aska lapar." Ucap Aska setelah melepaskan pacifier yang ada di mulutnya.
Kemudian Aska turun perlahan dari ranjang dan berjalan dengan pelan memegang perutnya lalu keluar kamar dan menuruni tangga.

"Baby, kamu udah bangun? Kenapa lewat tangga? Kan ada lift." Tanya Arlan yang bertemu didepan tangga dan langsung menggendong Aska.

"Eh, abang." Kaget Aska yang tiba-tiba digendong Arlan.

"Aska ga tau gimana caranya masuk kedalam." Sambung Aska yang memang tidak tau cara menggunakan lift. Selama tinggal disini Aska selalu digendong ketika menuju ke kamarnya.

"Nanti abang ajarin cara memakainya. Sekarang baby mau ngapain?" Tanya Arlan lagi.

"Aska lapar bang." Cicit Aska malu.

"Ok, abang juga udah lapar." Ucap Arlan yang membawa Aska ke meja makan dan disana terlihat Arvan dan Arsen yang sedang menikmati makan malamnya.

"Yang lain mana?" Tanya Arlan setelah mendudukkan Aska di kursi dan tidak melihat siapapun selain mereka.

"Ga tau bang, cuma tadi aku dengar Agra meminta maid mengantar makanannya ke kamar." Jawab Arvan.

Kemudian Arlan pun mengambilkan makanan untuk Aska dan juga untuk dirinya. Memang makan malam dan siang di keluarga Avier tidak diwajibkan untuk semuanya bisa hadir kecuali sarapan. Peraturan tersebut tidak tertulis tapi memang itu semacam aturan yang wajib diikuti sejak dulu oleh keluarga Avier.

"Oh iya, baby perutnya gimana?" Tanya Arsen

"Hah." Kaget Aska kok bang Arsen tau tentang sakit diperut Aska.

"Iya, perut kamu masih sakit?" Tanya Arsen lagi. Sebenarnya mereka diwanti-wanti oleh Alex untuk tidak menanyakan tentang kejadian yang dialami oleh Aska tadi.

"Sekarang udah ga apa-apa bang." Jawab Aska yang menundukkan kepalanya.

"Sekarang baby makan dulu ya." Titah Arlan.

"Iya bang." Jawab Aska.

Setelah mereka menghabiskan makanannya, Arlan lalu menggendong Aska menuju ruang keluarga dan diikuti oleh Arvan dan Arsen. Kemudian Arlan duduk dengan memangku Aska lalu menyingkap baju yang dipakai Aska dan terlihat lah lebam-lebam diperut Aska.

"Baby, besok pergi sama abang ke rumah sakit ya?" Tanya Arlan yang mengelus perut Aska dengan lembut.

"Ngapain bang?" Tanya balik Aska.

"Untuk memeriksa keadaan perut kamu. Takut terjadi infeksi didalamnya." Jawab Arlan.

"Tapi sekolah Aska?" Tanya Aska

"Besok abang ngomong sama kepala sekolah lagi ya." Sambung Arsen.

"Iya bang." Jawab Aska yang menuruti permintaan Arlan.

"Oh iya, baby belum pakai handphone dari abang?" Tanya Arvan tiba-tiba.

"Belum bang, Aska ga tau cara pakainya." Jawab Aska dengan raut bingungnya.

"Kamu belikan baby handphone Van?" Tanya Arlan kepada Arvan.

"Iya, kemaren saat kita pergi ke mal. Kenapa bang?" Jawab Arvan sekaligus bertanya setelah melihat raut terkejut Arlan.

"Abang juga belikan handphone untuk baby." Jawab Arlan.

"Lalu gimana bang?" Tanya Arvan

"Jangan-jangan bukan kalian aja yang udah belikan handphone untuk baby." Sambung Arsen melihat raut bingung dari Arlan dan Arvan.

"Iya juga". Ucap Arvan

"Ga penting nanti handphone siapa yang akan baby pakai. Nanti abang ajarin ya cara menggunakan handphonenya." Ucap Arlan kepada Aska yang melihatnya dengan raut polos

"Iya bang". Ucap Aska.

"Ya udah, ayo abang antar ke kamar." Ucap Arlan langsung berdiri dengan menggendong Aska diikuti Arvan dan Arsen menuju ke lantai atas, tapi sebelum itu Arlan memerintahkan maid untuk membuatkan susu untuk Aska.

Tbc

ASKARA KENZARO AVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang