໒ིׅᏊˊ•⌔•ˋᏊ ྀ꒱::Enam belas ִ۟⋆

307 43 7
                                    

Hening.

Begitulah cara Hyunjin menggambarkan suasana yang tengah terjadi di ruang tengah dorm nya. Bukan tanpa alasan mengapa suasana di ruangan ini terlihat mencekam dan penuh dengan aura ingin melahap dirinya dalam sekali telan.

Itu karena sosok yang kini tengah duduk di single sofa yang berada didepan Hyunjin yang hanya dipisah sebuah meja kaca, sosok bermarga Bang itu tengah meminum teh nya dengan Pandangan yang tak pernah terlepas dari Hyunjin, membuat termuda yang awalnya percaya diri dengan niatan nya menjadi ragu.

Di posisi seperti ini membuat Hyunjin bingung, seolah jika dia bernafas saja Bangchan akan menerkam dan melenyapkannya dari dunia ini. Oke itu berlebihan.

"Jadi?" Bangchan bersuara setelah 20 menit membisu. "Gua gak senolep itu seharian liatin lo yang pura-pura bisu kan?"

Tajem anjir. Hyunjin menelan ludahnya dan dengan takut-takut menatap Bangchan, ia menarik nafasnya yang terasa berat seolah ada sesuatu yang meremat jantungnya didalam sana.

"Gua mau minta izin temenan sama Jisung" Kalimat itu meluncur tanpa dosa dengan pandangan datar Bangchan yang tidak berubah sendari tadi.

"Buat apa?" Tanya Bangchan santai dengan tangan meraih Cookie yang ada dalam toples diatas meja. Gak seenak bikinan Felix.

"Gua mau menebus kesalahan gua di masa lalu" Jawab Hyunjin berusaha menetralkan suara nya yang sedikit pelan karena nervous.

"Kata-kata gak bisa di pegang, apa yang bisa gua pegang biar bisa percaya sama lo?" Tanya Bangchan sembari meraih begitu banyak tissue dan mengucurkan isi teh dalam gelasnya pada kumpulan tissue-tissue tersebut.

"Titit gua mau?"

PRANK

Hyunjin melotot dengan keringat dingin bercucuran, wajahnya memucat dan dengan patah-patah ia tolehkan kepalanya kebelakang. Menuju dinding di belakang nya yang kini terdapat noda basah teh diikuti lantai yang kini berceceran pecahan gelas teh.

Bangchan sang pelaku mengambil tissue baru dan mengelap tangan nya, ia tersenyum manis namun terlihat seperti ancaman di mata Hyunjin.

"Maaf cuman bercanda" Ujar Bangchan santai yang membuat Hyunjin merinding seketika. Oke ingatkan Hyunjin agar tidak bercanda jika lawan bicara nya adalah Bangchan.

"Jadi kita lanjut pembahasan, beri gua alasan dan gua bakal fikirkan itu" Bangchan melunturkan senyuman nya dan memandang Hyunjin dingin.

Hyunjin makin yakin dia bakal mati ditangan Bangchan.

┉┉┅┉┉┅┉┉┅┉┉┉┅┄┄┄┄┈•◦• • •◦(🥀)

"Jadi kamu berteman sama Hyunjin karena ingin menyembuhkan trauma?" Tanya Minho menatap Jisung yang tengah mengusap salah satu anjing yang kini terbaring di atas kasur anjing dengan kaki belakang ter perban.

"Huum, Jisung pernah dengar lawan lah trauma dengan trauma" Ujar Jisung memandang lurus kearah anak anjing di hadapan nya.

"Gak gitu konsepnya sung, tapi itu bisa dicoba" Ujar Minho melepaskan jas putih kebanggan nya setelah selesai memberikan infus pada seekor kucing yang begitu kotor dan kurus. Kucing terlantar yang dibawa salah satu pecinta hewan untuk disembuhkan.

"Konsepnya gimana?" Jisung mengangkat kepalanya guna memandang Minho yang kini melangkah mendekat dan ikut berjongkok didepan nya.

"Trauma itu dilawan sama keyakinan lo sendiri, bagaimana pun cara nya jika diri lo gak siap dan gak yakin itu gak akan berhasil" Jelas Minho meraih tangan Jisung dan menghentikan si pemuda tupai mengusap bulu sang anjing.

"Tapi kalo lo yakin lo bisa ngelawan itu dengan cara lo, itu pasti berhasil" Lanjut Minho memandang lurus kearah mata Jisung membuat netra keduanya bertemu.

Kring

"Eh?"

Kedua orang yang kini tengah saling memandang ditambah tangan Jisung yang digenggam oleh Minho berhasil membuat siapapun yang masuk berdeham sembari mengusap tengkuknya yang tak gatal.

"Maaf ganggu" Seungmin memaksakan sebuah senyuman canggung. Merasa tak enak memasuki ruangan di suasana yang tidak tepat.

"Ah Seungmin ada apa?" Tanya Minho melepaskan tangan Jisung lalu berdiri menghampiri Seungmin. Seungmin jadi ingat dulu dia juga pernah jadi nyamuk diantara Bangchan dan Minho.

"Gua tadi gak sengaja liat ini kucing dijalan, kaki nya pincang" Ujar Seungmin menggerakan tangannya guna memperlihatkan sebuah handuk dipelukan tangannya.

Minho membuka handuk tersebut dan melihat seekor kucing yang masih anak-anak, kaki nya patah dengan tubuh kurus dan bulu tak terawat.

"Astaga kesini" Ujar Minho mengambil alih gendongan tersebut. Jisung berdiri dari duduknya dan melangkah menghampiri meja putih tempat Minho bekerja.

Berdiri di samping Seungmin ia hanya bisa memandang nanar kucing tersebut. Bahkan kucing itu terlalu lemah untuk sekedar mengeong.

"Ini pasti ulah manusia, luka di kaki nya bukan karena terlindas kendaraan" Ujar Minho berdecih.

"Dia berada di sebuah trotoar tempat penjual jajanan kaki lima, mungkin dia di tendang atau sejenisnya sampe kaki nya patah" Jelas Seungmin.

"D-dia, pasti bakal trauma" Cicit Jisung membuat Seungmin menoleh kearahnya.

"Tentu, siapa yang gak akan takut dan trauma dihadapkan dengan mahluk yang udah menyakiti dia" Jawab Seungmin yang membuat dada Jisung mencelos.

Kenapa perkataan Seungmin malah terasa terarah kepadanya dan bukan kepada kucing tersebut.

Menyadari Jisung yang nampak murung, Minho berdeham tanpa menghentikan gerakan nya mengobati sang kucing.

"Tenang aja Jisung, 80% hewan disini adalah hewan terlantar yang trauma manusia pada awalnya. Tapi akhirnya mereka bisa menerima manusia lagi" Ujar Minho tangannya dengan telaten mengobati sang kucing.

"Semua hewan ini takut bertemu gua pada awalnya, tapi karena mereka yakin gua baik maka mereka menerima gua yang notabene bagian dari manusia"

Jisung memandang Minho, ia menarik sudut bibirnya menjadi sebuah senyuman tulus.

┉┉┅┉┉┅┉┉┅┉┉┉┅┄┄┄┄┈•◦• • •◦(🥀)

Langit sore kala itu mewarnai kota seoul dengan angin dingin berhembus, pakaian tebal menempel pada tubuh seorang pemuda bermarga seo dengan wajah manis nampak melangkah membelah trotoar.

Tanggal sudah berada dipenghujung november dan besok akan memasuki tanggal 1 desember jadi tidak heran jika suhu mulai terjun menuju dingin.

Seo Felix, istri dari seorang CEO Seo Changbin itu baru saja pulang berbelanja kebutuhan dapur tanpa diantar penjaga atau pelayan.

Tin tin tin

Felix terlonjak kaget lantas menoleh menuju jalanan dimana terdapat sebuah mobil sport melaju perlahan menyamai langkah kura-kuranya. Mobil itu nampak tak asing dikedua netra matanya. Kaca jendela mobil tersebut terbuka menampakan si pengemudi dengan kaca mata hitam nya.

"Kak Chan" Panggil Felix merekahkan senyuman.

"Yo Lix butuh tumpangan? Sekalian gua mau ikut makan malam" Ujar Bangchan membuka kaca mata nya.

Felix mengangguk, capek juga jalan. "Yaudah numpang ya kak"

Felix membuka pintu penumpang lantas memasuki nya dan menaruh plastik yang ia bawa di kursi belakang sebelum dia sendiri memasuki mobil dan duduk di kursi samping pengemudi.

Mobil kepemilikan Bangchan itu langsung saja melaju kencang membelah jalanan yang sepi kala itu.

┉┉┅┉┉┅┉┉┅┉┉┉┅┄┄┄┄┈•◦• • •◦(🥀)

STRAYKIDS LOVE STORY2; 애 (OH)  [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang