໒ིׅᏊˊ•⌔•ˋᏊ ྀ꒱::Dua Puluh Enam ִ۟⋆

259 32 20
                                    

Hyunjin berlari dengan langkah ya sangat berantakan, beberapa kali ia terkait kaki-kaki nya sendiri dan hampir jatuh terperosok dilantai, bahkan saat mengendarai mobil Hyunjin juga hampir menerobos lampu merah.

Dirinya tak bisa berfikir selain memikirkan kondisi Han Jisung. Ia segera memelankan laju lari nya ketika melihat BangChan yang tengah duduk sembari menenangkan.

Minho yang sedang menangis.

Hyunjin tidak dapat memastikan apa Minho menangis karena memikirkan kondisi Jisung kini atau karena hal lain.

"Bang, mana Jisung?" Tanya Hyunjin, BangChan menunjuk pintu ruang UGD yang lampu nya masih menyala pertanda tindakan apapun yang dilakukan didalam sana masih belum berakhir.

Hyunjin menyisir kebelakang rambutnya menggunakan jemari, rambutnya begitu basah dan lepek karena berkeringat. Ia segera terduduk diatas kursi tunggu yang ada didepan ruangan sembari berharap cemas mengenai keadaan Jisung didalam sana.

Hyunjin sedikit melirik Minho yang tengah menangis sembari ditenangkan oleh Bangchan yang terus mengulang perkataan sama.

"Gak papa, bukan salah lo kok" Begitulah kalimat yang di ulangkan Bangchan berulang kali sembari memeluk Minho dan mengusap punggung termuda dengan lembut.

Walau begitu Hyunjin tahu dari balik tatapan manik Bangchan yang tak bisa diam, pemuda itu tengah gundah dan khawatir juga dengan kondisi Jisung yang tak kunjung di beritahu bagaimana perkembangan nya.

Hyunjin sejujurnya ingin bertanya namun melihat kondisi Bangchan dan juga Minho, ia  lebih memilih menelan kembali pertanyaan nya. Suasana sedang tidak mendukung.

Selang beberapa jam suara langkah kaki yang terburu nampak terdengar riuh disepanjang lorong rumah sakit. Seo Changbin bersama Felix berlari menghampiri diikuti tatapan khawatir yang terlihat sangat jelas.

"Apa yang terjadi?" Tanya Changbin sembari menarik kerah Hyunjin hingga si jangkung berdiri dengan ekspresi kebingungan. Lah ngapa dia yang jadi disalahkan?

"Bin bukan salah Hyunjin" Ujar BangChan segera berdiri dan membantu Hyunjin melepaskan tangan Changbin dari kerah baju nya.

Hyunjin sendiri kembali duduk, tak ada niatan bersuara sedikit pun karena benar-benar fokusnya buyar kemana-mana.

"Jisung tanpa pengawasan, Gua fikir itu alasan dia kambuh" Ujar BangChan yang membuat Changbin mendengus gusar.

"Gimana kondisi Jisung?" Tanya Felix sembari mengusap bahu suami nya yang nampak masih emosi.

"Belum ada kabar" BangChan menghela nafas, melirik pintu gawat darurat diikuti pandangan Changbin.

"LAMA BANGET!! LO" Changbin menunjuk seorang dokter yang baru saja lewat. "KIRIM SELURUH DOKTER SAMA SUSTER BUAT TANGANIN ADEK GUA, GUA SEO CHANGBIN!! GUA BISA BELI INI RUMAH SAKIT BUAT ADEK GUA"

Sang dokter nampak terkejut tatkala mendengar nama sosok yang memang sudah sangat terkenal sebagai tuan muda dari sebuah perusahaan kaya raya. Dia segera membungkuk dan berlari entah kemana.

Felix menenangkan suami nya yang nampak kalap hingga membuat keributan seperti itu, rasa terkejut Felix semakin menjadi ketika melihat rombongan dokter dengan cepat masuk kedalam ruang gawat darurat.

Gila, suami nya keren. Langsung pada nurut dokternya.

Berjam-jam telah berlalu dan akhirnya pintu telah terbuka dengan seluruh dokter yang menangani berhamburan keluar diikuti ekspresi super lega. Tadinya mereka sudah tegang apalagi keluarga pasien yang mereka tangani bukanlah sembarang orang.

Tuan muda Seo Changbin, siapapun pasti akan tunduk dibawah perintah nya.

"Bagaimana keadaan Jisung dokter?" Tanya Hyunjin berdiri dan menghambur menghampiri sang dokter.

"Ya baik lah, kalo gak baik mana mungkin mereka berani menampakan diri didepan gua" Potong Changbin sebelum sang dokter membuka mulutnya. Felix mencubit pinggang Changbin.

Suami nya kok lama-lama cosplay Seungmin ya?

"Benar apa kata tuan muda Seo, kami masih ingin bekerja" Sang dokter tersenyum, nampak banget tertekan nya. "Kondisi pasien sudah stabil hanya saja baru bisa di jenguk beberapa jam lagi"

Hampir seluruh tubuh merosot mendengar hal itu kecuali satu orang yang nampak diam-diam tersenyum.

Tersenyum puas seolah sesuatu yang terjadi sesuai apa yang ia harapkan.


┉┉┅┉┉┅┉┉┅┉┉┉┅┄┄┄┄┈•◦• • •◦(🥀)

Jeongin menatap harap-harap cemas kearah telfon dimana Seungmin sendiri sudah bosan melihat guratan panik dari ekspresi sang rubah manis.

"Kenapa? Khawatir sama Jisung?" Tanya Seungmin yang langsung dibalas anggukan oleh Jeongin.

"Gimana kalo ketahuan terus bang Hyunjin marah? Dia gak akan mau ketemu gua lagi" Ujar Jeongin dengan mata berkaca-kaca.

Seungmin muak, selalu Hyunjin dan Hyunjin padahal selama ini yang membantu Jeongin dan mendengarkan pemuda itu adalah dirinya.

"Je, lo tahu gua suka sama lo" Seungmin berdecak. "Tapi lo selalu lupa itu"

Hening, Jeongin memandang Seungmin dengan bibir yang sengaja ia gigit karena gugup. "Kenapa sih egois banget bahas ginian"

"Gua yang egois? Terus sikap lo Apa?" Seungmin memandang tajam kearah Jeongin yang nampak mulai tak nyaman.

"Je, kalo gua egois bahas ini doang sama lo terus lo apa? Lo berusaha nyakitin Jisung demi Hyunjin" Ujar Seungmin yang membuat Jeongin terdiam.

"Hoo? Yang Jeongin merupakan pemeran utama dan tokoh yang gak akan pernah salah. Jadi mau dia bunuh Han Jisung sekalipun itu gak akan terlihat salah" Seungmin mengubah nada bicara nya mengolok-olok. "Saya Yang Jeongin menyakiti Han Jisung bukan sebuah keegoisan atau obsesi kepada Hwang Hyunjin, itu adalah suatu kebajikan yang seharusnya saya lakukan"

Jeongin mengepalkan tangan nya, berdiri dan segera meraih gelas bersiap ia lemparkan pada Seungmin yang nampak tak beranjak dengan tatapan nya yang mampu menembus jantung Jeongin.

"Lo marah? Terus gua yang lo peralat Apa?" Tanya Seungmin dengan nada suara yang sangat menakutkan untuk Jeongin.

"Yang Jeongin, berhenti melihat Hyunjin karena gua suka sama lo"

Jeongin hanya diam.

"Gua bisa memberikan apapun yang gak pernah bisa Hyunjin kasih, please jangan jadi jahat karena orang yang gak akan pernah perduli sama lo"

Seakan menohok langsung pada hati nya, gelas yang tadi ia pegang jatuh ke lantai, ia terduduk sembari menutup wajahnya dengan telapak tangan.

Isak tangis begitu kuat terdengar membuat Seungmin menghela nafas. Apa aturan untuk tidak terlalu keras pada Jeongin?

Ia mendekati Jeongin membiarkan kaki berbalut sepatu kulit mahal nya menginjak pecahan kaca dari gelas yang ada disamping kaki Jeongin.

Dipeluknya tubuh Jeongin yang bergetar, mengusap punggung pemuda itu lembut sembari berbisik.

"Maaf ya, iya, Gua gak akan gitu lagi" Seungmin menjeda ucapan nya. "Lo boleh peralat gua semaunya mulai sekarang, tanpa protes"

┉┉┅┉┉┅┉┉┅┉┉┉┅┄┄┄┄┈•◦• • •◦(🥀)

STRAYKIDS LOVE STORY2; 애 (OH)  [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang