Chapter 10

9.8K 571 6
                                    

Melly berjalan di lorong rumah sakit ketika jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Hari ini dirinya ada jadwal praktek Pagi.

Sudah seminggu setelah kejadian itu dan selama itu pula Melly memilih mengambil cutinya.

Entah mengapa Melly tidak ada tenaga untuk masuk. Bahkan jika bisa jujur Melly menangis selama seminggu ini memikirkan semua yang terjadi.

Melly sendiri tidak tau apa yang membuatnya sering kali menangis seperti ini. Dadanya terasa begitu sesak dan rasa sedih begitu memenuhi relung hatinya.

Tetapi satu hal yang baru hadir di dalam hidupnya. Kilasan tentang masa lalunya sudah mulai pudar.

Digantikan oleh kilasan bersama Austin. Baginya itu sangat menyebalkan. Melly merasa kesal sendiri mengingatnya.

Bagaimanapun ketika malam itu Melly benar-benar binal. Sialan! Bagaimana bisa ingatannya mengingat dengan jelas hal itu.

Malam itu yang dirasakan Melly hanyalah panas dan rasa bergairah yang begitu besar. Semua orang tentu saja tidak memungkiri jika sosok Austin Benar-benar hot.

Pria itu dengan segala yang dimilikinya tentu saja akan menggoda semua orang yang melihatnya.

Salah satunya Melly.

Dengan bodohnya Melly memendam perasaan pada pria itu. Harapan - harapan semu muncul di dalam dadanya sejak Austin mendekatinya.

Di perlakukan berbeda dari yang lainnya. Semua orang mengatakan jika Austin sama sekali tidak pernah mengusap kepala perempuan yang di kencaninya ataupun membawanya ke rumahnya.

Tetapi kala itu ketakutan untuk berdekatan dengan pria sangatlah besar. Apalagi dengan sosok Playboy seperti Austin yang dengan santainya beranjak pergi setelah melakukan having sex dengan perempuan di toilet.

Sialan! Mengingat kenangan itu Melly merasa kesal sendiri. Karena Melly sudah sah menjadi salah satu bekas Austin.

"Mel" sebuah suara membuat Melly menghentikan langkahnya dan menegang di tengah lorong.

Melly ingin beranjak pergi dan melarikan diri. Tetapi sebuah cekalan di tangannya membuat Melly tertahan.

Melly menatap Austin yang berdiri menjulang di depannya. Melly berusaha melepaskannya tetapi tangan pria itu sama sekali tak melepaskannya.

"Apa maumu ?" Ketus Melly dan sebuah senyuman muncul di sudut bibir Austin

Jika kalian mengatakan Austin mengaku kalah kalian semua salah. Melly adalah salah satu perempuan yang bisa membuatnya jatuh segila-gilanya.

Kali ini Austin semakin yakin jika perasaannya bukan hanya karena nafsu. Austin juga sudah jatuh dengan perempuan ini. Jadi memang seharusnya Austin memperjuangkannya.

"Aku hanya ingin memastikan jika kau tidak sedang hamil anakku" ucap Austin dengan senyuman penuh kemenangannya.

"Maksudmu ?" Ucap Melly dan Austin melepaskan tangannya menatap Melly dengan senyumannya.

Sebelum mendekat dan ingin membisikkan sesuatu di telinga Melly. Hal itu membuat Melly merasakan sebuah de Javu dengan posisi mereka saat ini.

Tubuhnya benar-benar meremang saat ini.

"Aku sengaja membuangnya di dalam" bisik Austin dengan suara pelan yang menimbulkan gelenyar aneh di tubuh Melly.

Melly bukan perempuan tolol yang tidak tau apa yang dimaksudkan Austin padanya. Jika kalian lupa Melly adalah dokter kandungan jadi tentu saja Melly paham

Melly memundurkan tubuhnya dan menatap Austin dengan pandangan yang tak kalah meremehkan.

Bahkan Melly juga maju kearah Austin dan mengusap dada pria itu seolah-olah membersihkan sebuah debu dari tubuh Austin.

"Selama setahun ini aku menggunakan KB dan jika kau berharap aku akan mengandung anakmu. Kau salah" ucap Melly dengan senyuman meremehkannya.

Wajah Austin benar-benar terlihat terkejut dengan perkataan Melly. Hal ini tak pernah dipikirkannya sebelumnya.

Austin sudah memikirkan jika sampai Melly dikabarkan mengandung anaknya tentu saja Austin akan memaksa perempuan itu untuk menikah dengannya.

Memang segila itu cintanya pada Bu Dokter Kandungan ini.

"Sialan kau, Melly" ucap Austin dan Melly tertawa

Dengan bodohnya dirinya tertawa. Seharusnya saat ini Melly merasa kesal dengan Austin. Bagaimanapun Austin merencanakan akan menghamilinya.

Cara yang licik yang selalu dilakukan pria untuk menaklukan perempuan. Melly hingga kini tidak pernah percaya jika Austin benar-benar menyukainya.

Pria ini hanya penasaran dengan rasanya. Ya rasa dirinya. Melly memejamkan matanya mengingat kilasan ingatan yang perlahan menghampirinya.

Seharusnya Austin beranjak pergi ketika sudah berhasil mendapatkannya. Seharusnya Austin tidak datang kemari dan menghadap pada dirinya

Mengatakan seolah-olah Austin memang menyukainya dan berharap Melly mengandung anaknya.

"Kau sudah mendapatkan yang kau mau. Seharusnya kau pergi" ucap Melly dan Austin yang mendengarnya terlihat bingung.

"Apa yang kau maksud ?"

"Kau sudah meniduriku. Bukankah itu yang kau mau. Kau mendapatkannya, Austin. Lalu kenapa kau kembali. Belum puas meniduriku?" Ucap Melly dan wajah Austin langsung memberengut tak suka.

"Jadi kau berpikir aku serendah itu" ucap Austin dan Melly menatap Austin dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Bukankah itu yang memang kau tuju"

"Sialan kau Melly! Jika aku hanya mengincar tubuhmu. Sudah dari dulu aku menidurimu dan bahkan mungkin aku yang akan memperawanimu"

Melly melototkan matanya dan langsung menutup mulut Austin dengan tangannya. Menatap sekitar lorong yang sepi ini.

Bagaimana bisa pria ini memiliki mulut yang begitu besar. Walaupun itu hal wajar tetapi tetap saja Melly malu mendengarnya.

"Kau ketua mafia atau ketua grup rumpi sih. Mulutmu besar sekali" kesal Melly dan Austin terlihat serius menatap Melly.

Tangan Austin terangkat dan menarik tangan Melly yang menutupi bibirnya. Melly dengan cepat menarik tangannya dan menatap Austin dengan pandangan tak suka.

"Dengar Melly, aku serius denganmu. Bahkan jika kau mau aku bisa menikahimu saat ini juga" ucap Austin dengan nada seriusnya.

"Kau gila!" Melly melangkahkan kakinya meninggalkan Austin.

Tetapi pria itu malah mengikutinya dan berjalan di sampingnya. Melly menghela napas melihat pria itu.

"Beri aku kesempatan. Kita bisa mencobanya"

Melly menghentikan langkahnya dan menatap Austin yang menatapnya dengan serius.

"Kau pikir hubungan itu mainan. Pergilah, Austin. Aku tidak ada niatan untuk bermain-main denganmu" usir Melly dan Austin tidak terlihat tersinggung mendengarnya.

Suara langkah kaki terdengar yang membuat Melly serta Austin menoleh. Menemukan sosok pria berjas formal yang menatap Austin.

Austin terlihat mengangkat tangannya sebelum berbalik menghadap Melly.

"Aku serius, Mel. Kau bisa membuktikan ketulusanku. Jika kau menyetujui untuk mencobanya bersamaku. Jika kau takut aku bermain-main kau salah. Kau tau aku serius dan jika aku bermain-main aku tidak mungkin menunggu selama ini"

Ucapan Austin sukses membuat Melly terdiam. Hatinya yang paling kecil meneriakkan dorongan untuk menerimanya.

Tetapi Melly masih bingung dengan pikirannya sendiri. Mencoba tidak merugikan siapapun dan Demi Tuhan Melly sendiri juga menyukai pria ini.

Hanya aja Melly takut menjatuhkan hatinya pada pria. Apalagi model prianya seperti Austin begini. Melly tidak sanggup jika harus di kecewakan kemudian hari.

"Kau bisa memikirkannya dan aku akan menunggu. Kuharap kau tidak membohongi kata hatimu sendiri"

Austin bergerak maju dan memberikan kecupan di kening Melly sebelum beranjak pergi.

Melly memegang jantungnya menatap kepergian Austin yang melangkah menjauhinya.

*-*-*

The Abilerdo ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang