Chapter 22

5.4K 354 11
                                    

Jangan lupa vote dan comment

*-*-*

Melly menatap pria yang tidur tergeletak di sampingnya. Wajah lelah terlihat jelas di sana. Sudah dua jam sejak kegiatan mereka dan Melly tidak bisa tidur sama sekali hingga saat ini.

Bukan karena apa yang telah mereka lakukan. Hanya saja sejak tadi Melly terus memikirkan apa yang menjadi bebannya sejak kemarin.

Hubungannya dengan Austin sepertinya memang tidak berjalan baik. Oh tidak hubungan mereka tidak berjalan mulus lebih tepatnya.

Melly menghela napas dan membalikkan badannya menghadap Austin yang masih terlelap

Seharusnya Melly marah dengan pria itu karena sudah menidurinya lagi. Bukankah Austin mengatakan akan menciumnya. Tetapi pria itu mengambil terlalu banyak dari yang dimintanya.

Memang sialan kekasihnya ini dan sialannya lagi Melly menikmati serta mencintai pria ini.

"Kau memang perayu ulung. Sialnya lagi kau berhasil merayuku" bisik Melly pelan yang disertai oleh senyuman kecilnya.

Suara ponsel bergetar membuat Melly menoleh dan menemukan ponsel Austin yang tergeletak di nakas sampingnya.

Tangan Melly terangkat dan melihat panggilan masuk dengan nama Ken. Seingatnya nama itu merupakan anak buah kepercayaan Austin kecuali Stev.

Ponsel Austin dalam mode getar dan karena letaknya tepat di samping Melly suaranya hanya dapat di dengar oleh Melly saja.

Panggilan tersebut berhenti sebelum bergetar kembali dengan nama yang sama. Melly berusaha mendudukkan tubuhnya dengan berusaha menahan selimutnya agar tidak melorot.

Mau tidak mau Melly mengangkat panggilan tersebut dan menempatkannya di telinganya.

"Mellyta Laveda" ucap Melly untuk memberitahu sang penelpon jika bukan Austin yang mengangkatnya.

"Ms. Laveda. Saya senang mendengar suara Anda" ucap Ken yang membuat Melly mengernyitkan keningnya.

"Ken ada apa ? Austin sedang tidur" ucap Melly dengan menatap Austin yang masih nyenyak.

"Tidak ada apa-apa, Ms. Laveda. Hanya saja saya ingin memastikan jika Mr. Gassalo memang berada di tempat Anda. Tadi Mr. Gassalo langsung meninggalkan rumah tanpa pengawasan sama sekali"

Melly melirik Austin sekali lagi sebelum mendudukkan tubuhnya dengan benar.

"Memang apa yang terjadi ?" Untuk pertama kalinya Melly berani menanyakan hal seperti ini.

Sebelumnya Melly hanya pernah bersapa sebentar dengan Ken. Tidak pernah ada pembicaraan lebih lanjut ataupun lainnya dengan tangan kanan Austin ini.

Tidak hanya karena wajah Ken yang menakutkan. Tetapi memang pria ini seakan-akan tidak mudah di sentuh bahkan menjaga jarak dengannya.

Sedangkan Stev memang dikenalnya dari dulu. Jadi jika ada sesuatu yang diperlukan Melly lebih sering menghubungi Stev daripada Ken.

"Sepertinya Mr. Gassalo bertengkar dengan Ayahnya. Setelah itu Mr. Gassalo memilih untuk pergi dari rumah tanpa pengawasan" terang Ken yang membuat Melly menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, dia baik-baik saja. Di apartemenku juga ada keamanan jadi kau tenang saja" ucap Melly masih dengan suara pelannya.

"Baik, Ms. Laveda. Saya juga sudah mengirimkan anak buah untuk berjaga lebih ketat di apartemen Anda"

Setelah mematikan panggilan mereka berdua. Melly menaruh ponsel Austin kembali ke tempatnya.

Menatap Austin yang masih terlelap sebelum memilih bergabung dengan pria itu. Melly cukup tau apa yang baru saja di debatkan oleh Austin dan juga Ayahnya.

Semua sudah di pikirannya dan untuk sekali ini Melly ingin memperjuangkannya. Karena jika tidak dengan Austin, Melly tentu saja tidak akan menikah ataupun memiliki kekasih.

Ya hanya dengan Austin saja.

*-*-*

"Baiklah, aku harus pergi. Lusa setelah pulangnya dari San Fransisco aku akan langsung menemuimu" ucap Austin sambil menatap Melly yang berdiri di depannya.

Melly tidak mengatakan apapun dan hanya menganggukkan kepalanya patuh. Austin mendekat dan memberikan kecupan di kening Melly sekilas.

"Kau marah karena kita tidur lagi semalam ?" Ucap Austin yang membuat wajah Melly memerah dan melengos malu.

Austin terkekeh melihat respon yang di berikan oleh Melly. Austin cukup tau jika perempuan itu menikmatinya. Tetapi tetap saja Austin merasa sedikit tidak enak.

Takut jika Melly akan merasa tidak nyaman karena kegiatan mereka semalam.

"Aku tidak akan mengulanginya lagi jika kau tidak mau. Tapikan kau mau" ucap Austin yang sukses membuat Melly melototkan matanya kesal.

"Awas saja kau" ucap Melly dan Austin hanya terkekeh.

"Baiklah aku berangkat. Stev akan sampai ke sini lima belas menit lagi. Dia sedang dalam perjalanan"

"Kau tidak berangkat dengan Stev ?" Tanya Melly dan Austin menggelengkan kepalanya dengan membenarkan letak jas yang baru tadi pagi dikirimkan anak buahnya ke sini.

"Aku akan berangkat dengan Ken. Stev akan kusuruh menemanimu. Jika kau mau kau bisa menemui istri Stev kurasa kalian akan cocok"

Melly hanya berdehem dan menganggukkan kepalanya beberapa kali sebagai jawaban.

"Baiklah aku pergi" ucap Austin dan melangkahkan kakinya keluar dari apartemen Melly.

Di lihatnya Ken sudah berdiri di sana dan menganggukkan kepalanya pada Melly yang di balas dengan senyuman.

Mereka membalikkan badannya dan beranjak pergi meninggalkan Melly berdiri tepat di depan pintu kamarnya.

"Sebaiknya Anda masuk ke dalam, Ms. Laveda. Di luar dingin" ucap salah satu penjaga pintu di apartemen Melly yang membuat Melly mendengus.

"Kalian secerewet bos kalian" Ucap Melly sebagai candaan sebelum masuk ke dalam

Beberapa menit berselang. Stev benar-benar datang dan menekan bel berulang kali.

Dengan menyelempangkan tas miliknya Melly membuka pintu apartemennya yang langsung berhadapan dengan Stev yang terlihat melihat hpnya.

"Kau akan kemana ?" Ucap Stev yang terlihat terkejut menatap Melly yang terlihat siap dengan pakaiannya.

Melly tanpa mengatakan apapun langsung menggandeng Stev untuk ikut dengannya. Dua pengawal itu terlihat kaget dan ingin ikut.

"Kalian tidak perlu ikut, aku aman dengan Stev okay" ucap Melly sambil melambaikan tangannya.

Menarik Stev untuk ikut masuk ke dalam lift. Pria itu terlihat gelagapan dan menatap Melly dengan tatapan ngeri.

"Kau mau menculikku ?" Ucap Stev dan Melly berdecak.

"Tidak ada gunanya menculikmu. Kau harus mengantarkan aku" ucap Melly sambil mengetukkan kakinya di lantai lift.

Berusaha menata hati dan pikirannya. Lebih tepatnya memantapkan hatinya dengan apa yang sudah di lakukannya.

Melly sudah mengirimkan surel tadi pagi dan sudah mempersiapkan semuanya hari ini.

"Apa aku harus melapor pada Austin ?" Tanya Stev dan Melly menepuk pundak pria itu.

"Tentu saja jangan. Jika kau melaporkan akan kau gigit kau" ucap Melly dengan menarik Stev menuju lobby.

"Kuharap kau tidak membawaku pada kesengsaraan" Ucap Stev dengan mengedikkan bahunya pasrah.

"Dimana mobilmu?" Ucap Melly ketika mereka sampai di halaman lobby dengan melongokkan kepalanya ke sana kemari.

"Disana. Memangnya kau akan mengajakku kemana ?" Tanya Stev dengan menunjuk sebuah mobil mewah yang terparkir di depan Lobby.

Jelas saja Stev bukanlah orang yang mau ribet untuk parkir di halaman belakang ataupun parkir di parkiran penghuni

Stev menyewa parkir mewah di depan Lobby yang tentu saja harganya cukup membuat Melly menelan ludah.

"Bertemu mertuaku"

*-*-*

The Abilerdo ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang