Chapter 12

7.7K 552 11
                                    

Melly keluar dari mobilnya dan menatap rumah megah di depannya saat ini. Di depan hanya ada satu orang yang menjaga dan mengatakan lebih baik Melly langsung masuk saja.

Untuk pertama kalinya Melly melihat rumah ini terasa sepi. Beberapa orang yang biasanya menjagapun juga tidak ada.

Melly berjalan menuju pintu yang terbuka dengan lebar. Melly bingung harus ke arah mana kecuali di sini.

"Kalian seharusnya lebih becus lagi" ucap seseorang dengan suara menggelegarnya yang membuat Melly menghentikan langkahnya.

Tetapi semua tatapan mata sudah terarah padanya. Termasuk sosok pria paruh baya yang terlihat berdiri di depan semua orang yang menghadap patuh pada pria itu.

Stev yang berada di salah satu jajaran itu langsung menghampirinya dan seolah-olah ingin membawanya pergi. Tetapi sebuah suara terdengar yang membuat Stev mengurungkan niatnya.

"Siapa dia ?" Ucap pria paruh baya itu yang membuat Melly mengernyitkan dahi.

Pria itu menatapnya dengan tatapan tak bersahabat atau mungkin Melly datang di waktu yang tidak tepat. Jelas-jelas pria itu tengah marah kepada semua orang.

"Kurasa tidak boleh ada orang berkeliaran sembarangan di markas ini. Apalagi seorang perempuan" ucap pria itu lagi dan Stev terlihat melirik Melly sebentar sebelum menghadap ke arah pria itu.

"Ini Mrs. Laveda. Teman Mr. Gassalo dan juga merupakan teman semasa sekolah saya dulu" ucap Stev tegas dan pria itu menatapnya dari atas sampai bawah.

Melly kira pria itu akan melepaskannya setelah menanyakan hal itu dan dijawab dengan cepat oleh Stev.

Nyatanya dia salah pria itu malah membalikkan badan berjalan menuju arahnya. Sambil menatapnya lekat-lekat seakan mengamati.

"Jika hanya teman biasa. Seharusnya tidak bisa seenaknya masuk kemari" ucap pria itu yang membuat Stev langsung menutupi tubuh Melly.

"Maafkan saya, Tuan. Dia memiliki keperluan dengan Saya. Kuharap Anda mengijinkan saya berbincang sebentar di luar" ucap Stev tegas dan pria itu menatapnya terakhir kali sebelum berbalik menuju orang-orang yang berbaring rapih.

"Pergilah, Stev. Segera kembali" ucap pria itu sambil melangkah pergi.

Melly yang masih mengelola apa yang terjadi tiba-tiba ada sebuah tangan yang menariknya cepat.

Membawanya keluar dari rumah itu dan berdiri di samping mobil yang digunakan Melly untuk datang kemari. Lebih tepatnya mobil yang merupakan milik Stev.

"Dengar, Melly. Austin sedang tidak ada di sini. Jangan datang kemari tanpa Austin, di sini bukan perkumpulan ibu-ibu rumpi. Kau tau itu" ucap Stev serius dan Melly berdecak.

"Aku sedang mencari Austin. Pria itu tidak bisa dihubungi dan aku pikir dia di rumah" ucap Melly dan Stev terlihat melihat ke sekitar.

Sebelum menyelipkan sebuah kartu yang membuat Melly mengernyitkan keningnya. Kartu itu terlihat mengkilap seperti kartu akses.

"Aku akan mengirimkan alamat sebuah kantor. Kau bisa mendatanginya dan naik ke lantai atas menggunakan kartu itu. Jangan mengatakan pada siapapun" ucap Stev penuh dengan teka-teki.

"Tunggu dulu, kenapa aku harus ke sana ? Apa Austin berada di sana ? Aish ada apa sih" ucap Melly kesal sendiri.

Tetapi kakak kelasnya ini sama sekali tidak menunjukkan wajah bercanda sama sekali. Bahkan wajahnya sangat terlihat tegang dan serius.

"Kau akan menemukan jawaban di sana. Bagus kau menggunakan mobil ini dan kuharap seterusnya akan begitu. Sekarang pergilah" ucap Stev dengan membukakan pintu mobil untuk Melly.

The Abilerdo ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang