Chapter 31

5.2K 383 10
                                    

Nihhh chapter panjang loh

Jangan lupa vote dan comment ya

Bisa juga kunjungi lapak aku sekarang wehehe

Sampai jumpa di update Kamis ya

*-*-*

Melly mendudukkan tubuhnya di wastafel kamar mandi. Perasaan risau benar-benar menguasainya saat ini. Beberapa kali Melly menatap tiga benda pipih yang barusan di taruhnya di gelas berisi air seninya.

Setelah kepergian Austin Melly memilih untuk segera kembali ke kamarnya. Ingin memastikan sesuatu yang sudah dirasakannya sejak beberapa hari yang lalu

Melly cukup tau walaupun menggunakan KB tidak menutup kemungkinan untuk peluang hamil. Walaupun pasangan yang menggunakan kondom juga tidak bisa menjamin hal itu.

Jantungnya berdetak sangat keras. Bahkan Melly merasa seakan-akan tidak bisa bernapas karena kegugupan yang dirasakannya.

Perasaan takut seakan berkumpul di dalam dadanya saat. Menghantarkan segala pikiran negatif di otaknya.

Setelah menghitung sepuluh detik dalam kecemasan Melly mengangkat benda itu secara bersamaan dan menaruhnya.

Menunggu dengan harap-harap cemas. Keringat dingin bahkan terasa di tangan dan dahinya. Mengucur dengan deras yang menandakan kegugupan luar biasa yang sedang dirasakan Melly.

Melly memejamkan matanya dan membukanya beberapa saat kemudian. Melihat ketiga benda yang menunjukkan hal yang sama.

Dua garis.

Tubuh Melly merosot ke bawah dengan tangannya yang masih memegangi pinggiran wastafel. Debar jantungnya terus bertalu-talu tanpa henti.

"Jika yang kau takutkan jika hamil nantinya kau akan menyakiti anak kita kau salah. Kau akan menjadi ibu yang hebat untuknya. Anak kita akan bangga padamu"

Ucapan Austin terus bergema di pikirannya. Membuat Melly untuk tetap mengontrol segala perasaan yang menyerangnya.

Menjadi pegangan Melly jika sampai dirinya hilang kendali. Perasaan itu tak pernah hilang dan terus menghantuinya sampai detik ini.

Ketika kabar kehamilan di dapatkannya. Saat itu Melly di temukan pingsan oleh asistennya, Elise.

Sebelum beberapa dokter membantu dan ikut memeriksa Melly. Saat Melly terbangun Melly mendapatkan berita jika dirinya sedang mengandung.

Semua orang menatapnya iba. Bahkan asistennya tak bisa mengatakan apapun dan. Satu rumah sakit mendengar beritanya.

Membuat Melly semakin terguncang dengan berita yang di dapatkannya.

Segala percobaan untuk membunuh janinnya sudah dilakukannya. Bahkan saat itu Melly tidak peduli jika dirinya bisa mati bersama dengan bayi yang di kandungnya.

Hanya satu hal yang dipikirkan Melly saat itu. Melly tidak ingin mengandung bayi dari pelaku pemerkosaannya.

Mungkin wajah bayi itu akan sama persis dengan sosok pria itu. Wajah yang mungkin akan terus menghantuinya seiring bertumbuhnya anak tersebut.

Lambat laun segala percobaam bunuh diri Melly selalu dicegah semua orang. Selalu di temukan oleh mereka. Beberapa orang memberikan nasihat dan berbagai wejangan lainnya

Membuat Melly tersadar dan menangisi semuanya dengan hati yang hancur.

Sejak itu Melly berusaha untuk menerima bayi yang dikandungnya. Tetapi keadannya memburuk dan Melly kehilangan bayi itu.

Untuk kedua kalinya Melly merasa hancur secara bersamaan. Rasa sakit terus menghantamkan berulang kali. Berpikir untuk bunuh diri tidak hanya sekali.

Tetapi berulang kali saat Melly ingin bunuh diri. Sebuah sosok selalu hadir di pikirannya sosok pria yang berdiri tepat di depannya dengan mengulurkan tangannya. Dengan mengatakan

The Abilerdo ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang