ADIK KELAS | PART 20

886 57 24
                                    


ADIK KELAS


Albi turun dari mobil dengan wajah cemberut. Biasanya ia akan memanggil bundanya saat ia masuk kedalam rumah, tapi kali ini berbeda. Albi lebih memilih langsung naik ke lantai atas, tempat kamarnya berada.

Namun baru saja dua anak tangga yang ia pijak, sebuah suara menghentikannya.

"Sayang. Sudah pulang?" Dahlia menatap wajah putranya yang cemberut. Biasanya Albi akan memasang tampang seperti itu saat ia sedang dalam suasana hati yang kurang baik. Lalu pertanyaan yang berkeliaran di kepala Dahlia adalah, apa yang membuat Albi cemberut seperti itu?

"Are you okay?" Dahlia berjalan mendekat.

"Iya bunda. Albi mau istirahat dulu." Albi kemudian melanjutkan langkahn menuju kamarnya.

Sampai di depan pintu, Albi langsung masuk dan menutupnya tanpa mengunci pintu, itu adalah kebiasaan dari Albi. Selain memiliki kebiasaan tak suka mengunci pintu, ia juga sering tak menyahut bila ada seseorang yang mengentuk pintunya. Sehingga tak jarang pembantu atau bundanya langsung masuk saja setelah mengetuk pintu.

Albi menggantung tas nya di gantungan tas yang ada di sana. Ia mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian santai, kaus oblong dan celana selutut.

Ia langsung merebahkan dirinya di kasur king size miliknya, menatap langit langit kamarnya dengan pikiran yang berkecamuk.

Suara ketukan pintu terdengar membuat Albi menoleh sekilas. Pintunya terbuka menampilkan Dahlia dengan nampan berisi makanan di tangannya. Dahlia berjalan mendekat membuat Albi merubah posisi tidurnya menjadi duduk, bersandar di kepala ranjang.

Dahlia menaruh nampan itu di nakas dekat ranjang. Dahlia kemudian duduk di tepi kasur, menatap wajah putranya yang berbeda dari biasanya.

"Albi tumbenan nggak turun buat makan. Jadi bunda yang bawain ke sini. Makan ya."

Albi mengangguk membuat Dahlia mengusap rambutnya sayang sebelum keluar dari kamar putranya. Albi menghela napas panjang saat ia sudah sendiri di kamar, ia menatap tak selera pada makanan yang di bawa oleh Dahlia.

Tanpa menyentuh makanannya, Albi  memilih tidur. Berharap dengan tidur, bayangan Yumna dan Vano bisa hilang dari pikirannya.

.

.

.

Jam sudah menujukkan pukul tujuh malam, dan sampai sekarang Albi belum juga keluar dari kamarnya. Makan siangnya tidak ia sentuh sedikitpun, entah kenapa tapi ia merasa tidak lapar.

Albi bersandar di kepala ranjang dan menatap kedepan dengan pandangan kosong. Berkali kali ia menghela napas, menyesali sesuatu yang membuatnya bahkan sampai tak berselera untuk melakukan apa apa.

Jangankan untuk makan, untuk menyalakan lampu dan menutup gorden saja Albi malas. Ia lebih memilih duduk dalam gelap, dari pada harus beranjak dari tempat tidurnya.

Pintu terbuka setelah terdengar suara ketukan dan pelakunya adalah sang bunda. Dahlia terkejut melihat suasana kamar putranya yang gelap. Ia segera menghidupkan lampu, seketika semua sudut ruangan menjadi terang.

"Albi. Kenapa lampunya nggak di nyalain?" Dahlia berjalan mendekat pada putranya.

Pandangan Dahlia jatuh pada makanan yang terlihat masih utuh, belum di sentuh sedikitpun.

"Albi. Kenapa nggak makan?"

Dahlia khawatir dengan putranya. Ia pikir Albi sudah memakan makanannya dan langsung istirahat, sehingga ia tidak berniat mengganggunya sampai sekarang.

Adik KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang