03

16.1K 1.7K 211
                                    

Gue pernah pacaran empat kali selama 26 tahun hidup gue.

Yang pertama dan terlama, Julian. Kita mulai pacaran waktu kelas satu SMA. Dari gaya pacaran labil ala ABG, pacaran gaya dewasa yang hampir aja tunangan.

Meskipun pacaran kami dipenuhi drama putus nyambung. In the end, gue sama Julian bakalan barengan lagi. Dan mungkin hal ini juga yang bikin Julian manfaatin keadaan.

Dua tahun yang lalu, dia selingkuh sama temen SMA gue. Circle di lingkungan gue cuma itu-itu aja, jadi bodoh banget kalau sampai gue nggak tahu kalau Julian selingkuh. Dan Julian juga bodoh, cari selingkuhan tapi masih seseorang yang berasal dari lingkungan yang sama.

Namanya Lily. Punya perawakan yang pendek dan kecil. Lily sama gue adalah pribadi yang 180 derajat berbeda. Dia terkenal lembut, sementara gue cenderung keras.

Melihat perbedaan antara gue dan Lily, dengan cepat gue menyimpulkan bahwa Julian sedang bosan dengan hubungan antara gue dan dia.

Nggak mudah buat putusin Julian karena kami udah kenal sedari kecil. Yang kedua, saat itu kami udah menghabiskan waktu sembilan tahun pacaran. Jelas udah banyak kenangan yang gue dan Julian lalui bersama. Dari jadi anak SMA ingusan yang suka caper, jadi anak rantau kuliah di Seattle yang sok gaul keluar masuk night club, sampai akhirnya kami tiba di moment di mana keluarganya dan keluarga gue akan membuatkan pesta pertunangan.

Mungkin Julian pikir, ketika dia ketahuan selingkuh dan gue minta putus, putusnya itu cuma sementara. Mengingat selama ini apapun masalahnya dan berakhir putus, pada akhirnya gue sama Julian bakal baikan.

Tapi pikiran dangkalnya buru-buru gue sangkal.

Nggak ada ruang buat orang yang selingkuh.

Mungkin sekarang gue bisa baik-baik aja. Tapi butuh waktu satu tahun untuk benar-benar membuang perasaan kecewa gue ke Julian. Gue nggak bisa tidur di tiga bulan pertama setelah putus, dan harus minum sleeping pills buat ngebantu gue tidur. Sekarang memang gue nggak minum sleeping pills lagi, tapi sekarang gue nggak pernah bisa tidur dengan nyenyak seperti dahulu kala.

Kemudian satu tahun yang lalu gue dikenalkan dengan dua orang yang berbeda. Harapannya gue bisa serius. Tapi dua kali gue coba pacaran lagi, dan dua kali gue gagal kembali.

Cowok pertama, usahanya dibuat diujung tanduk sama keluarga Julian. Cowok ketiga, terakhir ketemu gue mukanya memar kebiruan dan nerima ancaman dari Julian.

No one can stop him. Not even his family.  Bahkan keluarganya sama gilanya karena ngedukung sifat reog-nya Julian.

Gue kenal betul keluarga Julian. A powerful old money family.

Gue nggak tahu pastinya, tapi ada kemungkinan orangtua Julian juga nggak terima kalau anaknya gue putusin. Mungkin mereka bakalan bikin gue jomblo seumur hidup, semisal gue nggak end up sama Julian. Kalau benar begitu kemungkinannya, berarti satu keluarga isinya orang gila.

"Maaf aku nggak bisa temenin kamu."

Sebuah kalimat yang bikin gue lega.

Kemarin Tian minta maaf karena nggak bisa nemenin gue pergi ke acaranya Om Ben alias Bokapnya Darwin. Gue lega setengah mati ketika denger Tian nggak jadi ikut.

Karena apa?

Karena di sana ada Julian.

Sebelumnya Tian maksa mau ikut karena dia juga mau dikenal sebagai pacar gue. Selama kita pacaran —meksipun baru sebentar— gue selalu berusaha menutupi identitas Tian. Gue nggak mau. Julian tahu, terus kembali berulah.

Kalau perlu gue mau nanti nikah diem-diem, terus minggat dari Indonesia tanpa sepengetahuan orang-orang disekitar gue.

Untung aja gue ketemu Tian yang ternyata cuma tetangga beda tower. Pacaran pun bisa lebih aman, karena kita cuma main di sekitaran apartment aja selama dua bulan ini.

Precious HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang