24

6.7K 710 115
                                    

"OL-"

"DIA NGAPAIN DI SINI LIV?" jerit Nyana saat melihat Julian yang sedang menurunkan koper dari mobil.

Gue tersenyum paksa. "Tanyain sendiri aja."

Nyana berdecih kemudian menarik gue untuk masuk ke area rumahnya, meninggalkan Julian yang masih sibuk dengan bawaannya –gue nggak tahu dia bawa apa aja yang jelas ada beberapa koper.

"Oliv! Gimana kabarnya?"

Kali ini gue tersenyum lebar melihat ibunya Nyana datang menyambut kedatangan gue.

"Ini siapa?"

Julian buru-buru berdiri di sebelah gue dan mengulurkan tangan. "Saya Julian. Saya boleh tinggal di sini juga nggak Tante?" Julian dengan cepat menembak peluang yang ada seakan nggak ingin menyia-nyiakan pertemuannya dengan si pemilik rumah.

"Nggak! Nggak boleh. Sana lo pergi!" usir Nyana yang matanya sudah memicing.

Julian memasang wajah getir.

"Kamarnya udah pada penuh, Julian. Ada kamar nggak kepakai tapi sekarang udah jadi gudang. Kotor dan belum di bersihin."

"Saya bisa panggil orang buat bersih-bersih Tante!" sahut Julian kali ini dengan rasa percaya diri yang semakin membumbung, merasa si pemilik rumah meresponnya dengan baik.

"Jul," tegur gue pelan.

"Nggak jadi Tante. Saya cuma bercanda," cicit Julian pelan nggak jadi bersemangat.

"Julian ini teman atau pac-"

"Bukan. Bukan pacar," potong gue tak ingin ada salah sangka.

"Saya bodyguard-nya Oliv, Tante. Makanya sebenernya saya mau tinggal sama Oliv buat jagain dia," terang Julian kembali mencari kesempatan.

"Jul," bisik gue.

"Bercanda. Lagi. Tante," ujarnya yang dibuat terbata, namun Julian berhasil membuat ibu Nyana terbahak.

"Julian ini lucu banget. Seneng kalau ada yang bisa bercanda begini!" tawa ibu Nyana membuat gue dan Nyana sontak melempar pandang. Sementara Julian tersenyum lebar kesenangan disebut lucu.

"Kalau mau tinggal di sini, besok kamar kakaknya Nyana biar dibersihin dulu ya Julian. Nggak apa-apa kok, tinggal di sini. Rumah ini udah lama sepi ditinggal anak-anak Tante."

Julian semakin bahagia, terlihat jelas dari matanya yang seolah ikut tersenyum seperti bibirnya. "Kalau boleh, malam ini saya bisa tidur di mana aja. Di kursi. Di sofa. Di lantai. Di mana aja."

Gue melirik Julian tajam, yang dilirik kembali buru-buru mengoreksi. "Maaf, Tante. Nggak jadi. Saya kebanyakan bercanda."

Gelak tawa ibu Nyana kembali pecah. "Enggak. Enggak apa-apa. Kamu bersikeras, sementara mau di ruang keluarga dulu nggak?"

"MAU TANTE!" seru Julian bersemangat.

"Julian, kamu apa-apan?" bisik gue pelan yang tiba-tiba jadi nggak dia hiraukan.

"Ayo, masuk. Oliv, Julian," ajak ibu Nyana setelahnya.

Julian langsung mengekor. Sebelumnya dia berbalik ke arah Nyana sambil tersenyum miring padanya yang membuat anak si pemilik rumah makin geram.

"LIV?! KOK BISA?!" amuknya ke gue kemudian.

"Panjang, Na. Kapan-kapan aja."

***

"Jadi Julian ini temennya Oliv dari kecil?"

"Iya, Tante. Kami kenal deket dari SD. Tapi kata mama sebenernya sebelum itu udah pernah ketemu, cuman ya namanya anak kecil kan kadang suka sibuk sendiri jadi nggak ngeh."

Precious HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang