30

8.5K 619 34
                                    

Julian mendengus kesal.

"Aku tidur di mana?!" serunya tidak terima karena Bang Leon akan tidur di kamarnya.

"Ya udah, Abang balik aja ke hotel. Besok aku jemput ketemu adekku."

"Adek aku juga," imbuh Julian jumawa.

"Sejak kapan?" tanya Leon dengan nada meremehkan Julian.

"Gue ikutan ngurusin mereka. Gue mau besarin mereka. Kenapa lo? Kesindir gara-gara nggak bisa jadi abang yang ngurusin adeknya?" Julian mencibir dengan sengak.

"Enggak. Gue memang salah," jawab Bang Leon ringan mencoba nggak memasukkan ke hati perkataan Julian.

Malam ini adalah salah satu malam yang membahagiakan buat gue. Gue berbaikan dengan Leon. Dan pada hari ini juga, gue mendapatkan sosok abang yang gue tunggu-tunggu dan gue harapkan sejak kecil. Sekarang sosoknya hadir di hidup gue.

"Oke. Lo bisa balik sekarang," usir Julian

"Emang nggak boleh gue sekalian nginep? Besok gue harus pulang ke Jakarta, kalau gue di sini kan, gue jadi bisa banyak cerita. Ada banyak hal yang mau gue ceritain. Besok kita juga mau ketemu adek lo kan, Liv? Bisa hemat waktu kalau gue di sini."

Setelah menangis bersama, gue dan Bang Leon menghabiskan sore hingga jam menunjukkan pukul delapan malam untuk saling bercerita.

"Ya udah, kalau itu gue ikut ke hotel aja, Bang."

"Apa, Liv?!" tanya Julian tak percaya.

"Kamu mau nginep di hotel sama Leon? Ninggalin aku?! Nggak!"

Bang Leon mendengus pelan. "Dia kan adek gue. Ya terserah dia lah. Lo  pacar juga bukan," sanggah Bang Leon yang tiba-tiba membuat mata gue kembali berair.

Gue nggak pernah dibela olehnya. Bahkan saat gue ingin mencari perlindungan karena Julian, Bang Leon tetap diam nggak peduli. Mendengarnya mentang Julian tentunya adalah hal yang besar buat gue.

"Sekamar berdua aja kalau begitu," usul gue.

"Berdua sama kamu?" Julian menoleh penuh harap.

"Sama gue!" jawab Bang Leon.

"Ogah! Sekamar sama kamu kan, Liv? Kalau begitu, boleh. Abangmu boleh tidur di kamarku, terus aku sama kamu."

"Kamu di sofa aja."

Julian berdecak masam mendengar respon gue. Pada akhirnya, gue nggak benar-benar membiarkan Julian tidur di sofa. Gue sekarang terlalu lemah untuk jadi kejam padanya. Jadi gue biarkan dia tidur di kamar dengan gue. Dengan syarat;

1. Nggak boleh matiin lampu. Meskipun gue biasa tidur terbiasa matiin lampu. Tapi.. since I've been living abroad with him, I know his habits when he can't meet his needs.

2. Jangan bolak-balik kamar mandi. Suara air, kloset, bisa aja menganggu. Julian kalau habis banyak minum semalaman bisa bolak-balik kamar mandi lebih dari 5x.

***
Bang Leon mengajak gue untuk kembali ke Jakarta. Tapi gue belum sepenuhnya siap untuk kembali dan harus berinteraksi dengan orang-orang yang gue kenal. Termasuk keluarga besar mama. Keluarga besar mama udah denger semua hal yang berkaitan sama gue. Mereka marah.

Gue sekarang jadi bisa melihat dari sisi lain kenapa gue nggak mendapat warisan dari papa dan mama. Serta, Leon juga nggak memberikan gue posisi apa pun di perusahaan milik papa. Kalau gue dapat bagian dari usaha papa, keluarga besar mama pasti akan melakukan sesuatu ke gue. Perusahaan milik papa itu adalah hasil merger dari perusahaan milik orangtua mama. Make sense kalau keluarga besar mama akan mengamuk kalau gue mendapatkan bagian di perusahaan papa. Akan memusingkan dan gue nggak ingin hidup pusing.

Precious HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang