23

6.8K 770 112
                                    

Gue nggak bisa mengiyakan semua baik permintaan, penawaran, bahkan tekanan yang diberikan Tante Erlin. Jawaban yang bisa gue berikan kepada Tante Erlin hanya sebatas, "Aku nggak akan usir Julian, Tante. Aku nggak ingin mengacaukan hidup orang lain lagi. Tapi aku menolak buat ambil kesempatan di tengah-tengah keadaanku yang seperti ini."

Respon Tante Erlin?

Tentu saja dia marah. Dia menganggap gue menggantungkan anaknya. Katanya gue nggak tahu diri. Menurutnya gue perempuan banyak masalah.

Memang iya. Gue punya banyak masalah. Membiarkan Julian saat ini adalah solusi terbaik daripada mengusirnya. Semakin dia ditolak, Julian akan semakin keras. Ingat, Julian itu nggak bisa diatur. Nggak ada orang yang bisa membuatnya tunduk.

Termasuk gue. Gue juga nggak punya kuasa apa pun, semua yang Julian lakukan itu atas dasar kemauannya sendiri. No one can stop him. Kalau dia terkesan menurut ke gue, alasannya hanya satu yaitu ingin tetap ada di dekat gue.

Memiliki seseorang yang ada di deket lo di tengah pusaran masalah yang mengaduk-ngaduk semua emosi mungkin akan membuat lo jadi sedikit lega, seburuk-buruknya masih ada yang membersamai diri lo. Tapi sosok yang ada di dekat gue ini Julian. Julian yang selama hampir tiga tahun gue hindari. Laki-laki yang berhasil membuat gue jungkir balik. Dari yang semula menyayanginya dengan semua sifat buruknya, kemudian jadi sakit hati setengah mati karena gue dibuangnya.

Sekarang gua jadi menyesali respon gue yang dulu. Setelah putus gue larut dalam kesedihan. Merasa ditolak, merasa dibuang, merasa nggak cukup jadi seorang perempuan. Bahkan gue sempat mengalami susah tidur karena bayangannya sering datang.

Julian itu pacar pertama gue, cinta pertama gue. Dia selalu jadi yang pertama kalau membahas tentang hubungan romansa dan pahit manis ya. Begitu pun gue yang adalah yang pertama baginya. Julian lebih dari sekedar cinta pertama, pacar pertama, dan mantan pertama. Gue dan dia tumbuh bersama lebih dari 20 tahun lamanya. Dalam kenangan masa kecilnya, masa remajanya, gue ada di sana, dan begitu pun dia dalam hidup gue.

Gue pikir, mungkin kami ditakdirkan untuk hidup bersama dalam waktu yang lama, mengarungi masa demi masa bersama-sama seperti yang kami lakukan di masa kecil dan masa remaja. Namun jadi dewasa ternyata nggak seindah bayangan gue. Ketika beranjak dewasa hal-hal yang dulu bayangkan mulai runtuh satu persatu. Termasuk bayangan tentang bersama Julian untuk waktu yang lama.

Menjadi orang dewasa malah membawa gue ke dalam banyak masalah yang sebelumnya nggak terbayangkan. Mulai dari ditinggalkan Julian sampai kebenaran siapa gue yang sebenarnya. Harusnya gue nggak perlu desperate saat Julian selingkuh atau lebih tepatnya hanya ingin membuat gue panas lalu marah dan mengakhiri hubungan kami. Seandainya gue tahu ada yang lebih rumit, dan menyesakkan di masa depan, mungkin kan gue hanya akan menganggap masalah gue dan Julian seperti angin lalu?

Nggak bisa gue pungkiri juga, Julian pernah jadi sumber masalah hidup gue, yang mana tanpa gue sadari gue juga masalah bagi keluarga Julian. Kami seolah saling melempar api tanpa kami sadari. Ini nggak sehat. Semua orang yang tahu tentang hubungan kami juga akan berpikir seperti itu.

Hingga detik ini, gue masih enggan berpikir lebih dalam tentang bagaimana kami. Gue nggak ingin kembali dibuat pusing. Sementara biar lah seperti ini. Biar lah gue merasa tenang, dan mendapatkan kembali kekuatan untuk terus bertahan dengan keadaan gue saat ini yang sendirian, nggak ada tempat pulang, nggak punya tujuan jelas.

Diam-diam gue kehilangan arah. Mungkin sudah lama gue hilang arah, namun baru gue sadari setelah kejadian akhir-akhir ini. Selama ini gue nggak punya arah tujuan, karena selama ini yang gue lakukan hanya fokus untuk berlari dari Julian, kabur dan menghindar darinya.

Sebelum pergi lagi ke Bali, gue ingin mengurangi barang-barang gue yang sekarang ditampung di rumah Julian. Semua barang yang ada di apartemen Leon, dan yang ada di rumah yang dulu gue tempati saat Mama dan Papa masih hidup, semuanya dipindahkan ke rumah Julian. Garasi yang bisa memuat empat mobil itu kini mendadak jadi gudang penuh barang gue.

Precious HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang