25

7.3K 626 75
                                    

"Oliv. Nanti aku balik ke Jakarta. Cuma sebentar aja kok. Besok pasti udah balik," papar Julian tiba-tiba.

Gue mengangguk. Nggak ada alasan buat bilang 'jangan' kan? Lagi pula di sini Julian membuat gue nggak enak hati kepada Nyana.

Julian sebetulnya niat membantu, tapi kenyataannya dia malah membuat pekerjaan baru. Piring dan gelas yang dia cuci semuanya amis dan nggak bersih. Katanya sudah merapikan tempat dia tidur, ternyata semua pelengkapan tidurnya hanya digulung. Halaman rumah tidak benar-benar dia sapu, dia hanya mengapu bagian yang nampak mata, sementara sela-sela serta celah-celah yang kotor sama sekali nggak dia bersihkan.

"Kamu nggak nanya aku ngapain gitu?" tanyanya.

Gue nggak peduli. Terserah dia mau ke Jakarta, Bandung atau ke mana. Suka-suka dia aja. Dia kan memang anaknya selalu sesuka hatinya.

"Ada yang mau beli tas kamu lagi," terangnya kemudian.

Wow...

Gue akui oke juga performa Julian dalam menjual koleksi preloved gue. Baru kemarin salah satu koleksi tas gue terjual satu. Dan harganya pun terbilang mahal. Lalu pagi ini dia bilang ada yang mau membeli lagi.
Gue perlu tepuk tangan buat Julian.

"Laku lagi? Cepet juga ya. Padahal kamu jualan kayak orang nggak butuh duit," respon gue akhirnya.

Dia tersenyum lebar, dan kelihatan bangga sekali dengan pencapaiannya.

"Target pasar aku emang besar sih," katanya kemudian.

"Emang siapa yang beli? Aku kenal?" Gue jadi penasaran.

Wajah Julian mendadak canggung. Senyumnya jadi aneh. Kemudian dia menjawab dengan pelan. "Mamaku."

Hah?!

No way!

"Enggak bisa. Enggak. Aku tahu mamamu nggak bakal beli barang preloved. Dia beli karena kamu yang jual. Jangan terima uangnya, dan bilang barangnya udah sold." Gue segera mencegahnya.

Yang benar aja, Julian!

Tante Erlin mau membeli karena Julian yang jual. Dia pasti tambah benci sama gue. Bencinya nggak masalah. Tapi kalau suatu kembali bertemu, bisa jadi gue nggak cuma dihina-hina, pulang jadi ayam geprek juga masuk akal. Apalagi beberapa hari yang lalu kan Tante Erlin sempat memukuli Julian, yang mana adalah anak kesayangannya.

Kalau Julian aja bisa dipukul. Apalagi gue yang udah nggak punya apa-apa ini?

"Apa salahnya? Dia kan customer juga?" sanggah Julian tanpa dosa.

***
Untuk yang pertama kalinya sejak Julian datang menemui gue di Bali, akhirnya gue nggak melihatnya selama semalaman.

Hanya satu malam saja. Karena paginya dia sudah kembali muncul di depan rumah Nyana. Rasanya gue ingin menepuk jidat.

Dia lagi dia lagi. Julian tersenyum lebar ke arah gue.

Gue hendak pergi ke rumah Sintia dan Bita. Namun dengan seenaknya Julian menyuruh taksi yang gue pesan untuk pergi dan memaksa gue untuk naik mobilnya. Gue membuang napas kasar dan terpaksa menurut karena taksi pesana gue sudah pergi begitu saja menuruti perintah Julian.

Precious HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang