09

11.5K 1.1K 184
                                    

Nggak ada hari yang lebih buruk dari hari di mana Julian berulah. Yang paling baru, Julian berhasil bikin Radhit yang soundless mengumpat, dan Sean yang paling pelit harus merogoh puluhan juta.

Oh iya, jangan tanya ke mana Brin dan Darwin. Sudah pasti dua orang tersebut terbirit-birit menyelamatkan diri sebelum dijadiin sate sama Sean, yang pagi ini terhitung sudah belasan kali mengeluarkan umpatan kasar.

Well, memang Darwin sama Brin itu nggak bisa diharapkan, selain menjadi partner in crime-nya si Melon alias Julian.

Sean terlihat menyeret Julian menuju mobilnya, sementara yang diseret terlihat sempoyongan dengan kemeja yang kusut, rambut yang berantakan, dan wajahnya yang bonyok. Di belakangnya, Radhit nampak masam sambil membawa sepatu Julian yang entah bagaimana ceritanya bisa terlepas.

Gue hanya bisa mendesah kasar.

Jam satu pagi gue mendapat telpon dari nomor Julian yang ternyata bukan Julian yang bicara, tapi pegawai bar. Nggak biasanya gue nerima telpon dari Julian, tapi entah kenapa tadi kepencet jadi terima telpon. Dan na'asnya yang dateng malah bencana.

Julian bikin keributan di bar. Dia berantem sama beberapa orang sampai bikin ribut satu bar. Beberapa fasilitas bar terkena imbasnya, that's why Sean marah-marah. Si pelit Sean yang sayang uang tentu aja nggak ikhlas keluarin duit buat hal-hal seperti ini.

Awalnya gue nggak tahu sama sekali dia pergi sama siapa, setelah diusut ternyata dia pergi diajakin Darwin dan Brin.

Gue nggak tahu seberapa banyak yang Julian minum, tapi melihatnya teler seperti ini gue yakin dia udah minum beberapa botol. Toleransi alkohol Julian itu cukup tinggi. Paling banter biasanya mabuk tipis-tipis alias tipsy. Gue belum pernah lihat dia sembuk ini sampai harus dipapah.

Baru juga kemarin gue ke kantor polisi, dan sekarang gue ada di sini lagi bersama orang yang sama, Radhit-Sean. Sean dengan cepat menghubungi asisten bokapnya Sean buat beresin catatan kepolisian hari ini.

Tentu aja si Melon ini nggak boleh punya catatan kriminal. Dia akan selalu dibuat bersih, putih, tak bercela. Dan ngurusin hal-hal terkait kepolisian itu adalah yang sangat mudah. Semudah membalikkan telapak tangan bagi kami yang memegang banyak uang.

Gue, Sean, dan Radhit, akhirnya mengantar Julian untuk pulang ke rumahnya. Rumah orangtuanya lebih tepatnya.

Gue duduk di belakang bersama Julian yang setengah sadar. Dia masih membuka mata, namun dia hanya duduk diam menatap ke arah jalan dengan pandangan kosong. Kalau sampai pikirannya kosong kemudian kesurupan, mungkin akan tambah seru.

Seru karena Sean akan makin mengumpat marah. Dan Radhit yang menahan diri sedari tadi bisa mendadak stroke.

Sean dan Radhit memapah Julian ke dalam rumah. Di ruang tamu kedua orangtuanya sudah menunggu. Saat mereka melihat anak kesayangannya itu babak belur, Tante Erlin langsung bereaksi lebay, memasang wajah khawatir, dan memekik 'ya ampun, ya ampun'.

Jangan cuma 'ya ampun, ya ampun', itu anak lo urusin yang bener.

Apakah ini akibat membesarkan anak dengan uang haram? Makanya anaknya kebanyakan gaya.

Tante Erlin menyuruh Sean dan Radhit membawa anaknya ke dalam kamar, kemudian dia memerintah dayang-dayangnya untuk menyiapkan kotak obat untuk anaknya.

Tiba di kamar Julian masih diam. Sementara Tante Erlin sudah kelihatan rempong memerintah ini itu pada dayangnya.

"Udah pagi, kalian sekalian nginep sini aja." Itu bukan sebuah tawaran namun suruhan. Belum juga kami menjawab Tante Erlin sudah kembali menyuruh ART yang bekerja di rumah gedongnya untuk menyiapkan kamar untuk kami. "Teh, siapin kamar ya."

Precious HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang