Beberapa jam kemudian mereka bertiga telah sampai di padepokan milik Tarachandra yang berada di Lamajang. Para murid yang ada disana menyambut dengan penuh kegembiraan, mereka datang ke depan gapura padepokan menghampiri Tarachandra, Narayandra serta Maya.
"Mpu Utpala sudah tiba!" teriak salah satu murid yang menghampiri Tarachandra. Setelah masuk dan tiba di depan pintu utama, Tarachandra turun dari kudanya diikuti oleh Maya dan Narayandra.
"Raden sudah pulang?" tanya seorang wanita paruh baya yang tiba-tiba muncul dari arah pintu utama. Wanita itu terlihat sangat bergembira dengan kedatangan Tarachandra. Tarachandra tersenyum pada wanita yang dikenal sebagai dewi Kusumaningsih, Tarachandra memeluk wanita itu dengan begitu erat "Aku sangat rindu panjenengan mbok," ujarnya pada Dewi Kusumaningsih.
***
Kini mereka berada di ruang makan yang telah disediakan oleh Dewi Kusumaningsih, mereka berecengkerama dan bercerita penuh dengan suka cita. Karena Tarachandra telah lama pergi dari Lamajang selama 2 tahunan, ia menetap di Sadeng dan menjadi abdi untuk patih Wirota Wirogati.
"Kenapa aku tidak melihat Wistara?" Tarachandra merasa heran karena memang sedari ia tiba di sini, ia tidak melihat sosok sahabatnya itu.
"Raden Wistara hanya mampir sejenak hanya sekedar bertegur sapa denganku, ia terlihat kesal dan ia juga terburu-buru untuk kembali menuju Sadeng. Apa kalian bertengkar?" tanya Dewi Kusumaningsih. Mereka terdiam sejenak setela mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut wanita paruh baya itu.
"Sebenarnya-" sebelum Narayandra menyelesaikan ucapannya, Tarachandra segera memotong ucapan sahabatnya itu "Tidak mbok, kami tidak bertengkar. Hanya saja memang ia ada tugas khusus dari Tuan Waruyu, oleh karena itu ia terburu-buru kembali menuju Sadeng."
Dewi Kusumangsih mengangguk paham setelah mendengar penjelasan dari Tarachandra. Lalu, atensi wanita paruh baya itu beralih pada sosok Maya yang terlihat selalu menempel pada Tarachandra.
"Omong-omong, siapa genduk ayu yang ada di sampingmu itu den?" tanya Dewi Kusumaningsih sembari melempar senyuman jahil kepada Tarachandra. Tarachandra tersedak oleh nasi yang baru saja ia lahap, ia sedikit terkejut karena Dewi Kusumaningsih menatapnya dengan tatapan jahil dan penuh curiga.
"D-dia? dia rekanku ketika berada di Tumapel, kebetulan-"
"Raden, jangan bohong. Aku sangat mengenalmu, kamu orang yang tidak mudah berteman akrab dengan wanita lain selain Sasmita. Aku juga tadi melihatmu ketika turun dari kuda kamu sangat memperhatikan gadis cantik ini," ucap Dewi Kusumaningsih.
"Sepertinya Mpu Utpala memang sedang jatuh hati," sahut Parwaman, yang merupakan pengikut setia Tarachandra di padepokan ini. Mendengar hal itu membuat Tarachandra dan Maya menjadi semakin salah tingkah.
"Sudah-sudah, lanjutkan makan kalian atau nanti kalian akan tersedak," elak Tarachandra yang mencoba menghentikan godaan dari pengikutnya yang ada di sini. Merekapun semakin menaruh curiga atas hubungan di antara Tarachandra dengan Maya.
***
Kini Tarachandra tengah duduk menikmati heningnya suasana malam bersama Dewi Kusumaningsih di teras rumah utama padepokan ini. Maya dan Narayandra memutuskan untuk tidur terlebih dahulu karena memang mereka sangat merasa kelelahan.
"Aku melihat dia bukan orang sembarangan," celetuk Dewi Kusumaningsih. Tarachandra menoleh ke arah wanita yang dipanggilnya sebagai mbok itu, ia mencoba mendengarkan apa yang hendak disampaikan wanita itu.
Dewi Kusumaningsih memejamkan matanya, seolah tengah menerawang sesuatu. "Raden, ia akan mengubah hidupmu untuk selamanya," ujarnya sembari tetap memejamkan kedua matanya. Tarachandra penasaran, apa yang dimaksud dari ucapan Dewi Kusumaningsih.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA : The Eternal Love [Majapahit]
Historical FictionRevisi!! Mohon maaf jika ada beberapa part yg berantakan. "Ratusan purnama telah aku lewati, ratusan perpisahan telah aku alami, namun dari sekian lamanya menjalani hidup yang menyakitkan, kaulah yang paling kudambakan." - Tarachandra Utpala Latar...