Sasmita tahu, akan percuma jika dirinya menasihati sahabatnya itu. Jadi, ia memilih untuk mengalah dan membiarkan Tarachandra pergi ke Kedhaton Majapahit bersama Narayandra yang memang ingin ikut. Tarachandra mempersiapkan perbekalan serta kudanya, hal itu menarik perhatian dari Tuan Waruyu.
"Utpala, untuk apa sebenarnya tujuanmu pergi ke Majapahit?" tanya Waruyu sembari berjalan menghampiri Tarachandra.
"Ada urusan mendesak Raden, tapi tenang saja aku akan segera kembali secepat mungkin. Karena memang ini adalah urusanku yang harus aku urus sendiri," jawab Tarachandra.
"Aku hanya berpesan agar kau selalu berhati-hati, bisa saja ada telik sandi di sekitar kita. Kita tak boleh lengah dan kita harus selalu waspada," tutur Tuan Waruyu pada Tarachandra. Tarachandra membalasnya dengan anggukan singkat, Tuan Waruyu menepuk bahu Tarachandra sembari mengatakan untuk terus berhati-hati.
Setelah bersiap Tarachandra dan Narayandra pergi menuju Kedhaton lewat jalur utara, jadi mereka tidak melintasi Tumapel ataupun Lamajang yang berada di daerah selatan. Mereka berpikir jalur utara lebih dekat dari Trowulan atau Wilwatiktapura, segeralah mereka memacu kuda dengan kecepatan penuh.
Mereka melakukan perjalanan yang biasa ditempuh sekitaran 2-4 harian, namun mereka memilih untuk tak beristirahat karena dinilai akan membuang waktu berharga mereka. Tak peduli hujan menerpa, mereka tetap melanjutkan perjalanan. Narayandra hanya bisa mengikuti Tarachandra dengan penuh kepasrahan, toh dia tidak diajak dan dia sendiri yang mengajukan diri untuk ikut dengan Tarachandra.
Dan benar saja, dalam waktu yang sangat amat singkat yaitu sehari semalam mereka berhasil tiba di depan pintu gerbang utama Kedhaton Majapahit. Tarachandra sempat bingung, apa alasan yang tepat untuk masuk ke dalam sana, lalu Narayandra mengajukan dirinya untuk menarik perhatian abdi dalem kedhaton karena memang dia masih ada hubungan baik dengan beberapa petinggi disana.
Tarachandra menyetujui siasat yang disarankan Narayandra "Nah, itulah kenapa aku mengajukan diri untuk ikut denganmu. Agar dirimu bisa masuk dengan mudah, dan mencari informasi tentang Prabawati dengan lebih leluasa," ucap Narayandra.
Mereka pun mencoba masuk dan tentu dicegah oleh beberapa prajurit yang berjaga di depan gerbang itu.
"Aku Dyah Narayandra Yuwangkara, Putra Raden Jayatarwa dari Tumapel. Aku kesini dengan tujuan untuk bertemu Mpu Karwata, ada urusan mendesak dengannya," ujar Narayandra sembari menunjukkan lencana khusus sebagai tanda ia adalah anggota kerajaan atau bangsawan Tumapel.
"Njeh Raden, Silahkan anda masuk," ucap prajurit itu tanpa ada rasa curiga. Mereka pun masuk dengan mudah, namun sedikit kebingungan karena mereka tidak tahu seluk beluk mengenai kerajaan ini.
Narayandra memutuskan untuk menemui Mpu Karwata yang masih merupakan pamannya, ia bekerja dalam Rakryan Mantri ri Pakiran-kiran yang dimana merupakan dewan mentri yang melaksanakan pemerintahan. Ia juga meminta tolong pada beberapa prajurit untuk memberitahu Mpu Karwata bahwa keponakannya sedang datang untuk mengunjunginya.
Tarachandra berpikir ia harus mencari informasi tentang Maya di area kediaman abdi dalem kedhaton karena pada saat itu Maya mengaku dia adalah salah satu abdi dalem di kedhaton ini.
Mpu Karwata pun datang ke area depan kedhaton untuk bertemu dengan keponakannnya. Dari kejauhan ia nampak tersenyum dan terlihat senang bertemu dengan Narayandra.
"Dyah Narayan keponakanku tersayang," sapa Mpu Karwata pada Narayandra.
"Njeh Raden Karwata," balas Narayandra sembari memberi penghormatan pada pamannya itu. Mpu Karwata meminta mereka untuk mengikuti dirinya menuju ke kompleks kediaman para Rakryan Mantri Majapahit.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA : The Eternal Love [Majapahit]
Historical FictionRevisi!! Mohon maaf jika ada beberapa part yg berantakan. "Ratusan purnama telah aku lewati, ratusan perpisahan telah aku alami, namun dari sekian lamanya menjalani hidup yang menyakitkan, kaulah yang paling kudambakan." - Tarachandra Utpala Latar...