Tarachandra tiba di Sadeng setelah 2 hari perjalanan dari Daha, disana Tuan Waruyu bertanya-tanya apa yang membuat Tarachandra menjadi seperti itu.
"Utpala!" Sapa Tuan Waruyu pada Tarachandra yang baru saja turun dari kudanya.
"Njeh Raden," balas Tarachandra.
"Urusan penting apa yang membuatmu pergi tergesa-gesa seperti itu hm?" tanya Tuan Waruyu penasaran.
"Itu urusan pribadi saya den," jawab Tarachandra singkat.Ketika Tarachandra hendak melangkah pergi meninggalkan Tuan Waruyu, Tuan Waruyu menahan pergelangan tangan Tarachandra.
"Urusan pribadimu berhubungan dengan gadis sudra itu? Apa dia lebih penting dari pekerjaanmu?" bisik Tuan Waruyu pada Tarachandra. Tarachandra melepas secara paksa cengkraman Tuan Waruyu, lalu ia berjalan meninggalkan pria itu begitu saja.
Tarachandra kembali menuju kediamannya yang berada di sudut paling belakang kedhaton Sadeng. Narayandra datang menghampiri Tarachandra, ia berlari mengikuti langkah kaki sahabatnya itu.
"Utpala, bagaimana Prabawati?" tanya Narayandra penasaran.
"Dia baik-baik saja," balas Tarachandra tanpa menghentikan langkahnya.
"Dan asal kau tahu, beritamu tentangmu yang pergi demi Prabawati sudah terdengar oleh seluruh kedhaton. Semua itu karena Sasmita yang menyebarkan gosip itu, bahkan semua itu terdengar hingga ke telinga Tuan Waruyu dan Wirota Wirogati," jelas Narayandra pada sahabatnya itu, Tarachandra hanya bisa menghela nafas.
"Itulah Sasmita, jika tak bisa mendapatkan apa yang dia inginkan dia akan melakukan hal bodoh dan menyebalkan." Tarachandra sudah sangat hafal dengan kebiasaan Sasmita yang seperti itu, karena mereka memang sudah lama saling mengenal bahkan tinggal bersama dalam padepokan yang sama.
"Ya, aku paham Sasmita menyukai sedari dulu. Dia juga terlihat sangat patah hati karenamu, aku tahu sedari kecil bahwa Sasmita memang menyukai dirimu. Dan kamu pasti tahu jika Sasmita menyukaimu, tapi kenapa kamu tidak membatasi perhatianmu pada Sasmita selama itu? karena itu akan membuat dia semakin berharap lebih, dan akhirnya sekarang dia sangat amat patah hati."
Tarachandra memang paham kalau Sasmita menyukainya, namun ia sudah menganggap Sasmita sebagai adiknya sendiri. Namun, Sasmita menganggap kepedulian dan perhatian Tarachandra sebagai hal lain.
***
Sasmita mendengar bahwa Tarachandra telah pulang, ia segera pergi menuju ke rumah dinas Tarachandra yang letaknya tak jauh dari kediaman abdi dalem kedhaton. Ketika ia berada tepat di depan pintu rumah Tarachandra, mendadak perasaan ragu menghinggapi hatinya.
Dan akhirnya ia memilih berbalik dan tidak jadi menemui Tarachandra. Dan ketika Sasmita hendak melangkahkan kakinya untuk pergi, tiba-tiba pintu rumah Tarachandra terbuka. "Masuklah," perintah Tarachandra. Dengan sedikit ragu ia berbalik kembali menuju kediaman Tarachandra, sekilias Sasmita menatap wajah Tarachandra yang dipenuhi gurat kekecewaan.
"Duduklah," titah Tarachandra pada Sasmita, Sasmita duduk pada salah satu kursi yang ada di ruang tamu.
"Ada apa?" tanya Tarachandra dengan dingin, sejujurnya Sasmita takut ketika melihat Tarachandra yang marah dan kecewa padanya. Di sisi lain, ia juga merasa sangat kecewa dengan Tarachandra karena ia menyukai dan membela Maya.
"Aku ingin meminta maaf," cicit Sasmita. Tarachandra hanya bisa berdecak kesal, karena memang dirinya sangat kesal dengan Sasmita yang menyebarkan gosip buruk tentangnya dan juga Prabawati.
"Aku kesal padamu, ku pikir hanya aku satu-satunya wanita yang ada dalam hidupmu-"
"Jangan kekanakan, fokuslah pada tujuan awal kita," sela Tarachandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA : The Eternal Love [Majapahit]
Historical FictionRevisi!! Mohon maaf jika ada beberapa part yg berantakan. "Ratusan purnama telah aku lewati, ratusan perpisahan telah aku alami, namun dari sekian lamanya menjalani hidup yang menyakitkan, kaulah yang paling kudambakan." - Tarachandra Utpala Latar...