Seseorang itu adalah Maya, ia mendengarkan semuan percakapan antara Tarachandra dan Dewi Kusumaningsih. Ia juga sangat terkejut karena Dewi Kusumaningsih mengetahui bahwa dirinya adalah Maya yang berasal dari masa depan. Ia berlari menuju kamarnya, air mata meluncur bebas dari kedua matanya.
Jujur perasaannya sangat terluka, karena menurut Dewi Kusumaningsih hubungannya dengan Tarachandra akan dikutuk oleh dewa. Maya juga sangat bingung, karena Tarachandra sepertinya sudah mengetahui dirinya yang sebenarnya. Ia akan berkata jujur esok hari pada Tarachandra tentang siapa dirinya. Malam ini ia memilih untuk menenangkan dirinya dalam kamar yang ada di padepokan itu sendirian.
***
Keesokan paginya Maya terbangunkan oleh suara yang berasal dari luar kamarnya, ia mencoba bangun dari tidurnya dan keluar melihat apa yang membuat keriuhan yang ada di luar. Ketika ia membuka pintu kamarnya yang tepat di depannya ada lapangan yang digunakan murid padepokan untuk berlatih.
Setelah melihat keadaan di depan kamarnya Maya segera menyiapkan dirinya untuk bertemu dengan Tarachandra, ia segera mandi dan berganti baju. Beberapa menit setelah menyelesaikan urusannya ia ingin menemui Tarachandra yang berada di ruangannya.
Untuk pergi ke ruangan Tarachandra ia melewati bangunan yang digunakan sebagai tempat makan dan juga dapur. Disana ia melihat Dewi Kusumaningsih yang tengah sibuk memasak dengan beberapa gadis muda yang berada di padepokan. Ketika Maya ingin melanjutkan langkahnya menuju ruangan Tarachandra, mendadak namanya dipanggil "Prabawati!"
Maya menoleh ke sumber teriakan yang berasal dari Dewi Kusumaningsih, wanita itu berjalan ke arahnya. "Kamu mencari Tarachandra?" tanyanya pada Maya.
"Iya dimana Tarachandra? aku ingin membicarakan sesuatu dengannya," ujarn Maya.
"Raden sudah pergi sebelum matahari terbit tadi, ia pergi bersama Narayandra menuju Sadeng. Ia tidak tega membangunkanmu karena tidurmu sangat lelap, tenang saja dia tidak menelantarkanmu. Apa kamu tahu rencana mereka? tentang rencana pemberontakannya pada kerajaan Majapahit?" tanya Dewi Kusumaningsih.
Maya menggelengkan kepalanya, ia memilih untuk mendengarkan apa yang dikatakan oleh Dewi Kusumaningsih.
"Begini, menurut Tarachandra di Sadeng tidaklah aman ditakutkan Majapahit mencium adanya pemberontakan disana dan pada akhirnya akan terjadi peperangan di Sadeng. Oleh karena itu, ia menitipkanmu padaku di padepokan Arya Warinjing ini," jelasnya pada Maya.
"Begitu ya?" balas Maya sembari melempar senyum palsu ke arah Dewi Kusumaningsih.
"Prabawati, aku yakin kamu pasti mendengar pembicaraan kami semalam. Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk menentang hubungan kalian berdua-"
"Tidak, kami tidak menjalin hubungan apapun Dewi. Anda tenang saja, saya tidak akan menaruh perasaan apapun pada Tarachandra demi kebaikannya." Dewi Kusumaningsih merasa bersalah setelah menceritakan penglihatannya pada Tarachandra. Namun, ia merasa juga harus menyampaikan penglihatannya pada Tarachandra.
"Maafkan aku," ucap Dewi Kusumaningsih, Maya hanya bisa tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Lalu, ia berpamitan ingin berjalan-jalan di sekitaran padepokan milik Tarachandra.
***
Di tempat lain
Tarachandra dan Narayandra telah tiba di kerajaan Sadeng, ia disambut langsung oleh Wirota Wirogati dan beberapa punggawanya. Mereka nampak bergembira mendengar kedatangan Tarachandra dan rekannya tersebut.
"Mpu Utpala kita sudah datang," ucap Tuan Waruyu.
"Terimakasih atas sambutannya," balas Tarachandra.
Mereka semua menuju bangsal Kenanga yang digunakan untuk berkumpul atau menerima tamu luar keraton.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA : The Eternal Love [Majapahit]
Ficción históricaRevisi!! Mohon maaf jika ada beberapa part yg berantakan. "Ratusan purnama telah aku lewati, ratusan perpisahan telah aku alami, namun dari sekian lamanya menjalani hidup yang menyakitkan, kaulah yang paling kudambakan." - Tarachandra Utpala Latar...