BAB 10 ~ Everything's Fine

2.2K 65 0
                                    

Pagi hari menyapa rumah sakit dengan suasana yang sepi, diwarnai oleh udara dingin dan steril. Koridor-koridor yang panjang terasa sunyi, hanya dihiasi oleh langkah-langkah perawat yang terdengar lembut saat mereka berjalan.

Suasana seakan menyiratkan bahwa tidak ada yang hidup di sana, kecuali para pasien yang tengah dirawat dengan berbagai kondisi. Sesekali, lonceng berdenting memberi tahu bahwa ada pasien yang membutuhkan bantuan, menciptakan irama kehidupan di dalam kesunyian rumah sakit.

Di salah satu ruangan putih, seorang wanita terbangun dengan perasaan kebingungan yang mendalam. Kesadarannya kembali perlahan, tapi dia tidak dapat mengingat bagaimana dia sampai di ruangan tersebut, yang diyakininya sebagai salah satu kamar inap rumah sakit. Saat mencoba untuk bangkit, tubuhnya memberikan respons yang luar biasa, disertai dengan rasa sakit yang menyerang setiap serat ototnya, membuatnya sulit untuk bergerak bebas.

Perawat yang sigap muncul di sisi tempat tidurnya, menyapa dengan senyuman yang ramah. "Tenang saja, Anda sedang dalam perawatan," kata perawat dengan suara lembut, berusaha memberikan ketenangan pada pasien yang baru saja terbangun.

"Anda mengalami pendarahan, untung saja tuan Gavin dan dokter Rea langsung membawamu ke sini, dan langsung mengambil tindakan yang diperlukan," tambah perawat tersebut, berusaha memberikan penjelasan. Senyum ramahnya menciptakan atmosfer yang hangat di ruangan yang awalnya sepi dan dingin.

Penjelasan perawat menambah kebingungan dalam pikiran Ara. Tangannya tanpa sadar langsung menyentuh perutnya. "Apakah kandunganku baik-baik saja?" tanya Ara dengan suara yang lemah, mencerminkan kekhawatiran yang mendalam.

"Tidak perlu khawatir, kandungan Anda baik-baik saja," jawab perawat dengan ramah. "Jika Anda ragu, nanti siang Dokter Rea akan ke sini untuk mengecek kondisimu."

Penjelasan tersebut memberikan sedikit ketenangan pada Ara, namun kekacauan pikirannya belum sepenuhnya reda. Dia menunggu dengan harap-harap cemas kedatangan Rea untuk mendapatkan penjelasan yang lebih detail mengenai kondisinya.

"Dimana dokter Rea sekarang?" tanya Ara dengan suara lemah, mencoba untuk memahami keadaan sekitarnya.

"Beliau sedang melakukan rapat penting dengan beberapa dokter lain," jawab perawat dengan penuh perhatian, mencoba memberikan penjelasan yang memadai pada Ara.

"Oh... baiklah, aku akan menunggu dokter Rea saja kalau begitu," kata Ara sambil mengangguk ringan. Rasa kekhawatiran masih menyelimuti dirinya, dan dia merasa kenyamanan akan hadir ketika bisa mendapatkan penjelasan langsung dari Rea.

"Kalau begitu, saya keluar dulu. Nanti akan ada perawat lain yang akan membawakan makanan untuk sarapan Anda," ujar perawat dengan senyuman lembut. Dia berusaha memberikan kepastian bahwa pasiennya akan mendapatkan perhatian dan perawatan yang baik.

"Baik, terima kasih," ucap Ara dengan suara lirihnya, mencoba memberikan senyuman sebagai tanda terima kasihnya.

Meskipun suasana di ruangan terasa hening, perasaan Ara masih terombang-ambing. Dia memperhatikan perawat tersebut keluar dari ruangan dengan langkah ringan, meninggalkannya seorang diri di dalam ruangan putih dengan aroma obat obatan yang pekat.

Ara pun berusaha bersandar di tempat tidurnya, merenung sejenak sambil menatap ke luar jendela. Koridor rumah sakit yang sunyi dan dingin terlihat dari balik tirai jendela, menciptakan suasana yang hampir seolah-olah waktu berhenti di sana. Rasa tidak nyaman dan kekhawatiran tentang kondisinya membuatnya merasa terisolasi di tengah kesunyian.

Tidak lama kemudian, aroma makanan sarapan mulai tercium di udara. Perawat lain datang membawa nampan dengan menu sarapan. "Selamat pagi. Ini sarapan Anda. Semoga bisa memberi energi untuk pemulihan Anda," ujar perawat tersebut dengan senyuman ramah.

LimerenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang