BAB 7 ~ Hurt

2.4K 85 10
                                    

Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa kandungan Ara telah mencapai usia tiga bulan, dan perutnya mulai terlihat membulat, menandakan pertumbuhan janin di dalamnya. Meskipun demikian, Ara semakin merasakan pagi yang sulit karena morning sickness yang semakin parah. Tubuhnya menjadi kurus karena setiap kali mencoba menyantap makanan, dalam hitungan menit, ia harus menghadapi mual yang membuatnya muntah seluruh makanan yang ada di dalam perutnya.

Meski dihadapkan pada kesulitan ini, Ara tetap memulai setiap harinya dengan semangat yang luar biasa. Meskipun tampak kesulitan dalam mengonsumsi makanan, ia tekun memilih makanan yang sehat untuk kebutuhan kandungannya. Sejauh ini, kebahagiaan terpancar di wajahnya setiap kali ia melakukan pemeriksaan kandungan, mengetahui bahwa bayinya tumbuh dan berkembang sehat di dalam rahimnya.

"Vera!" panggil Ara dengan suara berbisik, mereka berdua berada di dalam kelas, di mana seorang dosen tengah menjelaskan materi dengan penuh dedikasi.

"Ada apa?" Vera terkejut, memperhatikan temannya meskipun suasana kelas sedang serius dengan penjelasan dosen.

"Kenapa kau terus melihatiku?" tanya Ara dengan suara pelan.

"Apa aku melakukannya?" Vera menjawab dengan wajah polos.

"Jangan terus-terusan memandangku, arahkan perhatianmu pada dosen yang sedang menjelaskan materi."

"Ck, iya iya."

Jam mata kuliah berakhir, dan kini dua sahabat ini melangkah menuju ke kantin untuk menikmati makan siang sebelum pulang ke rumah masing-masing. Vera, dengan kelembutan, memanggil nama temannya.

"Ara," panggil Vera.

"Ada apa?" tanya Ara, memperhatikan ekspresi sahabatnya.

"Mmmm, tumben akhir-akhir ini aku melihatmu selalu mengenakan baju longgar. Maksudku, sepertinya kau tidak biasanya mengenakan ukuran baju yang melebihi ukuran tubuhmu. Apa kau tidak merasa panas?" tanya Vera dengan penuh kehati-hatian.

"Nngg, memang aku biasanya mengenakan baju apa?" tanya Ara, mencoba untuk tidak terlalu memperhatikan kebiasaannya.

"Dulu, waktu kita sering pergi bersama di awal-awal kuliah, kau sering mengenakan baju yang pas di badanmu. Bahkan, dulu kau sering mengenakan jeans dan kaos pendek yang agak ketat," ujar Vera.

"Benarkah? Aku tidak terlalu memperhatikan pakaian yang dulu aku kenakan," kata Ara, berusaha pura-pura tidak tahu.

"Iya, bahkan dulu setiap kali ada acara kampus yang mengharuskan kita mengenakan baju yang tertutup, kau selalu mengeluh karena merasa kegerahan," tambah Vera, menyelipkan kenangan masa lalu.

"Ah, mungkin karena dulu aku belum tahu gaya berpakaian. Sekarang, semenjak sering membuka media sosial, aku jadi lebih tahu tentang gaya berpakaian yang cocok denganku. Sekarang aku lebih suka dengan gaya pakaian yang aku kenakan sekarang," ungkap Ara, mencoba memberikan penjelasan.

"Jadi, kau merasa nyaman mengenakan pakaian longgar seperti sekarang?" tanya Vera.

"Iya, aku merasa sangat nyaman dengan pakaian ini," jawab Ara dengan senyum. Mata Vera menatap penuh curiga dimana dia tidak merasa yakin dengan jawaban sahabatnya.

"Tap-" Ucapan Vera terhenti ketika Ara memotongnya dengan perkataannya.

"Sudahlah, Vera. Kita harus segera ke kantin. Khawatirnya nanti akan ramai, dan kita mungkin kesulitan mendapatkan tempat duduk untuk makan," ujar Ara, mencoba memotong pembicaraan agar mereka bisa segera bergerak.

"Oh ya, benar juga. Tapi, sebelum kita ke kantin, apa yang ingin kau pesan untuk makan siang?" tanya Vera.

"Hmm, sebentar ya, aku perlu memikirkannya dulu." Ara membiarkan pikirannya melayang untuk memutuskan pilihan makanan.

LimerenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang