07

1K 106 7
                                    

Shani tiba di rumahnya,ia bergegas langsung menuju kamar mandi, setelah dirasa selesai membersihkan dirinya, kini ia duduk di bangku yang letak nya tidak jauh dari kasurnya, ia menatap diri nya di cermin dengan tatapan frustasi

"aduh shani kenapa berani banget si nempelin muka lu ke muka siscaaa, untung dia ga ngamuk"
Shani terus merutuki dirinya, atas perbuatan yang baru saja terjadi, ia memang selalu melakukan apapun tanpa memikirkan dampaknya, beberapa kali shani mencoba untuk mengusap wajahnya kasar untuk menetralkan pikirannya,

dengan rambut yang masih sedikit basah shani membuka laptopnya, mengerjakan beberapa pekerjaan yang harus di selesaikan malam ini, mulai dari design cafe yang akan dia ubah, beberapa menu yang baru dan menu yang tidak akan di perjual belikan lagi, setidaknya ia harus menyibukan pikirannya agar bisa menghilangkan rasa gugup nya atas insiden bodoh yang brusan ia lakukan pada sisca,

Di rasa sudah selesai shani lngsung mengirim smua dokumen nya pada viny,

Ia merebahkan dirinya di atas kasur, menatap langit langit kamarnya yang polos,

Cuaca yang dingin dan suasana rumah yang sepi slalu mengingatkan shani akan ke harmonisan rumah nya yang dulu, ia memejamkan matanya lalu tersenyum tipis sambil memandangi foto wanita yang sangat ia cintai terpasang di dinding kamarnya,

"mahh lagi ngapain di sana?

Baik baik aja kan mah?

Kapan mau ajak shani main ke rumah mamah yang baru? Shani kangen"

Beberapa kalimat yang tak sengaja terucap oleh gadis itu membuat mata nya memanas, tanpa ia sadari air matanya sudah menetes membasahi pipinya, ia membiarkan hatinya menumpahkan rasa rindu yang tidak pernah bisa terobati

Beberapa kali hembusan nafas dan isakan pelan keluar dari bibir gadis yang kini masih merebahkan dirinya,

" mah, mamah harus tau bahwa gaada sedetikpun waktu yang shani punya untuk ga kangen sama mamah,
Kenapa ga pernah dateng di mimpi shani lagi?
Mamah masih sayang shani kan? Mamah pasti kangen shani juga kan?"

Suara tangisan kecil yang sedari tadi memenuhi ruangan kamar yang sepi itu kini sudah mulai berganti dengan suara dengkuran, gadis berlesung pipi itu sudah mulai tertidur dan masuk ke alam mimpinya, masih dengan air mata yang membasahi pipinya,

*flashback

" nek? "

" hmm? "

" shani boleh nanya? "
Ucapnya seraya duduk menyila di hadapan sang nenek yang sedang merajut di ruang tengah rumah miliknya,

" boleh, mau nanya apa ndok? "

" semuanya akan membaik kan nek? Suatu saat shani pasti bahagia kan nek? "
Tanya nya seraya tersenyum ke arah sang nenek

" ada apa ndok? Ada yang menyakiti kamu? "

" hehe gaada apa apa ko nek, shani cuman ngerasa kosong aja, kaya kehilangan arah gitu nek, shani gatau mau ngapain, harus kemana, dan berjuang untuk siapa, shani bingung hidup di dunia ini untuk apa? "

" untuk apa kamu hidup di dunia ini cuman kamu yang tau ndok, cuman kamu yang bisa nentuin apa tujuan kamu hidup di dunia ini, yang harus kamu lakuin sekarang kamu harus berjalan, jangan berhenti, nanti kamu bisa temuin sendiri jawaban atas pertanyaan kamu barusan "

" jadi semuanya akan baik baik aja ya nek, seiring berjalannya waktu? Kalau shani berusaha sekuat shani apa semuanya akan berhasil? "

" usaha tidak akan menghianati kamu ndok, terkecuali kemalangan yang di sebut takdir tidak bisa di kendalikan dengan usaha, sekeras apapun itu "

Shield [SHANSIS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang