36

847 124 23
                                    

Gracia memulai intograsinya lebih dulu, sedangkan selama perjalanan menuju kantor polisi shani mengaku bahwa ia memang sengaja menyuruh gracia melawan feni jika ia dalam keadaan bahaya juga, hal itu juga membuat shani akhirnya di tahan sementara di sebuah sel yang hanya ada dirinya.

Shani menekuk tubuhnya dan memeluk lutut nya, pikirannya benar benar hancur saat ini, ia baru saja minta maaf dengan kekasihnya dan berjanji untuk tidak ceroboh, namun sekarang ia sudah mengingkari janji nya lagi.

Satu sisi ia juga memikirkan gracia yang kini pasti sangat ketakutan, ia adalah orang yang di percaya oleh gracia dan mungkin gadis itu pasti akan menuruti perintah shani karna gracia berfikir bahwa shani adalah anak yang baik.

Di sisi lain shani juga merasa kasihan dengan feni, beberapa cerita tantang feni memang berhasil menyentuh hatinya, tentang ia yang kini merawat ibu nya yang sakit keras seorang diri,namun sekarang ia sedang dalam keadaan kritis di rumah sakit tanpa siapapun yang menjenguk dirinya.

Air mata shani terus mengalir, ini benar benar terasa menyakitkan, nafasnya pun rasanya benar benar sesak, seharusnya memang shani menyerah saja dari awal dari pada harus menyakiti banyak orang dan menjadikan orang yang bahkan gatau apapun seperti gracia ikut terlibat.

" maafin shani mah, shani udh ngotorin nama shani sendiri "
Ucapnya pelan masih dengan isakan kecil yang terdengar

Ingin rasanya shani mengeluh, tapi sepertinya keluh kesahnya pun tidak akan membuahkan ketenangan apapun, ia hanya bisa menangis dan merutuki dirinya sendirian di dalam sel yang cukup sempit,












Seorang polisi membuka sel yang kini shani tempati, hal itu membuat shani reflek berdiri dan menyeka sisa air matanya

" ada yang mau menemui adik, silahkan"

Shani hanya diam dan mengikuti arahan polisi, langkahnya pelan seolah tidak sanggup menopang apapun lagi,

" silahkan "
Ucap seorang polisi membukakan pintu masuk ke dalam suatu ruangan yang sepertinya ruang untuk para tahanan menemui tamunya

Shani mengangguk pelan dan masuk ke dalam ruangan tersebut, ia dengan jelas bisa melihat sisca sedang duduk seorang diri di sana dengn mata yang terlihat sendu,

Tanpa ragu sisca bangkit dari tempat duduknya dan berlari memeluk shani, tidak ada respon apapun dari shani, dadanya sangat sesak, ia merasa sisca adalah gadis baik yang sangat sial mendapatkan pasangan seburuk dirinya,

Shani hanya mampu menundukan kepalanya dan menangis di dalam pelukan sang kekasih.

" aku malu kalo harus minta maaf lagi ke kamu, aku tau kamu juga capek denger aku minta maaf terus ke kamu kan? , sayang, kalo dengan aku kamu sama sekali engga merasa bahagia, kamu boleh pergi ko "
Ucapnya dengan nada yang mulai menurun, ia tidak sanggup mengatakan itu pada kekasihnya, bahkan ia pun tidak siap jika sisca benar benar akan pergi meninggalkan dirinya, tapi baginya kebahagiaan sisca adalah yang utama saat ini

" aku gaakan pergi, aku gaakan ninggalin kmu, sehancur apapun kamu, aku akan tetap disini"
Ucapnya halus sembari mengelus pelan bahu kekasihnya

Sisca melepaskan pelukannya lalu menatap kekasihnya dengan senyuman manis yang ia punya, sebisa mungkin sisca tidak akan menunjukan rasa sedihnya pada shani,

Tangannya menjulur pada kepala shani yang cukup tinggi di gapai, reflek shani menundukan kepalanya sedikit.

Sisca mengelus pelan rambut shani masih dengan senyum yang slalu ia pancarkan

Saat ini memang senyum sisca lah yang menjadi candu baginya, senyuman gadis nya itu memang slalu menenangkan, apalagi jika harus di lihat dari dekat seperti ini, tanpa sadar shani ikut tersenyum menatap gadis manis di depannya yang masih asik mengelus pelan rambut miliknya, bagi shani setiap sentuhan sisca mengobati sedikit luka di hatinya.

Shield [SHANSIS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang