SYARAT 1

789 62 38
                                    

---

Happy reading

---

Hijab besar milik perempuan itu berkibar bersamaan dengan langkah kecilnya yang terus berjalan dengan sedikit berlari. Genggaman tangannya memegang kuat besi ranjang pesakitan, hingga dilihatnya wajah perempuan yang sudah tidak sadarkan diri di hadapannya. Air matanya pun menetes, tak sanggup melihat tubuh tersiksa sahabatnya.

Dia, Az-Zifa Khairah Fitrah. Tidak hentinya mengeluarkan air mata disaat melihat betapa mengenaskan nya sahabatnya itu.

"Sheryl... maafin aku. A-ku terlambat menolong mu." Sungguh pedihnya hati Zifa saat ini. Kini tangan mungilnya mengusap wajah Sheryl yang masih betah menutup mata. Pipi wanita itu memerah dan lebam. Zifa tak kuat, ia kembali meraung.

"Maafin aku, hiks..."

"Excuse me, pasien akan kami tangani, saya harap anda menunggu terlebih dahulu." Salah satu perawat disana berucap dan mengambil alih sepenuhnya ranjang pasien untuk di masukkan kedalam ruangan.

Zifa terdiam dengan wajah sembab. Bahkan kain yang menutupi pinggiran pipi nya terlihat begitu basah.

"Baiklah, tolong tangani sahabat saya dengan baik dan juga... bayi di dalam perut nya."

---

Raut tenang menghiasi wajah sangar lelaki tersebut. Di balik kacamata hitam miliknya, tersirat betapa tajamnya manik mata bewarna abu-abu itu. Kini senyum tipis terpatri diwajahnya disaat mendengar langkah kaki yang mendekat.

"Lio, kau!" Terdengar helaan nafas yang keluar dari mulut seorang lelaki yang masih berdiri di belakang tubuh Lio. Ucapannya tidak sanggup untuk ia lanjutkan, sebab ia tahu manusia dengan nama Mixelio Xifer Jatmiko itu tidak akan mempan untuk di beri tahu.

"Apa lagi yang sudah kau perbuat Lio? bisakah kau tidak sehari saja mencari masalah? lihatlah, Papa mu menelpon ku dan memberi tahu apa yang sudah kau lakukan baru saja. Dan kedua anak buah mu itu sudah diberi hukuman oleh papa mu," cerocos Samuel, selaku sahabat Lio.

Samuel ini diberi kepercayaan oleh Papa Lio untuk terus melarang dan menghentikan aksi gila Lio jikalau tiba-tiba saja bertingkah diluar naluri manusia.

"Sudahlah Sam, kau tidak perlu begitu pusing seperti ini. Berhenti lah untuk mengikuti segala perintah Papa ku," ucap Lio. Segera berbalik badan, menatap sahabatnya dengan raut malas. Pemandangan laut di depannya tadi kini sudah tidak berselera untuk ia pandang.

"Apa kau tahu? wanita yang disiksa Pedro tadi adalah wanita hamil," kata Samuel menghentikan langkah Lio yang akan meninggalkannya.

"Hanya karena wanita itu salah memberi menu pesanan mu dan kau menyuruh Pedro menyiksanya?" Samuel menggeleng kepala. Sahabatnya itu sungguh kejam, tidak punya hati nurani sama sekali.

"Bagaimana jika Ibu dan anaknya tidak selamat?" Lanjutnya lagi.

Lio memutar mata malas. Samuel tak tahu apa-apa, jelas lelaki itu tak mengerti mengapa ia harus melakukan itu. Dia pun menatap wajah Samuel yang terlihat frustasi dengan tampang yang datar.

"Itu bukan salahku. Jika memang seperti itu, artinya dia kurang beruntung." Tekannya lalu segera meninggalkan Samuel yang melotot tak habis pikir.

"Sungguh, kau sangat berubah Lio" gumam Samuel miris.

---

"Dokter, bagaimana keadaan sahabat saya dan janinnya?" Zifa segera menghampiri Dokter yang baru saja membuka pintu ICU.

SYARATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang