SYARAT 53

191 10 26
                                    

---

Happy Reading

---

Ternyata hari pernikahan Lio dan Sheryl di gelar hari ini. Semuanya atas permintaan dari Lio. Lelaki itu ingin dipercepat tanpa menunggu waktu lagi. Sebuah tempat gereja yang sering kali keluarga Jatmiko itu hadiri kini sudah tersulap menjadi sebuah gedung pesta pernikahan. Lio pun sendiri yang meminta jika pernikahan tersebut di gelar di tempat ini.

Zifa duduk termenung sendirian disebuah kursi paling ujung di belakang. Zifa tak ada gairah sama sekali. Zifa terdiam, menatap kosong entah kemana. Semua orang paham atas apa yang di rasakan Zifa. Itulah mengapa tak ada yang berani mengusik ketenangan Zifa.

Sedangkan Lio, lelaki itu pun sama diamnya berdiri di atas altar dengan Jaz mahal mengkilap di tubuhnya. Menunggu Sheryl yang sedang berjalan bergandengan dengan Vero menuju ke atas Altar. Vero siap mengantar kan adiknya menuju ke arah calon suami Sheryl.

Meski sampai saat ini, Vero masih tidak sepenuh nya percaya dengan sikap tenang Lio Disana. Vero masih perlu siaga. Lio bukan orang sembarangan. Akan ada banyak rencana licik yang akan di selesaikan oleh lelaki itu. Vero memang rela memberikan adiknya, namun Vero tidak rela jika suatu saat nanti adiknya akan tersiksa.

Setelah Sheryl sampai diatas Altar, wanita itu pun menatap gugup lelaki di depannya. Lelaki yang selama ini membuat Sheryl tak menyangka oleh sikap jahat yang dilakukan oleh Lio. Dan meski begitu, Sheryl tak munafik. Ternyata ia merasa senang, yang pada akhirnya Sheryl akan menikah pada lelaki yang sudah ia sukai dengan rasa yang berkepanjangan.

Meski harus mengorbankan sahabatnya terlebih dahulu.

Sheryl dan Lio terlihat serasi dengan Jaz dan Gaun pernikahan mereka. Gaun yang di pakai Sheryl ternyata pilihan dari Lucy. Sedikit kecewa, sebab gaun yang ia pakai itu bukanlah pilihan Lio. Mengingat, dulu Zifa memakai gaun mewah di acara Jatmiko dan Lucy ternyata Lio yang memilihkan nya.

Mengapa Sheryl memiliki pemikiran seperti itu? Entahlah, mungkin karena hormon kehamilannya yang sedikit demi sedikit merasa jika dirinya seakan memiliki hidup yang terburuk di banding sahabat nya itu, Zifa.

Sheryl hanya sedikit muak, jikalau hidupnya selalu di perbandingkan dengan hidup Zifa. Sheryl tak menyalahkan Zifa, tidak. Sheryl hanya menyalah dirinya yang tak pernah beruntung.

"Siapkah kalian, mengucap janji suci pernikahan dengan mengucap setulus hati tanpa ada paksaan dari pihak manapun?"

Kesadaran Sheryl terganggu ketika suara pendeta menggema di keheningan ruangan.

"Siap!" Tegas Lio.

Sheryl tergugup, jantungnya berdebar. Ia tidak menyangka jika Lio akan mengatakan dengan tegas seperti itu.

"Bagaimana mempelai wanita?"

"S-siap." Ucap Sheryl.

"Baiklah pertukaran cincin dimulai." Suruh Pendeta.

Dua orang datang mendekati mereka bertiga, membawa sebuah nampan yang berisikan sekotak perhiasan berlian yang mewah. Tanpa menunggu lagi, Lio lalu mengulurkan tangan mengambil satu buah cincin untuk segera memasangkan nya di jari manis Sheryl.

"Saya memilih engkau Sherylia Mawar sebagai istriku, Cincin ini aku berikan kepadamu sebagai lambang cinta kasih dan kesetiaanku." setelah mengatakan itu, Lio lalu menyematkan sebuah cicin berlian ke jari manis Sheryl yang terlihat pas dan cantik.

Sheryl tersenyum tipis, kini gilirannya.

"Saya menerima engkau Mixelio Xifer Jatmiko sebagai suamiku, Cincin ini aku berikan kepadamu sebagai lambang cinta kasih dan kesetiaanku."

SYARATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang