SYARAT 21

181 26 2
                                    

Kalian Team READERS yang banyak Konflik atau yang ringan aja?

Tapi sebelum masuk konflik antara Lio dan Zifa, kita tuntas habiskan tentang dendam Lio dulu yah.

Jadi menurut kalian, Sheryl aku buat mati di tangan Lio atau tidak!?

Udah ngikut aja, semua tergantung di tangan Aku. HAHAHA
---

Happy Reading

---

"Menurut kamu aku pakai yang mana? Ini atau ini?" Sebuah pertanyaan terlontar dari mulut Sheryl. Kedua tangan nya menenteng dress yang berbeda. Ia memperlihatkan pada Zifa yang sedang melepas hijab. Sheryl butuh penilaian Zifa saat ini.

Sedangkan Zifa memasang wajah menilai. Meski ia tidak pernah mencoba pakaian tersebut, tetapi selera Zifa dalam fashion tidak boleh diremehkan.

"Yang hitam deh, netral warnanya."

Sheryl memandang Dress bewarna hitam. Rautnya terlihat kurang puas saat melihat ukuran pinggang dress tersebut.

"Gakk dehh, kekecilan nih kayaknya."

"Benarkah?" tanya Zifa, "Memangnya perut kamu sudah mulai membesar?" Ia mendekat, meraba perut Sheryl.

"Belum sihh, besarnya paling masih biji durian."

"Lalu? kenapa kamu bilang kekecilan?"

"Pinggul aku Zifa. Pinggul ku yang membesar, itulah kenapa aku selalu ngeluh capek."

Zifa mengangguk mengerti, "Yaudah ganti aja, pakai yang ungu."

Sheryl masih kurang puas, "Terang banget sepertinya, pasti heboh," celetuknya asal.

"Pakai celana aja deh," lanjutnya kemudian.

"Gak yah Ryl. Kamu itu sedang hamil, berhenti pakai celana-celana yang kamu maksud itu." Zifa menolak tegas. Memasang wajah galaknya.

Sheryl cemberut. Zifa melarangnya, artinya Sheryl harus menurut. Ucapan Zifa itu seperti orangtua pada umumnya. Harus mengikut, kalau tidak ingin kualat.

"Yaudah pakai yang ungu aja," ucapnya pasrah.

Zifa mengangkat jempol. Lalu Tangannya melepas ikatan rambut yang seharian mengikat rambutnya. Rambut itu tergerai indah, jari lentiknya menyisir rambut lebat nan panjang milik nya.

"Cantik banget sih rambut kamu. Irih deh lihat nya," ucap Sheryl. Ia sudah mendekat, menyentuh rambut Zifa yang terurai.

"Gak boleh irih-irih. Ini semua ciptaan tuhan. Harus di syukuri bagaimana pun bentuknya. Lagian kamu kurang puas bagaimana lagi sih sama rambut kamu? udah bagus gini kok."

Sheryl berdecak.

"Iyaa bunda Zifa. Eh, Aku iketin yah," pintanya kemudian.

"Iya cepetan, setelah ini aku mau sholat isya Dulu."

"Iyaa siap!"

---

"Kakak dia memakai setelan Jazz malam ini. Aku sungguh bahagia melihat nya."

SYARATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang