SYARAT 50

205 8 6
                                    

---

Happy Reading

---

Terhitung sudah lewat dua hari sejak kejadian pesta yang berakhir kacau hari itu. Dan semenjak itupun Lio tak henti-hentinya menelpon Zifa untuk segera bertemu dengannya. Bahkan Lio dengan nekat menemui Zifa ke rumah sewa. Tetapi karena sifat tegas dan tatapan benci Sheryl padanya, Lio menjadi segan. Tak ada nyali untuk mengancam Sheryl seperti apa yang sudah ia lakukan dari dulu.

Sedangkan Zifa, selama dua hari ini juga ia terus menyusun rencana. Ia takut ketika bertemu Lio tanpa ada strategi yang ia buat, malah tidak membuat Lio dan Sheryl berhasil untuk menikah.

Saat ini Zifa berada di kelas. Mengikuti mata kuliah dengan ia yang setengah fokus menatap Dosen di depan yang sedang memaparkan materi. Tak terasa, saat ini Zifa sudah berada di semester 5. Ada banyak cerita dan kisah yang ia lalui di negeri orang ini.

Hingga ingatannya kembali terlempar kepada Lio. Lelaki yang selama ini mengisi hari-hari Zifa. Mengingat Lio,ia jadi teringat tentang masa kuliah lelaki itu juga. Ternyata tak lama lagi Lio sudah akan menyelesaikan kuliahnya. Lio sudah berada di semester terakhir. Senyum Zifa tiba-tiba terukir.

Melihat Dosen yang sudah bersiap meninggalkan ruangan, Zifa pun memaksa dirinya untuk tidak lebih tenggelam dengan khayalan nya. Ia kemudian segera membereskan buku-buku seperti yang di lakukan mahasiswa lain. Ia sampai tidak mendengar apa saja yang di jelaskan Dosen sampai Dosen itu mengakhiri materinya.

Zifa menarik napas lalu menghembuskan nya. Pening di kepalanya tiba-tiba menyerang. Akhir-akhir ini Zifa selalu sakit kepala. Mungkin karena banyak pikiran. Katanya dalam hati.

"Zifa, kantin yuk" Zifa menoleh. Dengan gelengan kepala Zifa menjawab.

"Aku harus pulang cepat, Sheryl menunggu ku."

Dengan anggukan pelan Celia tersenyum tipis. "Mungkin sebentar malam aku akan datang menengok Sheryl" katanya.

"Iya Cell, ditunggu yah"

Sepeninggal Celia, Zifa pun memilih hendak untuk keluar dari ruangan. Berjalan menelusuri koridor fakultas. Ia tidak boleh berlama-lama di kampus. Takut, jika Lio kembali berhasil menemuinya.

Namun saat di tengah langkahnya yang lebar. Ternyata Zifa telah di khianati oleh harapan nya sendiri. Di depan sana, Lio sudah berdiri tegak. Menghadap padanya, menatap lurus pada Zifa yang sudah berjalan pelan. Zifa tahu, Lio menunggu langkah Zifa untuk mendekat padanya.

Belum sempat Zifa ingin berputar badan,Langkah Lio sudah mendekat padanya dan langsung menarik lengannya.

"Berhenti menghindar!" Ancamnya dengan genggaman tangan yang kuat di lengan Zifa membuat bibir perempuan itu sedikit meringis.

"Lepas!"

"Tidak akan!" Bentak Lio. Lebih mempererat lagi cengkraman nya.

"Shakitt"

Lio pun melepas kasar lengan itu. Lio sampai mengusap wajahnya kasar sebagai pelampiasan.

"Kamu kenapa menjauh Zifa?! Mengapa tiba-tiba Begini! Ku pikir tidak terjadi masalah saat terakhir kali kita bertemu. Kamu bahkan terus berusaha menenangkan ku. Zifa, aku butuh kamu. Aku tidak ingin kita berdua saling berjauhan lagi" sarkas Lio. Menatap perempuan di depannya dengan sendu.

Zifa memandang yang lain. Wajahnya keras. "Berhenti untuk selalu berharap sedemikian rupa Lio. Kau harusnya berusaha membenahi diri. Berusahalah untuk ubah sifat keburukan mu." Cerca nya.

SYARATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang