SYARAT 47

140 6 0
                                    

---

Happy Reading

---

Ruangan yang tadinya berantakan dan kacau balau, kini sudah tersulap menjadi rapi kemudian. Di tengah-tengah ruangan luas, terdapat meja panjang dan beberapa kursi. Tak ada lagi kursi yang tersusun berbaris rapi Disana. Bahkan beberapa meja prasmanan sudah tersingkirkan.

Di meja panjang itu sudah ada Jatmiko beserta istrinya. Mereka berdua saling menggenggam tangan dengan erat. Hari ini semuanya akan terbongkar. Masalah dendam Lio terutama. Ada beberapa rahasia yang di sembunyikan Jatmiko.

Di sana juga ada beberapa keluarga Jatmiko dan Lucy. Beserta Samuel, Celia dan Ziano yang memilih untuk diam dengan pandangan menunduk.

Menunggu beberapa penghuni kamar keluar. Ziano beberapa kali meremas tangan nya. Harapannya sepertinya akan telah usai. Tak ada lagi kenyataan yang mampu membuatnya berjuang mendapatkan Sheryl. Gadis cerewet dan bringas dengan tubuhnya yang memiliki janin. Ziano suka dengan sikap aktif Sheryl.

Mereka kompak terkesiap,ketika salah satu pintu Disana terbuka. Memperlihatkan tubuh Sheryl. Sheryl sendiri hanya menatap orang-orang yang berada di meja dengan sesaat. Setelah itu ia memilih untuk memasuki kamar Kakaknya.

Di detik selanjutnya kamar sebelah kembali terbuka. Disana berdiri Dokter yang menangani Lio.

Setelah Dokter itu pamit dan beranjak meninggalkan tempat, Kamar Lio kembali terbuka. Lio keluar bersama Zifa. Tatapan serta wajah dingin itu di pasang oleh Lio. Sedangkan Zifa memilih menunduk. Tak kuasa menatap seluruh orang yang pasti menjatuhkan tatapan padanya.

Zifa mengikuti Lio yang sudah berjalan mendekati meja. Suasana sangat menegangkan. Tak ada yang berani mengeluarkan kalimat. Lio duduk setelah mempersilahkan Zifa untuk duduk. Mereka duduk bersampingan.

Tak lama kemudian Sheryl dan Vero yang ikut keluar. Menunggu mereka untuk segera mendekat. Wajah Lio sudah mengeras. Rasa ingin membunuh lelaki itu masih kuat. Ia belum percaya sepenuhnya jika Lelaki sialan itu tidak membunuh adiknya.

Jatmiko berdehem sebagai sapaan pertamanya. Suasana begitu panas seketika.

"Sebelumnya saya ingin mengatakan. Pesta saya hancur sebelum selesai. Bisa saya mendengar kata maaf kalian terlebih dahulu?" Lucy meremas lengan suami nya. Menatap Miko dari samping. Lucy berpikir tak perlu melakukan itu. Lucy paham dengan keadaan sekarang.

Tapi wajah Miko tetap tenang. Masih menunggu diantara mereka yang mengucapkan maaf terkait yang membuat ulah di pesta nya.

"Maafkan saya paman." Seluruh tatapan terfokus pada satu perempuan yang berhijab. Semua mengerutkan kening dengan kalimat barusan.

"Apa yang membuatmu mengatakan maaf Zifa?"

Sebelum menjawab Zifa berusaha menetralkan degup jantungnya terlebih dahulu. Salah satu alasan mengatakan maaf duluan adalah agar Lio bisa ikut mengatakan nya. Sebab ia tahu, Lio sangat enggan mengatakan maaf. Terlebih untuk orang tuanya sekalipun.

"Kupikir saya juga salah, paman." Ucap Zifa.

Dan Miko mengangguk. "Baik, Zifa mengakui kesalahannya. Yang lain?" Masih dengan nada yang rendah. Tapi meski begitu tak mengurangi suasana masih terlihat menegangkan.

"Maaf paman. Aku yang pertama membuat kekacauan." Lanjut Sheryl. Zifa tersenyum. Ia tahu sahabatnya itu tidak akan enggan mengatakan maaf.

Miko lanjut mengangguk. Masih menunggu dua manusia untuk mengatakan maaf.

SYARATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang