---
Happy Reading
---
"Bisa kau tidak menatap ku seperti itu?" Protes Zifa dengan pandangan fokus pada kegiatannya."Kenapa?"
"Aku tidak nyaman dengan tatapan mu itu!"
"Ck, kau selalu mengatakan tidak nyaman saat ku tatap. Biasakanlah, karena aku akan selalu melakukannya."
Zifa menendengus mendengar nya.
"Jahit lukanya," sahut Sheryl ditengah perdebatan keduanya. Ia menyerahkan benang jahitan kulit kepada Zifa. Sedari tadi wanita hamil ini berbicara, mengarahkan Zifa bagaimana langkah-langkah pengobatan luka Lio.
"Hah? ak-aku tidak tahu menjahit Sheryl," tolak Zifa. Raut wajah nya kaku bukan main.
"Tak perlu khawatir, kau hanya seperti menjahit pakaian. Bedanya jangan terlalu merapat, asal kulit yang menganga itu tertutup," jelas Sheryl.
Zifa kembali menggeleng, ia takut melakukan nya. Kini diliriknya lelaki itu yang terlihat memejamkan mata.
"Lio, biar Sheryl yang melanjutkan nya yah. Aku takut nanti luka mu malah lebih parah."
"Tidak sayang, lakukanlah. Aku percaya padamu."
Sheryl mengangguk. Ia memberikan semangat pada sahabatnya dengan tangan yang mengulur kan alat.
Zifa pun menghela pasrah, di terimanya benang jahitan itu dan alat lainnya. Tangan Zifa bergetar di tengah ia yang akan mulai berusaha mengerjakan.
"Bismillahirrahmanirrahim!" ucapnya setelah membuang napas. Dan dengan fokus pun Zifa mengaitkan benang itu pada kulit Lio yang menganga.
kembali pada beberapa menit yang lalu. Syarat yang di ajukan Zifa adalah dimana Lelaki itu di larang menyentuh selama pengobatan berlangsung. Bantal sofa sudah berada di tengah membatasi duduk antara Zifa dan Lio. Awalnya Lio protes dan menolak, tapi ia mengalah saat Zifa berkata akan pergi dan tidak akan melakukan nya. Otomatis Lio pasrah dan menurut. Daripada sama sekali Zifa tidak melakukannya bukan?
Tangan yang terluka itu terulur di pangkuan Zifa dengan bantal sofa lain yang mengalasi. Tidak sampai satu menit luka menganga itu sudah terjahit dengan Sheryl yang memberi arahan.
"Lio, apakah sakit?" Tanya Zifa khawatir pada Lio yang masih memejamkan mata.
"Apakah kamu mengkhawatirkan ku?" Tanyanya.
Zifa terdiam dengan menatap mata Lio yang terbuka perlahan.
"Luka mu sisa di perban, Lio." sambung Sheryl dan tangannya sibuk mengambil lembaran perban dan kapas di kotak besar itu.
"Lanjut Ziff..."
Zifa pun menerima dan dengan telaten membalut luka Lio dengan rapi. Lio tersenyum melihat wajah serius gadisnya. Hatinya berdesir. Ingin sekali saat ini juga memeluk tubuh itu. Tapi sayang, Lio adalah tipikal orang yang selalu menjalani perintah pada orang yang dianggapnya penting. Dan tadi, gadisnya memerintahkan nya untuk tidak menyentuh nya selama pengobatan berlangsung. Dan pengobatan ini belum selesai. Baiklah, tunggu sebentar lagi...
"Alhamdulillah, sudah selesai," ucap Zifa merasa legah atas apa yang di kerjakan nya.
Lio bangun dari sandarannya. Di tariknya tangan nya sendiri lalu memperhatikan hasil karya dari tangan Zifa. Ia pun tersenyum dan menoleh pada gadisnya.
"Thanks Sayang."
Zifa mengangguk pelan, "Untuk Sheryl?" Tanyanya kemudian.
"Kan kamu yang ngobatin."
KAMU SEDANG MEMBACA
SYARAT
General FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA😉 --- Mixelio Xifer Jatmiko, Dendam penuh pada dirinya membuatnya berubah menjadi Lelaki pembunuh, Kasar, Arogan, dan berkuasa. Dia nekat melakukan seperti itu karena ingin membalas kematian keji Adik kesayangannya. Lio yan...